Makroekonomi

Ekonomi Kuartal I 2025 Melempem, Apindo Usulkan 4 Solusi Agar Tumbuh di Atas 5 Persen

  • Dalam kondisi ceteris paribus dan tidak ada terobosan program dari pemerintah, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2025 sebesar 4,87 persen, akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen secara agregat pada akhir tahun.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia - Panji 4.jpg
Nampak suasana pembangunan serta gedung-gedung pusat bisnis dan perkantoran di kawasan Jakarta Pusat, Senin 26 Juni 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan  pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2025 sebesar 4,87 persen secara year-on-year. Angka ini jauh di bawah target pertumbuhan ekonomi yang menjadi acuan dalam kerangka ekonomi makro 2025 sebesar 5,1 persen-5,5 persen.

Analisis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani mengatakan, merosotnya pertumbuhan ekonomi di kuartal I  harusnya  menjadi pendorong karena ada siklus Ramadan dan lebaran.

"Dalam kondisi ceteris paribus dan tidak ada terobosan program dari pemerintah, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2025 sebesar 4,87 persen, akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen secara agregat pada akhir tahun," katanya kepada TrenAsia.com  Senin, 5 Mei 2025.

Faktor Penghambat Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Ajib, pertumbuhan ekonomi ini mengalami tekanan karena masing-masing faktor pertumbuhan ekonomi mengalami konstraksi. Pertama, daya beli masyarakat yang mengalami penurunan. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terus terjadi sejak awal tahun menjadi indikator yang perlu diwaspadai agar tidak berkelanjutan.

Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat lebih dari 40 ribu tenaga kerja mengalami PHK sejak awal tahun. Kedua, belanja pemerintah yang mengalami tekanan. Penerimaan pajak jauh dari target, hanya mencapai 14,7% sampai Bulan Maret 2025 dari target ideal 20%.

Bahkan katanya, pola Danantara yang menjadi pengelola deviden BUMN, menjadi penggerus sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Ketiga, sisi investasi yang cenderung masih wait and see karena kondisi ekonomi domestik dan global yang masih fluktuatif. Keempat, sektor ekspor impor sangat terpengaruh oleh kebijakan tarif Trump.

Apa yang Bisa Dilakukan Pemerintah?

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih eskalatif, pemerintah Indonesia harus mendorong low cost economy. Kebijakan-kebijakan yang didorong bisa menduplikasi yang dilakukan oleh pemerintah China dalam mendorong ekonomi domestik dan industri manufakturnya mempunyai daya saing yang tinggi.

Paling tidak ada empat hal yang bisa didorong oleh pemerintah. Pertama, penyediaan energi yang murah. Kedua, mendorong infrastruktur dan logistik yang efisien. Ketiga, clustering ekonomi dan ekosistem bisnis. Keempat, mendorong produktivitas tenaga kerja.

Keempat program tersebut di luar program jangka pendek dan konvensional optimalisasi government spending (belanja pemerintah).

Harus ada terobosan signifikan dari pemerintah agar pertumbuhan ekonomi agregat tahun 2025 lebih eskalatif dan mencapai angka psikologis minimal 5% pada akhir tahun.

"Kalau pemerintah fokus dengan program jangka pendek sekaligus jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang terkonstraksi pada kuartal I 2025 bisa menjadi pondasi untuk pertumbuhan ekonomi selanjutnya yang lebih baik, "tandasnya.