Korporasi

Pendapatan Melorot, Surya Semesta Internusa Rugi Rp87,5 Miliar

  • Pengembang kawasan industri dan properti, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), harus mencatat rugi bersih sebesar Rp87,5 miliar sepanjang 2020. Catatan ini berbanding terbalik dengan catatan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih Rp92,3 miliar.

<p>Emiten properti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) / Suryainternusa.com</p>

Emiten properti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) / Suryainternusa.com

(Istimewa)

JAKARTA – Pengembang kawasan industri dan properti, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), harus mencatat rugi bersih sebesar Rp87,5 miliar sepanjang 2020. Catatan ini berbanding terbalik dengan catatan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih Rp92,3 miliar.

Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 29 April 2021, rugi bersih SSIA ini diakibatkan oleh turunnya laba operasional sebesar 58,7% serta meningkatnya beban bunga yang menjadi Rp201,9 miliar. Beban bunga tersebut meningkat 14,3% dari sebelumnya yang sebesar Rp176,6 miliar.

Kinerja negatif ini pun terlihat dari pendapatan SSIA yang tergelincir 26,4% menjadi Rp2,95 triliun sepanjang 2020. Padahal, pendapatan perusahaan dapat mencapai Rp4 miliar pada tahun sebelumnya. Turunnya pendapatan ini disebabkan oleh turunnya pendapatan konstruksi sebesar 20,3% dan perhotelan sebesar 72,9%.

Sebaliknya, pendapatan properti SSIA justru meningkat sekitar 10,8%, terutama disebabkan oleh penjualan tanah senilai Rp357,3 miliar tahun lalu. Pendapatan ini meningkat 20,2% dibandingkan dengan penjualan tanah pada tahun sebelumnya.

PT Suryacipta Swadaya yang menjadi bisnis utama SSIA mencatatkan pendapatan sebesar Rp592,9 miliar sepanjang 2020. Catatan ini meningkat 14,7% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp516,9 miliar.

Kontribusi terbesar pendapatan ini didapat dari penjualan tanah 78 hektare senilai Rp329,2 miliar di Suryacipta City of Industry, Karawang. Adapun, SSIA secara keseluruhan menjual 90 hektare tanah pada 2020.

Adapun, penghasilan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) turun 52% menjadi Rp255,8 miliar pada 2020. Tahun sebelumnya, EBITDA perusahaan masih berada di angka Rp533 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh EBITDA perhotelan sebesar 163,8%.

Posisi kas SSIA pun mengalami tekanan. Tercatat, posisi kas perusahaan turun 44,3% menjadi Rp850,9 miliar pada 2020. Tahun sebelumnya, posisi kas perusahaan dapat mencapai Rp1,53 miliar.

Hal ini terutama disebabkan oleh pembebasan lahan di Subang sepanjang tahun lalu serta penurunan pendapatan segmen perhotelan.

Rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio/DER) pun masih relatif optimal sebesar 46,8%. Tercatat, utang kena bunga pada 2020 sebesar Rp1,98 triliun sementara ekuitas perusahaan masih tercatat sebesar Rp3,75 triliun. (SKO)