Korporasi

Meski Pendapatan Meningkat, Laba Bersih Intiland Development Melorot 69,5 Persen

  • Meski pendapatan dan laba kotor meningkat, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat melorot 69,5% menjadi Rp76,77 miliar. Padahal, DILD berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp251,43 miliar pada tahun sebelumnya.

<p>Intiland Tower Jakarta. / Intiland.com</p>

Intiland Tower Jakarta. / Intiland.com

(Istimewa)

JAKARTA – PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 5,7% menjadi Rp2,89 triliun sepanjang 2020. Pendapatan ini lebih dari pendapatan tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,74 triliun.

“Peningkatan pendapatan ini didapat dari meningkatnya ketertarikan terhadap segmen bangunan campuran dan hunian vertikal,” ujar manajemen DILD dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 30 April 2021.

Penjualan segmen bangunan campuran dan hunian vertikal berkontribusi 63,4% dari total pendapatan sebesar Rp1,83 triliun. Pendapatan berulang berkontribusi 20,4% dengan Rp589,9 miliar, penjualan rumah tapak berkontribusi 15% dengan Rp432,8 miliar, dan kawasan industri berkontribusi 1,3% dengan Rp36,7 miliar.

Laba kotor perusahaan pun dapat naik tipis 4,33% menjadi Rp1,18 triliun. Pada tahun sebelumnya, DILD mencatatkan laba kotor sebesar Rp1,13 triliun.

Meski pendapatan dan laba kotor meningkat, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat melorot 69,5% menjadi Rp76,77 miliar. Padahal, DILD berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp251,43 miliar pada tahun sebelumnya.

Melorotnya laba bersih ini diakibatkan adanya dampak pendiskontoan aset dan liabilitas keuangan yang tercatat sebesar Rp316,34 miliar pada 2020. Dampak ini ada akibat dari implementasi PSAK 72 untuk laporan keuangan yang diterbitkan untuk 2020.

Margin laba bersih pun tercatat turun menjadi 2,7% sepanjang 2020. Tahun lalu, margin laba bersih tercatat sebesar 9,2%.

Kinerja DILD yang kurang positif ini pun tercermin dari posisi kas dan setara kas perusahaan yang hanya mampu naik 0,6% sepanjang 2020. Posisi kas akhir tahun DILD tercatat Rp1,42 triliun, naik tipis dari awal tahun yang sebesar Rp1,41 triliun.

Liabilitas perusahaan juga membengkak 28% menjadi Rp9,65 triliun dari sebelumnya Rp7,54 triliun. Biang kerok membengkaknya liabilitas ini adalah perubahan aturan pencatatan uang muka pembelian properti sebagai liabilitas kontrak akibat aturan baru PSAK 72.

Meski liabilitas membengkak, total utang perusahaan hanya naik 1,5% menjadi Rp5,03 triliun dari sebelumnya Rp4,96 triliun. Dengan ekuitas yang tercatat Rp6,05 triliun, rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio/DER) pun tercatat 59,7%. DER ini naik 10,7 poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 49%.

Aset perusahaan pun tercatat meningkat 6,3% menjadi Rp15,7 triliun. Pada tahun sebelumnya, aset DILD tercatat sebesar Rp14,78 triliun.