Korporasi

Kuat di Layanan Colocation, DCII Catatkan Laba Rp418 Miliar di Kuartal I-2025

  • DCII mencatatkan peningkatan pendapatan dari Rp1,30 triliun menjadi Rp1,81 triliun, yang turut mendorong kenaikan laba tahun berjalan dari Rp514,48 miliar menjadi Rp796,82 miliar.
202106211547-main.jpg
PT DCI Indonesia Tbk (DCII) (Dok/Ist)

JAKARTA – Emiten penyedia pusat data, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), mencatat lonjakan laba bersih pada kuartal I-2025 seiring peningkatan pendapatan dan efisiensi operasional. Sentimen positif ini turut mendorong kenaikan harga saham perseroan pada perdagangan Senin, 21 April 2025.

Berdasarkan laporan keuangannya, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai angka Rp418,84 miliar. Raihan ini melonjak 193,76% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp142,60 miliar.

Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan yang signifikan. Pada kuartal I-2025, pendapatan DCII tercatat sebesar Rp773,55 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan Rp354,41 miliar pada kuartal I-2024. 

Bila dirinci, layanan colocation masih menjadi sumber utama pendapatan perusahaan, menyumbang Rp733,12 miliar atau sekitar 94,8% dari total pendapatan. Sementara itu, layanan pendukung seperti smarthands, baremetals, subducts, dan cross-connect berkontribusi sebesar Rp40,44 miliar.

Satu nafas dengan pendapatan dan laba bersih, laba usaha perusahaan ikut melesat dari Rp181,42 miliar menjadi Rp496,80 miliar. Kinerja ini turut mendorong kenaikan laba per saham dasar dari Rp60 menjadi Rp176 per saham. Hasil tersebut mencerminkan profitabilitas yang semakin kokoh di tengah ekspansi kapasitas dan pertumbuhan operasional.

Beban dan Neraca Keuangan

Namun, pertumbuhan ini dibarengi dengan struktur biaya yang masih tinggi. Beban pokok pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp253,87 miliar. Biaya terbesar berasal dari konsumsi listrik sebesar Rp89,16 miliar dan penyusutan aset tetap sebesar Rp56,39 miliar. 

Selain itu, perusahaan juga mencatat material instalasi senilai Rp29,32 miliar dan gaji teknis sebesar Rp9,92 miliar. Beban umum dan administrasi mencapai Rp24,23 miliar, sementara beban keuangan tercatat sebesar Rp20,49 miliar. Adapun beban pemasaran masih relatif ringan, yakni sebesar Rp772 juta.

Dari sisi neraca keuangan, posisi kas dan setara kas per akhir Maret 2025 tercatat sebesar Rp459,25 miliar, naik signifikan dari Rp217,01 miliar pada akhir tahun lalu. Total aset perusahaan meningkat menjadi Rp5,35 triliun, dari sebelumnya Rp4,82 triliun. Aset tetap berkontribusi terbesar dalam struktur aset dengan nilai Rp4,18 triliun. 

Sementara itu, liabilitas perusahaan juga mengalami kenaikan dari Rp1,82 triliun menjadi Rp1,93 triliun, yang sebagian besar berasal dari pinjaman jangka panjang sebesar Rp1,01 triliun. Di sisi lain, total ekuitas perusahaan tumbuh menjadi Rp3,42 triliun, naik dari Rp3 triliun per akhir 2024.

Kinerja solid pada awal tahun ini melanjutkan tren pertumbuhan yang telah dicapai sepanjang 2024. Tahun lalu, DCII mencatatkan peningkatan pendapatan dari Rp1,30 triliun menjadi Rp1,81 triliun, yang turut mendorong kenaikan laba tahun berjalan dari Rp514,48 miliar menjadi Rp796,82 miliar.

Besok RUPS

Momentum pertumbuhan ini bertepatan dengan agenda penting Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan digelar pada Selasa, 22 April 2025. Dalam rapat tersebut, manajemen akan membahas alokasi laba tahun 2024 serta rencana pemecahan nilai nominal saham atau stock split. Aksi korporasi ini dinilai akan memperluas basis investor dan meningkatkan likuiditas saham di pasar.

Sebagai respons dari itu, pada penutupan sesi pertama perdagangan Senin, 21 April 2025, harga saham DCII tercatat naik 4,71% ke level Rp159.900 per saham. Alhasil, kapitalisasi pasar DCII telah mencapai Rp378,89 triliun, menjadikannya sebagai salah satu dari delapan emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.

Asal tahu saja, struktur kepemilikan saham DCII didominasi oleh tiga pendiri utama, yakni Otto Toto Sugiri dengan kepemilikan 29,9%, Marina Budiman sebesar 22,51%, dan Han Arming Hanafia sebesar 11,12%. 

Selain itu, hadir juga investor strategis dari Grup Salim, yaitu Anthoni Salim yang memiliki 11,12% kepemlikan saham di emiten bersandikan DCII. Kehadiran para pemegang saham utama ini memberikan sinyal kuat terhadap arah strategis perusahaan ke depan.

Dengan posisi keuangan yang solid, pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan, dan dukungan dari pemegang saham strategis, DCII semakin memperkuat perannya sebagai tulang punggung infrastruktur digital Indonesia.