Korporasi

Beraset Rp150 Triliun, Bank Mayapada Cetak Untung Rp25,57 Miliar, Begini Strateginya

  • Laba bersih MAYA tahun 2024 tercatat sebesar Rp 25,57 miliar, bertambah Rp 3,47 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 22,10 miliar.
Bank Mayapada.jpg
Gedung Bank Mayapada di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) menutup tahun 2024 dengan aset mencapai Rp 150,18 triliun. Bank ini juga mampu mengucurkan kredit hingga senilai Rp 105,13 triliun dan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp 11,18 triliun. 

Namun, besarnya beban bunga serta beban umum dan administrasi yang bengkak hingga lebih dari Rp 300 miliar akibat penjaminan kredit, membuat keuntungan MAYA tetap rendah. Laba bersih MAYA tahun 2024 tercatat sebesar Rp 25,57 miliar, bertambah Rp 3,47 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 22,10 miliar.

Berdasarkan Laporan Keuangan tahun 2024 MAYA yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (IDX), bank ini memiliki tiga sektor utama yang mendapatkan kredit besar, masing-masing adalah Jasa Bisnis Rp 41,62 triliun, Konstruksi Rp 29,55 triliun, dan Perdagangan sebesar Rp 18,17 triliun.  

Kualitas kredit MAYA bagus. Yang berkategori macet atau kolektibilitas 5 hanya Rp 3,61 triliun. Yang menarik dari pinjaman MAYA adalah mayoritas kreditnya memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun. Total nilainya Rp 79,39 triliun atau 75,51% dari total kredit tahun 2024 sebesar Rp 105,13 triliun.

Situasi yang sama juga terjadi di tahun 2023. Dengan total kredit Rp 102,21 triliun, sekitar 70,71% atau senilai Rp 72,28 triliun merupakan pinjaman dengan jatuh tempo kurang dari 12 bulan.

Strategi MAYA mengucurkan pinjaman besar membuat pendapatan bunga bank selama 2024 mencapai Rp 11,18 triliun, naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 8,76 triliun. Namun, naiknya pendapatan bunga hampir Rp 2,42 triliun itu juga diikuti dengan melonjaknya beban bunga.

Dengan total dana pihak ketiga sebesar Rp 126,37 triliun pada 2024, beban bunga MAYA mencapai Rp 8,84 triliun. Di tahun 2023, MAYA membayar beban bunga  Rp 6,86 triliun dari total simpanan sebesar Rp 116,59 triliun. Alhasil pendapatan bunga MAYA tahun lalu hanya tersisa Rp 2,33 triliun berbanding Rp 1,89 triliun tahun 2023.

Beban Bunga Tiga Wilayah

Besarnya beban bunga MAYA ini juga menarik dicermati. Karena banyak dana bank yang justru digunakan untuk membayar simpanan nasabah di sejumlah wilayah yang secara bisnis hanya menghasilkan pendapatan bunga kecil. Bahkan MAYA lebih banyak merugi di wilayah-wilayah itu.

Contohnya, selama 2024, total pendapatan bunga di tiga wilayah yaitu Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Maluku serta Papua hanya Rp 46,169 miliar. Namun, di tiga wilayah ini MAYA menghabiskan Rp 1,55 triliun untuk beban bunga simpanan. 

Di tahun 2023, pola yang sama juga terjadi. Dengan total pendapatan bunga di tiga wilayah yaitu Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Maluku serta Papua hanya Rp 44,73 miliar, beban bunga yang dibayarkan MAYA mencapai Rp 1,22 triliun.

Sebagai gambaran, sekitar 87,41% atau senilai Rp 110,46 triliun dari total simpanan nasabah MAYA yang mencapai  Rp 126,37 triliun memiliki masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan. Dengan simpanan besar, pada tahun 2024 MAYA melayani nasabahnya melalui 39 cabang, 94 cabang pembantu, 66 kantor fungsional dengan 150 ATM serta 5 ATM Tarik Setor.

Faktor lain yang membuat laba bersih MAYA tahun 2024 tetap rendah adalah akibat melonjaknya biaya umum dan administrasi. Tahun lalu, MAYA harus membayar Imbal Jasa Penjamin Kredit sebesar Rp 363,15 miliar, melonjak daripada biaya tahun sebelumnya sebesar Rp 77,60 miliar.

Bank Mayapada punya kewajiban kepada PT Sinarmas Penjamin Kredit yang menjamin risiko gagal bayar debitur tertentu dengan jangka waktu selama 7 tahun sampai  tahun 2030. Berdasarkan catatan 13 laporan keuangan MAYA 2024, total biaya yang sudah dibayarkan ke Sinarmas mencapai Rp 2,10 triliun.