Korporasi

AMMN Umumkan Cadangan Tambang Batu Hijau Fase 8 Capai 460 Juta Ton

  • Fase 8 juga hadir di tengah meningkatnya permintaan global terhadap tembaga, seiring percepatan transisi menuju energi bersih.
Aktivitas-Penambangan-dan-Pengangkutan-oleh-Haul-Truck-di-Wilayah-Operasional-AMMAN_2.jpg
Aktivitas penambangan PT Amman Mineral Internasional. (amman.co.id)

JAKARTA — PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengungkap total cadangan mineral di Fase 8 Tambang Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, mencapai sekitar 460 juta ton. Fase ini menjadi lanjutan dari kegiatan penambangan Fase 7 yang akan selesai pada akhir 2024.

Vice President Corporate Communication Amman, Kartika Octaviana, mengatakan bahwa cadangan ini menjadi bekal penting untuk memperpanjang usia operasional tambang Batu Hijau hingga setidaknya tahun 2030. Kartika menjelaskan bahwa sejak 2021, perseroan telah memulai pengupasan lapisan batuan penutup untuk mempersiapkan proses transisi yang mulus ke fase baru.

“Produksi awal Fase 8 dimulai dari bagian terluar dan tertinggi pit Batu Hijau dengan kadar logam yang lebih rendah. Selanjutnya, penambangan akan berlanjut ke area tengah dan bawah yang mengandung bijih dengan kadar tembaga dan emas lebih tinggi,” jelas Kartika dalam keterangannya pada Rabu, 14 Mei 2025.

Dia menambahkan, perpanjangan umur tambang selama lima tahun menjadi hasil dari efisiensi operasional dan tren harga komoditas yang positif. Hal ini dinilai strategis untuk mendukung kesinambungan ekonomi lokal dan nasional, termasuk penyerapan tenaga kerja serta kontribusi bagi pendapatan pemerintah daerah maupun pusat.

Fase 8 juga hadir di tengah meningkatnya permintaan global terhadap tembaga, seiring percepatan transisi menuju energi bersih. Berdasarkan proyeksi dari lembaga riset Wood Mackenzie, kebutuhan terhadap logam tersebut diperkirakan melonjak karena banyak digunakan dalam kendaraan listrik, infrastruktur energi terbarukan, dan berbagai teknologi rendah karbon lainnya.

Tahun ini, AMMN menargetkan produksi konsentrat mencapai 430.000 ton kering, yang diperkirakan mengandung sekitar 228 juta pon tembaga dan 90.000 ons emas. Namun, kinerja produksi pada kuartal I-2025 mencerminkan penurunan tajam akibat pergeseran fase penambangan dari Fase 7 ke Fase 8.

Manajemen mencatat bahwa produksi konsentrat selama kuartal I-2025 turun 55% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 79.741 ton kering. Produksi tembaga hanya mencapai 37 juta pon, turun 62% YoY, sementara emas anjlok 81% YoY menjadi 32.340 ons.

Direktur Keuangan Amman, Arief Sidarto, menjelaskan bahwa tren penurunan ini telah diantisipasi sebelumnya, lantaran sebagian besar bijih yang diolah berasal dari stockpile serta zona awal Fase 8 yang memiliki kadar logam relatif rendah.

Sebelumnya, AMMN juga menyampaikan bahwa pihaknya tengah mengajukan perpanjangan izin ekspor konsentrat, menyusul smelter yang belum beroperasi optimal. Permohonan ini diajukan seiring kebutuhan untuk menjaga kesinambungan penjualan hasil produksi selama masa transisi.

Dengan target produksi yang akan meningkat secara bertahap dalam beberapa kuartal mendatang, perusahaan optimistis bahwa kontribusi Fase 8 akan menopang performa keuangan dan operasi, sekaligus memperkuat posisi Amman sebagai salah satu produsen tembaga dan emas terbesar di Indonesia.