Dunia

Pakistan Tuding India Siapkan Serangan Militer, Begini Akar Konflik Kedua Negara

  • Konflik antara India dan Pakistan memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks, yang bermula sejak pembagian India Britania pada tahun 1947.
Partition_of_India_1947_en.svg.png

ISLAMABAD - Pemerintah Pakistan menuduh India tengah mempersiapkan serangan militer dalam waktu dekat. Menteri Informasi Pakistan, Attaulah Tarar, menyebut bahwa informasi intelijen yang mereka anggap kredibel, India berencana melancarkan agresi dalam 24 hingga 36 jam ke depan.

"Pakistan memiliki informasi intelijen yang kredibel bahwa India bermaksud melakukan aksi militer terhadap Pakistan dalam 24-36 jam ke depan dengan dalih tuduhan tidak berdasar dan dibuat-buat tentang keterlibatan dalam insiden Pahalgam," ungkap Tarar dalam laman X miliknya Rabu, 30 April 2025.

Pernyataan ini mempertegas meningkatnya ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir di Asia Selatan. Tarar menegaskan bahwa Pakistan siap merespons dengan tegas dan proporsional terhadap segala bentuk agresi militer dari India.

Ketegangan ini dipicu oleh serangan teroris pada 22 April 2025 di kawasan wisata Pahalgam, Jammu dan Kashmir, India, yang menewaskan 26 orang, termasuk seorang warga negara Nepal. Kelompok The Resistance Front (TRF), yang diketahui memiliki afiliasi dengan organisasi Lashkar e-Taiba, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Lashkar-e-Taiba adalah kelompok militan yang telah dinyatakan teroris di sejumlah negara, termasuk Rusia dan Amerika Serikat.

Sebagai respons atas insiden tersebut, India mengambil sejumlah langkah tegas terhadap Pakistan. Langkah-langkah tersebut meliputi pengurangan jumlah staf diplomatik di kedutaan besar masing-masing negara, penangguhan Perjanjian Perairan Indus (Indus Waters Treaty/IWT) yang telah berlaku sejak 1960, serta penutupan jalur perbatasan darat terakhir yang masih aktif antara India dan Pakistan. Kebijakan ini mencerminkan memburuknya hubungan bilateral kedua negara setelah serangan teroris di wilayah Jammu dan Kashmir.

Hubungan yang Kian Memburuk

Hubungan India dan Pakistan kembali memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Isu Kashmir, dukungan terhadap kelompok militan, dan saling tuding atas aksi terorisme terus menjadi pemicu friksi antara kedua negara. 

India kerap menuduh Pakistan melindungi kelompok-kelompok militan yang beroperasi di wilayah perbatasan, sementara Pakistan membantah tudingan tersebut dan menuduh India melakukan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Jammu dan Kashmir.

Meski keduanya sama-sama tergabung dalam berbagai forum regional seperti SAARC dan memiliki sejarah diplomatik panjang, dialog bilateral telah lama terhenti. Beberapa inisiatif perdamaian sebelumnya juga selalu kandas oleh aksi kekerasan atau serangan lintas batas.

Dengan situasi yang makin tegang dan kedua negara memiliki kekuatan militer signifikan, komunitas internasional menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan mengedepankan jalur diplomasi untuk mencegah konflik terbuka.

Tak Akur Sejak Lama

Konflik antara India dan Pakistan memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks, yang bermula sejak pembagian India Britania pada tahun 1947. Pada saat itu, wilayah jajahan Inggris dibagi menjadi dua negara yakni  India yang mayoritas berpenduduk Hindu dan Pakistan yang mayoritas Muslim. 

Pembagian ini memicu migrasi besar-besaran dan kekerasan sektarian yang menewaskan ratusan ribu orang. Salah satu warisan paling berdarah dari pembagian ini adalah sengketa wilayah Jammu dan Kashmir. 

Wilayah tersebut menjadi pusat ketegangan karena baik India maupun Pakistan mengklaimnya sebagai bagian sah dari negaranya. Tiga dari empat perang besar yang pernah terjadi antara kedua negara (tahun 1947, 1965, dan 1999) berkaitan langsung dengan Kashmir, dan hingga kini konflik bersenjata skala kecil masih sering terjadi di perbatasan.

Ketegangan semakin meningkat setelah kedua negara berhasil mengembangkan dan menguji senjata nuklir, India pada tahun 1974 dan Pakistan pada 1998. Sejak saat itu, setiap konflik bilateral memiliki potensi mengarah pada eskalasi serius yang mengancam stabilitas kawasan Asia Selatan. 

Selain itu, India juga menuding Pakistan sebagai tempat berlindungnya kelompok teroris lintas negara, terutama setelah serangan besar di Mumbai tahun 2008 yang menewaskan lebih dari 170 orang.

Meski Pakistan membantah tuduhan tersebut, tekanan internasional terus diarahkan pada Islamabad untuk menindak kelompok seperti Lashkar e-Taiba dan Jaish e-Mohammed yang diyakini beroperasi dari wilayah Pakistan.

Sejumlah upaya damai pernah ditempuh kedua negara, seperti dialog bilateral, diplomasi antar militer, hingga inisiatif simbolik seperti "bus diplomatik" yang menghubungkan kedua wilayah. 

Namun, upaya-upaya ini berulang kali gagal karena pecahnya kembali insiden militer atau serangan teror. Situasi kembali memanas secara signifikan pada 2019, ketika pemerintah India mencabut status otonomi khusus Jammu dan Kashmir, yang selama ini dianggap sebagai bagian dari kompromi historis. 

Keputusan ini memicu kemarahan Pakistan dan memperburuk hubungan diplomatik kedua negara. Hingga kini, konflik India-Pakistan tetap menjadi salah satu titik api geopolitik paling sensitif di dunia, dengan ketegangan yang mudah tersulut oleh insiden bersenjata atau perubahan kebijakan domestik.