Dunia

Eropa Kalah dalam Perlombaan Produksi Senjata dengan Rusia, Ukraina Bisa Membalikkan Keadaan

  • Laporan tersebut merinci peningkatan produksi Rusia yang luar biasa. Produksi amunisi artileri telah tumbuh secara dramatis. Produksi peluru 152 mm meningkat dari 250.000 pada tahun 2022 menjadi lebih dari 1,3 juta pada tahun 2024.
amunisi artileri.jpg

JAKARTA- Produksi pertahanan Eropa gagal memenuhi target meskipun mendapat pendanaan yang signifikan. Namun, kemampuan Ukraina memproduksi senjata dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya di negara-negara Barat menghadirkan peluang strategis.

Rusia telah secara signifikan mengungguli Eropa dalam memperluas produksi pertahanan sejak invasi ke Ukraina. Situasi ini bisa menimbulkan ancaman strategis terhadap kemampuan pencegahan NATO. Hal itu terungkap dalam laporan baru yang komprehensif oleh Royal United Services Institute (RUSI) baru-baru ini dikutip Selasa 8 April 2025.

Laporan tersebut membandingkan industri senjata Rusia, Eropa, dan Ukraina  antara 2022 hingga 2024. Disebutkan, Rusia memang memiliki ekonomi yang jauh lebih kecil daripada anggota NATO. Tetapi Moskow telah berhasil memobilisasi industri pertahanannya untuk mengungguli negara-negara Eropa dalam peralatan militer sepanjang waktu tersebut.

Analis RUSI Oleksandr Danylyuk dan Jack Watling menyebutkan keunggulan Rusia yang berkelanjutan dalam produksi pertahanan menimbulkan ancaman strategis bagi NATO dan kredibilitas pencegahan konvensionalnya. Hal ini juga menimbulkan risiko bencana bagi Ukraina, karena mitra internasionalnya telah menjadi kekuatan strategisnya.

Menurut studi RUSI, keberhasilan Rusia bermula dari rencana mobilisasi industri yang dikembangkan dengan baik dan diterapkan sejak awal perang. “Pendekatan terpusat Moskow telah memungkinkan koordinasi cepat di seluruh sektor pertahanannya,” demikian bunyi laporan tersebut. Perusahaan-perusahaan negara seperti Rostec, Roscosmos, dan Rosatom memainkan peran penting.

Laporan tersebut merinci peningkatan produksi Rusia yang luar biasa. Produksi amunisi artileri telah tumbuh secara dramatis. Produksi peluru 152 mm meningkat dari 250.000 pada tahun 2022 menjadi lebih dari 1,3 juta pada tahun 2024. Rusia juga berhasil meningkatkan produksi rudal jelajah. Kh-101 meningkat dari 420 unit pada tahun 2023 menjadi lebih dari 500 pada tahun 2024. Sementara produksi rudal balistik 9M723 melonjak dari 250 menjadi lebih dari 700 pada periode yang sama.

“Untuk mencapai perluasan ini, Rusia berinvestasi besar-besaran dalam memodernisasi fasilitas, mengalihkan dana dari sektor sipil, dan menerapkan mekanisme pembiayaan khusus,” tambah laporan tersebut. Kremlin memastikan perusahaan pertahanan dapat memperoleh pinjaman berbunga rendah yakni 5 hingga 6% per tahun. Sambil menawarkan insentif upah untuk menarik pekerja, termasuk mahasiswa dan bahkan tahanan.

Lembaga pemikir yang berbasis di Inggris itu mencatat, pimpinan Rusia memutuskan untuk melancarkan perang gesekan terhadap Ukraina. Moskow mengandalkan keengganan Kyiv dan mitra-mitra Baratnya untuk mempertahankan tingkat, kecepatan, dan durasi pendanaan yang diperlukan.

Eropa Kesulitan

Sebaliknya, negara-negara Eropa kesulitan mengubah modal dan tujuan menjadi peningkatan kapasitas produksi. Meskipun ada banyak retorika dan pengumuman pendanaan setelah invasi Rusia, output aktual tetap rendah.

Prakarsa Uni Eropa untuk mengirimkan satu juta peluru artileri ke Ukraina dalam waktu satu tahun hanya mencapai setengah dari targetnya. Dengan perjanjian kerangka kerja melalui Badan Pertahanan Eropa hanya menghasilkan 80.000 peluru baru yang dikontrak.  “Sebagian besar amunisi yang dikirimkan berasal dari stok yang menipis atau pembelian dari pasar internasional. Bukan dari perluasan produksi.”

RUSI mengidentifikasi beberapa faktor utama di balik buruknya kinerja Eropa. Yang pertama kurangnya rencana mobilisasi industri dan data koheren untuk mendukung peningkatan skala secara cepat. Kedua pendekatan yang terfragmentasi dan berbasis pasar tanpa koordinasi pemerintah yang efektif. Ketiga keengganan untuk memberikan kontrak jangka panjang yang dapat membenarkan investasi kapasitas. Kelima kurangnya pemahaman mengenai kerentanan rantai pasokan, khususnya pada bahan peledak dan propelan. Keenam hambatan regulasi yang berlebihan memperlambat waktu respons, dan ketujuh kurangnya koordinasi multinasional yang efektif meskipun rantai pasokan saling bergantung.

Ketimpangan biaya juga terlihat jelas. Rusia mematok harga amunisi 152 mm sekitar US$1.000 atau sekitar Rp16 juta  per peluru. Sementara amunisi sejenis buatan Eropa harganya antara  4.000-8.000 dolar amerika per peluru. Atau antara 67-134 juta rupiah. Hal ini membatasi jumlah dukungan yang dapat diberikan mitra Ukraina dalam anggaran yang ditetapkan. Laporan tersebut menyimpulkan bagi sebagian besar Eropa, pasar telah terbukti menjadi pendorong yang sangat buruk dalam menanggapi konflik.

Ukraina Berkembang Pesat

Di tengah tantangan ini, analisis RUSI mengidentifikasi industri pertahanan Ukraina yang berkembang pesat sebagai pengubah permainan yang potensial bagi keamanan Eropa. Meskipun menghadapi kendala yang berat, Ukraina telah menunjukkan ketahanan dan inovasi  besar dalam meningkatkan produksi pertahanan.

Produsen Ukraina melipatgandakan produksi senjata pada tahun 2023 dan terus memperluas kapasitas. Meskipun sering terjadi serangan Rusia yang menargetkan fasilitas industri.

Pada Oktober 2024, sekitar setengah dari seluruh amunisi yang digunakan oleh pasukan Ukraina diproduksi di dalam negeri. Negara tersebut kini memproduksi peluru artileri kaliber 152 mm standar Soviet dan 155 mm standar NATO. Yang terakhir harganya hanya sekitar US$1.500. Jauh  lebih murah daripada harga Eropa.

Ekosistem manufaktur Ukraina juga telah menunjukkan inovasi  luar biasa, khususnya dalam sistem tanpa awak. Negara ini kini memproduksi lebih dari 100.000 pesawat nirawak setiap bulan. Drone tersebut diproduksi melalui lebih dari 120 perusahaan. Mereka juga mengembangkan sistem peperangan elektronik  seperti Sky Fortress dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan negara-negara Barat.

Laporan ini menyoroti kemitraan Eropa-Ukraina yang sukses yang telah membuktikan konsep tersebut. Denmark membiayai produksi 18 howitzer  Bohdan yang diproduksi Ukraina dan dikirim hanya dalam waktu dua bulan. Pada September 2024, Denmark menandatangani perjanjian lebih lanjut senilai 630 juta dolar Amerika untuk produksi senjata Ukraina. Dari jumlah itu hampir 440 juta dolar didanai melalui aset Rusia yang dibekukan. Prakarsa serupa muncul dengan Lithuania, Norwegia, Latvia, dan Inggris.

RUSI menilai dengan investasi dan kemitraan yang tepat, 500 perusahaan pertahanan Ukraina yang mempekerjakan 300.000 personel dapat menjadi komponen penting dalam memperkuat keamanan Eropa. Sekaligus mendukung ekonomi dan kemampuan pertahanan Ukraina. Perusahaan-perusahaan ini berkontribusi 1,5% terhadap pertumbuhan PDB Ukraina sebesar 4,9% pada tahun 2023.

Analisis RUSI secara khusus merekomendasikan usaha patungan. Di mana negara-negara Barat dapat menyediakan komponen dan teknologi yang sensitive, sementara Ukraina memproduksi komponen lain dengan biaya yang lebih rendah. Kemitraan semacam itu dapat menciptakan pengaturan yang saling menguntungkan yang mengatasi kekurangan produksi Eropa sekaligus membangun kapasitas industri Ukraina.

“Karena Eropa menghadapi prospek kemandirian yang lebih besar dengan potensi berkurangnya dukungan Amerika, mengintegrasikan kemampuan produksi Ukraina mungkin merupakan jalan paling efektif untuk meningkatkan keamanan Eropa dengan cepat. Sekaligus memperkuat kemampuan pertahanan dan ketahanan ekonomi Ukraina,” demikian kesimpulan RUSI.