Belanja Senjata Global 2024 Alami Lonjakan Terbesar pasca-Perang Dingin
- Laporan SIPRI memperingatkan bahwa janji banyak negara untuk lebih meningkatkan pengeluaran militer akan menimbulkan pertanyaan kritis tentang keberlanjutan fiskal dan alokasi sumber daya yang menjauh dari prioritas sosial dan pembangunan.

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA-Belanja militer global melonjak ke angka yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu US$2,72 triliun atau sekitar Rp45.480 triliun (kurs Rp16.611) pada tahun 2024. Angka ini melonjak 9,4% dari tahun sebelumnya dan menandai peningkatan tahunan paling tajam sejak berakhirnya Perang Dingin.
Stockhlom International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan peningkatan tajam dalam laporan tahunannya yang dirilis pada Senin 28 April 2025. Hal ini menandai tahun kesepuluh berturut-turut pertumbuhan belanja militer di seluruh dunia. Lonjakan ini jelas didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di seluruh kawasan. Pertumbuhan yang sangat pesat di Eropa dan Timur Tengah di tengah konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan Gaza.
Laporan SIPRI menyebutkan secara keseluruhan 2,5% dari gabungan kekuatan ekonomi global dihabiskan untuk militer tahun 2024 lalu. “Lebih dari 100 negara di seluruh dunia meningkatkan pengeluaran militer mereka pada tahun 2024,” kata Xiao Liang, peneliti Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI.
- Mengapa Negara Skandinavia Sangat Transparan Terhadap Publik?
- Dirut BRI Sebut Danantara Bisa Meningkatkan Daya Saing Bank Himbara di Tingkat Global
- HMSP Bukukan Pendapatan Rp28,79 Triliun di Kuartal I-2025, Ekspor Naik Tajam
Dia menambahkan seiring dengan semakin diprioritaskannya keamanan militer oleh pemerintah seringkali mengorbankan bidang anggaran lainnya. Dan pilihan ekonomi dan sosial dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap masyarakat di tahun-tahun mendatang.
Amerika Tetap Memimpin
Amerika Serikat mempertahankan posisinya sebagai negara dengan pengeluaran militer terbesar di dunia sebesar US$997 miliar atau sekitar Rp16.670 triliun. Ini mencakup 37% dari pengeluaran global. China menyusul dengan perkiraan US$314 miliar atau sekitar Rp5.250 triliun. Kemudian Rusia US$149 miliar atau sekitar Rp2.491 triliun, Jerman US$88,5 miliar atau sekitar Rp1 479 triliun dan India US$86,1 miliar atau sekitar Rp1.439 triliun melengkapi lima besar. Bersama-sama, negara-negara ini mencakup 60% dari pengeluaran militer di seluruh dunia.
Secara kolektif, negara-negara anggota NATO menghabiskan US$1,51 triliun untuk militer mereka. Ini mencakup 55% pengeluaran global. 18 dari 32 negara anggota aliansi tersebut memenuhi atau melampaui target pengeluaran sebesar 2% dari PDB yang telah ditetapkan oleh para pemimpin NATO pada tahun 2014. Naik naik dari 11 negara anggota pada tahun 2023.
Pengeluaran militer Rusia melonjak 38% dibandingkan tahun 2023 dan dua kali lipat dari yang dibelanjakannya pada tahun 2015. Angka ini mewakili 7,1% dari PDB Rusia dan 19% dari total pengeluaran pemerintahnya. Pengeluaran Israel 65% lebih tinggi dibandingkan tahun 2023, sementara Polandia, yang sudah menjadi pembelanja utama NATO, menginvestasikan 31% lebih banyak.
Ukraina menduduki peringkat kedelapan sebagai negara dengan pengeluaran militer terbesar di dunia dengan pengeluaran sebesar US$64,7 miliar atau sekitar Rp1.081 triliun. Ini jumlah yang sangat besar karena mencapai 34% dari PDB-nya. Angka ini menjadi beban militer tertinggi di antara negara mana pun pada tahun 2024.
Mengingat invasi besar-besaran Rusia ke negara tersebut yang dimulai pada bulan Februari 2022 Kyiv merasa sangat membutuhkan persenjataan yang luas dan cepat. Menurut SIPRI pengeluaran pertahanannya pada tahun 2024 adalah 1.251% lebih tinggi daripada satu dekade lalu.
“Ukraina saat ini mengalokasikan seluruh pendapatan pajaknya untuk militernya,” kata Peneliti senior di Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI Diego Lopes da Silva. Dia menambahkan dalam lingkungan fiskal yang terbatas seperti itu, akan sulit bagi Ukraina untuk terus meningkatkan pengeluaran militernya.
Negara-negara tetangga Ukraina juga meningkatkan mesin perang mereka, dengan anggaran militer Eropa meningkat sebesar 17% menjadi US$693 miliar. Ini mendorong anggaran pertahanan benua itu melampaui level era Perang Dingin. Jerman muncul sebagai negara dengan pengeluaran militer nomor satu di Eropa Barat untuk pertama kalinya sejak reunifikasi. pengeluaran pertahanan mereka meningkat 28% dari tahun ke tahun menjadi $88,5 miliar.
Timur Tengah, yang terus diguncang konflik mengalami peningkatan yang substansial. Pengeluaran militer Israel melonjak menjadi $46,5 miliar di tengah perangnya di Gaza dan konflik dengan Hizbullah. Angka ini mewakili 8,8% dari PDB negara tersebut.
Sementara itu, China melanjutkan peningkatan anggaran belanja militer tahunannya yang telah berlangsung selama 30 tahun berturut-turut. Anggaran belanja Beijing kini 59% lebih tinggi daripada satu dekade lalu.
Pengeluaran militer Jepang juga tumbuh secara mengejutkan sebesar 21% pada tahun lalu hingga mencapai jumlah total $55,3 miliar. Ini menandai peningkatan tahunan terbesar sejak tahun 1952. SIPRI menilai dengan beberapa pertikaian yang belum terselesaikan dan meningkatnya ketegangan, investasi ini berisiko membawa kawasan ini ke dalam pusaran perlombaan senjata yang berbahaya.
Tahun lalu, dunia menghabiskan US$334 untuk militer per kapita. Tingkat tertinggi sejak berakhirnya Perang Dingin. Laporan SIPRI memperingatkan bahwa janji banyak negara untuk lebih meningkatkan pengeluaran militer akan menimbulkan pertanyaan kritis tentang keberlanjutan fiskal dan alokasi sumber daya yang menjauh dari prioritas sosial dan pembangunan.

Amirudin Zuhri
Editor
