Dunia

Bagaimana Bisa India dan Pakistan Sukses Bangun Senjata Nuklir?

  • Ambisi nuklir India dimulai bukan karena Pakistan, melainkan karena China. Pada tahun1962, India kalah perang dari China dalam sengketa perbatasan Himalaya.
limbah nuklir.jpg

JAKARTA - Perang antara India dan Pakistan resmi pecah setelah India meluncurkan Operasi Sindoor, sebuah serangan militer yang menargetkan sejumlah lokasi di wilayah Pakistan dan Pakistan Kashmir. 

Dalam operasi yang berlangsung selama 25 menit tersebut, militer India meluncurkan 24 rudal ke sembilan titik yang diyakini sebagai kamp militan.

Lokasi-lokasi tersebut disebut dihuni oleh dua kelompok teroris, Lashkar-e-Taiba (LeT) dan Jaish-e-Mohammad (JeM), yang selama ini dianggap bertanggung jawab atas berbagai serangan mematikan di wilayah India, khususnya di kawasan sengketa Kashmir. Kedua kelompok tersebut telah lama ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Dewan Keamanan PBB.

Namun, ketegangan antara India dan Pakistan bukanlah hal baru. Sejak kemerdekaan keduanya pada 1947 dan pembagian wilayah yang berdarah, hubungan kedua negara selalu berada dalam siklus konflik dan gencatan senjata. 

Kondisi tersebut kian mengkhawatirkan adalah fakta bahwa keduanya kini menyimpan ratusan hulu ledak nuklir—warisan dari perlombaan senjata selama lebih dari setengah abad.

Awal Mula: Bayangan China dan Kekalahan yang Membekas

Ambisi nuklir India dimulai bukan karena Pakistan, melainkan karena China. Pada tahun1962, India kalah perang dari China dalam sengketa perbatasan Himalaya. 

Ketika China sukses menguji coba bom atom pada tahun 1964, India merasa semakin terpojok. Pemerintah India lalu mempercepat program nuklir mereka, meskipun awalnya masih diklaim untuk tujuan damai.

Ketegangan dengan Pakistan makin memperkuat tekad India. Setelah perang kedua dengan Pakistan pada 1965 dan perang besar ketiga pada 1971 yang berujung pada kemerdekaan Bangladesh, India akhirnya melakukan uji coba nuklir pertama mereka pada tahun 1974 dengan sandi “Smiling Buddha”.

Balas Dendam Diam-diam, Pakistan Menyusul

Bagi Pakistan, uji coba nuklir India adalah pukulan besar terhadap keamanan nasional. Presiden Zulfikar Ali Bhutto kala itu menyatakan, “Jika India membuat bom, kita akan makan rumput atau daun, bahkan kelaparan, tapi kita juga akan memiliki bom kita sendiri.”

Langkah awalnya dimulai dengan kepulangan Dr. Abdul Qadeer Khan dari Belanda. Ia membawa pengetahuan dan desain penting soal pengayaan uranium, dan mulai membangun fasilitas senjata nuklir di Kahuta secara rahasia. 

Pada akhir 1980-an, Pakistan diduga telah memiliki bom nuklir, meski belum diuji secara terbuka.

Tahun 1998: Dunia Menyaksikan Dua Ledakan Bersejarah

Pada Mei 1998, India mengguncang dunia dengan lima uji coba nuklir di gurun Pokhran. Dua minggu berselang, Pakistan membalas dengan enam uji coba di wilayah Chagai Hills, Balochistan. 

Untuk pertama kalinya, kedua negara secara terbuka mengakui status sebagai negara nuklir. Dunia mengecam, tapi di dalam negeri, masing-masing pemerintah dipuji habis-habisan.

Tak lama kemudian, terjadi perang terbatas di Kargil, wilayah Kashmir yang disengketakan. Walau perang hanya menggunakan senjata konvensional, dunia menyadari, ini bukan lagi konflik bias, kondisi tersebut bisa menjadi konflik antar dua negara nuklir.

Era Rudal dan Modernisasi

Sejak tahun 2000-an, kedua negara mulai mengembangkan sistem peluncur rudal balistik dan kapal selam bersenjata nuklir. India mengandalkan sistem Agni dan Prithvi, sementara Pakistan mengembangkan Shaheen, Ghauri, dan Nasr, yang terakhir ini bahkan dirancang sebagai senjata nuklir taktis jarak pendek.

India menyatakan kebijakan “No First Use” atau tidak akan menyerang lebih dulu dengan senjata nuklir, namun pejabat tinggi di bawah pemerintahan Narendra Modi sempat menyiratkan kemungkinan peninjauan ulang terhadap doktrin itu, terutama setelah insiden serangan teroris yang terjadi tahun 2025.

Kini, India dan Pakistan sama-sama diyakini memiliki lebih dari 150 hulu ledak nuklir. Meski ada berbagai jalur komunikasi militer yang dibuka untuk mencegah salah paham, setiap kali terjadi insiden di Kashmir atau serangan lintas batas, dunia kembali gelisah.

Seperti halnya saat insiden Balakot, saat kedua negara bertukar serangan udara dan bahkan jet tempur. Dunia khawatir, bukan soal siapa yang menang, tapi seberapa jauh eskalasi bisa terjadi sebelum salah satu pihak “menekan tombol merah”.