Tantangan Asuransi Umum di Tengah Susutnya Penjualan Kendaraan
- Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa penjualan mobil nasional pada Januari 2025 hanya mencapai 61.843 unit, turun 11,3% secara tahunan (year on year/yoy).

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA - Industri asuransi kendaraan bermotor menghadapi tantangan besar pada tahun 2024 akibat penurunan penjualan mobil di Indonesia.
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa penjualan mobil nasional pada Januari 2025 hanya mencapai 61.843 unit, turun 11,3% secara tahunan (year on year/yoy).
Hal ini berdampak langsung pada pertumbuhan premi asuransi kendaraan, yang bergantung pada penjualan kendaraan baru sebagai salah satu pendorong utama.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan, menegaskan bahwa perlambatan pasar otomotif ini menjadi tantangan besar bagi industri asuransi kendaraan.
"Meskipun telah diadakan beberapa pameran kendaraan bermotor, penjualannya masih belum tumbuh secara signifikan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan premi di sektor asuransi kendaraan," ujarnya dalam konferensi pers paparan kinerja industri asuransi umum di Jakarta, Rabu, 5 Maret 2025.
- Perbandingan Modal Franchise SPBU Pertamina, Shell, dan BP
- Rekam Jejak Yuddy Renaldi dan Dinamika Bank BJB di Tengah Kasus Hukum
- Strategi Jasa Marga (JSMR) Atasi Mudik 2025: Optimalkan Keuangan, dan Asset Recycling
Kinerja Premi Asuransi Umum 2024: Stabil di Tengah Tantangan
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, industri asuransi umum masih menunjukkan kinerja premi yang stabil sepanjang tahun 2024 untuk. Berdasarkan data AAUI, total perolehan premi industri asuransi umum mencapai Rp112,8 triliun.
Beberapa lini bisnis, seperti Asuransi Harta Benda dan Asuransi Kredit, mendominasi dengan kontribusi sebesar 46% terhadap total premi.
Tren pembayaran klaim juga meningkat 8,5% secara tahunan, mencapai Rp49,9 triliun. Namun, rasio klaim justru mengalami sedikit penurunan dari 44,3% menjadi 44,2% secara yoy, yang menunjukkan tingkat profitabilitas yang masih terjaga di sektor ini.
Pertumbuhan Premi Asuransi Kendaraan Bermotor di Tengah Perlambatan Pasar
Di tengah lesunya pasar otomotif, Asuransi Kendaraan Bermotor masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,3% pada tahun 2024, dengan total perolehan premi mencapai Rp20,1 triliun.
Meskipun penjualan mobil baru mengalami penurunan, segmen kendaraan roda dua tetap menunjukkan tren positif, terutama untuk pasar domestik dan ekspor, yang turut mendukung pertumbuhan premi asuransi kendaraan.
Namun, AAUI mencatat bahwa masuknya berbagai merek kendaraan listrik asal China ke pasar Indonesia belum memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan premi asuransi kendaraan.
"Banyak masyarakat yang membeli kendaraan listrik karena harganya lebih murah dan efisiensinya lebih baik, tetapi mereka juga mempertimbangkan aspek nilai jual kembali yang masih menjadi tantangan," ujar Budi Herawan.
Dampak Potensial dari Penundaan Program Asuransi Wajib Third Party Liability (TPL)
Salah satu faktor yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan asuransi kendaraan adalah penerapan program asuransi wajib Third Party Liability (TPL). Namun, rencana ini tampaknya berpotensi mengalami penundaan oleh pemerintah, mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang masih penuh tantangan. Jika program ini benar-benar tertunda, maka industri asuransi kendaraan harus mencari strategi lain untuk mendorong pertumbuhan premi.
Strategi Inovasi untuk Meningkatkan Premi Asuransi Kendaraan
Dengan berbagai tantangan yang ada, industri asuransi kendaraan perlu menemukan terobosan baru untuk tetap bertumbuh. AAUI menekankan pentingnya inovasi dan dukungan regulator dalam menghadapi situasi ini.
"Regulasi yang mendukung sangat dibutuhkan agar industri ini tetap dapat berkembang," kata Budi Herawan.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan industri asuransi kendaraan untuk meningkatkan pertumbuhan premi antara lain:
- Pengembangan Produk yang Berorientasi pada Konsumen: Menyesuaikan produk dengan kebutuhan dan preferensi konsumen, termasuk menawarkan fleksibilitas dalam pilihan perlindungan.
- Digitalisasi Layanan: Mempermudah akses bagi pelanggan melalui teknologi digital, seperti aplikasi mobile untuk klaim dan pembelian polis.
- Kemitraan dengan Dealer dan Leasing: Meningkatkan kerja sama dengan perusahaan pembiayaan dan dealer kendaraan untuk menarik lebih banyak pelanggan.
- Inovasi dalam Asuransi Kendaraan Listrik: Mengembangkan skema perlindungan yang lebih menarik bagi pemilik kendaraan listrik untuk meningkatkan penetrasi di segmen ini.
- Mengulas Sejarah Petral, Sarang Mafia Migas Pertamina
- LK21, LokLok, dan Layarkaca21 Ilegal, Ini 5 Rekomendasi Situs Nonton Film Aman
- Pembukaan LQ45 Hari Ini: BBRI dan BBTN Kompak Terbang
Lesunya pasar otomotif di awal tahun 2025 menjadi tantangan besar bagi industri asuransi kendaraan. Penurunan penjualan mobil, potensi penundaan program asuransi wajib TPL, serta dampak minimal dari masuknya kendaraan listrik, membuat industri ini harus beradaptasi dengan cepat. Meskipun demikian, kinerja industri asuransi umum tetap stabil, dengan pertumbuhan premi di beberapa lini bisnis, termasuk asuransi kendaraan bermotor yang masih mampu tumbuh 3,3%.
Ke depan, inovasi dan dukungan regulator akan menjadi faktor kunci dalam menghadapi tantangan ini. Dengan strategi yang tepat, industri asuransi kendaraan dapat tetap berkembang dan berkontribusi pada pertumbuhan sektor asuransi umum di Indonesia.

Amirudin Zuhri
Editor
