Strategi OJK Perdalam Peran Jasa Keuangan di Daerah lewat Closed Loop Ecosystem
- Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah ketimpangan infrastruktur di beberapa daerah yang bisa menghambat akses pasar dan pembiayaan. Mahendra menegaskan bahwa pendalaman pasar tidak semata-mata bergantung pada kualitas infrastruktur. Meskipun infrastruktur yang baik akan memperlancar akses, daerah dengan infrastruktur terbatas tetap memiliki potensi besar dalam menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pasar lokal maupun luar daerah.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen untuk memperkuat ekonomi daerah dengan meningkatkan akses pembiayaan bagi sektor-sektor unggulan seperti agrikultur, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam Konferensi Nasional Peningkatan Nilai Tambah Ragam Keunggulan Daerah yang diselenggarakan pada Senin, 28 April 2025.
Melalui sinergi hilirisasi dan strategi pendalaman pasar, OJK berharap dapat menciptakan dampak yang luas bagi perekonomian daerah di seluruh Indonesia.
Mahendra Siregar menekankan pentingnya pendekatan langsung ke daerah untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh pelaku sektor agrikultur, pariwisata, dan ekonomi kreatif dalam mengakses pembiayaan.
Menurutnya, membangun rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir menjadi kunci utama untuk memperluas akses tersebut. Dengan cara ini, OJK berupaya memastikan bahwa pembiayaan tidak hanya mengalir ke daerah dengan infrastruktur yang kuat, tetapi juga dapat menjangkau wilayah yang infrastrukturnya masih terbatas.
- Di Antara Tuduhan dan Jasa Besar, Apakah Layak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?
- 11 Rekomendasi Film Indonesia Tayang Bioskop Mei 2025, Banyak Horor
- Daftar Group K-Pop yang Comeback Mei 2025, Ada MEOVV hingga BOYNEXTDOOR
“Keunggulan akses itu adalah melakukan berbagai kegiatan langsung di daerah. Dengan begitu, proses pemberian pembiayaan dapat dianggap laik karena melibatkan semua pihak yang relevan — mulai dari pihak yang membutuhkan pembiayaan, pendukung rantai pasok, hingga off-taker produk,” jelas Mahendra.
Hal ini menjadi langkah strategis untuk memastikan bahwa pembiayaan dapat menyentuh semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di wilayah terpencil.
Tantangan Infrastruktur: Tidak Menjadi Penghalang
Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah ketimpangan infrastruktur di beberapa daerah yang bisa menghambat akses pasar dan pembiayaan. Mahendra menegaskan bahwa pendalaman pasar tidak semata-mata bergantung pada kualitas infrastruktur. Meskipun infrastruktur yang baik akan memperlancar akses, daerah dengan infrastruktur terbatas tetap memiliki potensi besar dalam menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pasar lokal maupun luar daerah.
"Memang benar infrastruktur akan memperbaiki akses, tapi bukan berarti daerah tanpa infrastruktur yang memadai tidak bisa mendapatkan pembiayaan. Proses analisis, komunikasi, dan pembiayaan kini banyak dilakukan secara digital. Ini menjadi peluang besar bagi daerah-daerah tersebut," tambah Mahendra.
Pendekatan digital yang diusung oleh OJK akan terus diperkuat, sehingga pembiayaan bisa lebih mudah diakses oleh pelaku usaha di daerah yang kurang terjangkau oleh infrastruktur tradisional.
Optimisme terhadap Pertumbuhan Pembiayaan di Tengah Dinamika Global
Di tengah ketidakpastian global, Mahendra tetap optimis mengenai prospek pertumbuhan sektor keuangan domestik. Hingga saat ini, OJK tidak melihat indikasi perlunya revisi terhadap proyeksi pertumbuhan pembiayaan nasional. Meski kondisi ekonomi global cenderung melambat, proyeksi pertumbuhan pembiayaan sektor perbankan masih tetap berada pada kisaran 9-11%.
"Kami tidak mengeluarkan perkiraan tingkat pertumbuhan ekonomi sendiri, tapi kami mencermati proyeksi pemerintah dan pihak lain. Sampai saat ini, berdasarkan dialog dan diskusi dengan pelaku industri keuangan, kami belum melihat adanya perubahan signifikan dalam proyeksi pertumbuhan pembiayaan," ungkap Mahendra.
Fokus OJK saat ini adalah memastikan kesehatan dan kinerja industri keuangan yang berada di bawah pengawasan mereka. Oleh karena itu, OJK akan terus memantau perkembangan pembiayaan dan kredit agar sektor keuangan Indonesia tetap stabil dan dapat mendukung perekonomian daerah.
OJK Fokus pada Pengembangan Ekonomi Daerah: Agrikultur, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif
Mahendra juga menyoroti pentingnya peran OJK dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui sektor agrikultur, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Selama 1,5 tahun terakhir, OJK telah memfokuskan program pengembangan ekonomi daerah pada sektor agribisnis dan hortikultura, yang melibatkan pelaku ekonomi seperti petani, pekebun, peternak, dan nelayan.
Menurut Mahendra, OJK tidak hanya mengandalkan pembiayaan dari sektor perbankan saja, tetapi juga melibatkan perusahaan pembiayaan, asuransi, dan pasar modal seperti securities crowdfunding. Dengan pendekatan ini, diharapkan pelaku usaha di sektor agrikultur dapat lebih mudah mengakses pembiayaan untuk mengembangkan usaha mereka.
“OJK juga memperkenalkan produk asuransi parametrik untuk membantu para pelaku agrikultur mengelola risiko gagal panen atau bencana alam. Dengan produk ini, mereka bisa meningkatkan kelayakan usaha mereka di mata lembaga keuangan,” jelas Mahendra.
Mengembangkan Ekosistem Pembiayaan yang Terintegrasi
Salah satu inovasi utama yang diperkenalkan oleh OJK adalah konsep closed loop ecosystem atau ekosistem tertutup yang menghubungkan seluruh rantai pasok dari pemasok bahan baku hingga offtaker. Pendekatan ini memastikan keberlanjutan usaha dan memudahkan pelaku usaha untuk mengakses pembiayaan formal.
“Kalau hanya fokus pada produksinya saja tanpa menjamin kepastian pasar dan pembiayaan, maka usahanya tidak akan sustainable,” tambah Mahendra.
Pendekatan ekosistem ini memastikan bahwa seluruh aspek usaha dari hulu ke hilir terhubung dengan baik, sehingga dapat mengurangi risiko usaha dan memudahkan pelaku usaha dalam meraih pembiayaan.
Ekspansi Fokus ke Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Setelah memperkuat sektor agrikultur, OJK kini memperluas fokusnya ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Mahendra menjelaskan bahwa kedua sektor ini memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan pendekatan pembiayaan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan sektor tradisional. Oleh karena itu, OJK mengembangkan Infinity 2.0, sebuah pusat inovasi yang bertujuan untuk mendukung ekosistem pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif.
Salah satu inisiatif yang dikembangkan oleh OJK adalah penggunaan alternative credit scoring, yang menilai kelayakan kredit berdasarkan hak kekayaan intelektual, aktivitas di media sosial, hingga potensi monetisasi usaha. Ini memberikan peluang bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengakses pembiayaan meskipun tidak memiliki aset yang tradisional.
Memperkuat Akses Pembiayaan untuk UMKM
Selain sektor agrikultur dan ekonomi kreatif, OJK juga berkomitmen untuk memperkuat akses pembiayaan bagi UMKM. Mahendra menyebutkan bahwa OJK sedang merancang regulasi yang memudahkan akses pembiayaan UMKM, tidak hanya dari sektor perbankan tetapi juga dari pasar modal dan industri keuangan non-bank.
“OJK mendorong penggunaan model agregasi jasa keuangan untuk membantu pelaku usaha kecil meningkatkan skala usahanya. Dengan cara ini, UMKM dapat lebih mudah mengakses pembiayaan yang lebih terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujar Mahendra.
- Sejarah QRIS yang Disoroti Amerika Serikat
- RUPS Kelar, Petrosea (PTRO) Siap Bagi Dividen Bulan Mei
- Paus Fransiskus Meninggal, Siapa yang Memimpin Gereja Katolik Selanjutnya?
OJK: Dari Pengawas Menjadi Penggerak Ekonomi
Mahendra menegaskan bahwa perubahan peran OJK, yang sebelumnya lebih berfokus pada pengawasan lembaga jasa keuangan, kini juga mencakup peran sebagai penggerak ekonomi daerah. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sektor jasa keuangan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan di tengah ketidakpastian global.
“Tujuan kami adalah untuk membangun ekosistem pembiayaan yang relevan dan kontekstual bagi seluruh industri unggulan daerah. Dengan pendekatan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi nasional tetap terjaga,” tuturnya.
Komitmen OJK untuk Masa Depan Ekonomi Daerah
Sebagai penutup, Mahendra menyampaikan harapannya agar seluruh pihak dapat bekerja sama untuk memperkuat upaya ini demi kebaikan perekonomian nasional. OJK optimistis bahwa dengan pendekatan adaptif dan kolaboratif, sektor jasa keuangan Indonesia akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“OJK akan terus berkomitmen untuk memperkuat ekonomi daerah dengan cara yang lebih inklusif dan berbasis komunitas, agar semua daerah dapat merasakan manfaat dari pendalaman pasar jasa keuangan ini,” pungkasnya.

Ananda Astridianka
Editor
