Fintech

Strategi Investasi Kripto Tatkala Pasar Sedang Gonjang-ganjing Akibat Krisis Likuiditas

  • Cenmi menyarankan agar investor selalu melakukan riset dan tidak terbuai dengan iming-iming keuntungan yang cepat.
Ilustrasi Mata Uang Kripto

Ilustrasi Mata Uang Kripto / Pixabay.com

(Pixabay.com)

JAKARTA - VP Growth Tokocrypto Cenmi Mulyanto membagikan strategi investasi kripto tatkala pasar aset digital ini sedang mengalami gonjang-ganjing akibat krisis likuiditas pada bursa FTX.

Ia mengatakan bahwa masih ada strategi yang bisa dijalankan untuk menciptakan potensi keuntungan di masa depan.

Menurut Cenmi, keuntungan bisa didapatkan dengan cara "menabung" kripto saat pasar tengah anjlok.

"Ketika pasar anjlok, pergerakan aset kripto cenderung sulit diprediksi. Banyak investor setuju bahwa jalan terbaik ke depan adalah dengan mengadopsi strategi dollar cost averaging dan buy the dip dengan membeli sejumlah aset saat pasar mengalami koreksi yang signifikan," ujar Cenmi dikutip dari keterangan yang diterima TrenAsia, Sabtu, 12 November 2022.

Namun, meskipun terjadi penurunan performa yang signifikan sehingga para investor bisa membeli aset dengan harga "diskon", namun riset tetap menjadi salah satu hal yang perlu dilakukan.

Cenmi menyarankan agar investor selalu melakukan riset dan tidak terbuai dengan iming-iming keuntungan yang cepat.

"Jadi, pastikan investor lakukan analisis mengapa harga turun, dan gali lebih dalam alasannya. jangan fokus pada jenis-jenis kripto tertentu saja. Strategi nabung kripto bisa jadi peluang keuntungan di market," papar Cenmi.

Dikatakan oleh Cenmi, pasang surut di pasar kripto merupakan fase yang umum terjadi di industri instrumen keuangan, apalagi kripto masih menjadi instrumen investasi yang tergolong baru.

"Market bearish saat ini sudah umum dalam dunia kripto. Investor kripto harus selalu bersikap tenang dan tidak perlu panik," pungkas Cenmi.

Untuk diketahui, saat ini pasar kripto tengah tertekan akibat kasus krisis likuiditas yang menerpa platform crypto exchange FTX.

Sam Bankman-Fried sang pemilik FTX pun tidak lagi masuk ke jajaran miliarder versi Forbes karena kekayaannya menyusut hingga US$16 miliar (Rp24,8 triliun dalam asumsi kurs Rp15.500 perdolar Amerika Serikat/AS).

Krisis ini pun memicu kekhawatiran para investor sehingga terjadilah aksi jual aset secara besar-besaran.

Walaupun aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar (big cap) sempat menguat pascapengumuman data inflasi AS, namun trennya tidak berlangsung lama.