Fintech

Bitcoin Hadapi Momentum Kritis di Juni 2025, Ini Strategi yang Perlu Diperhatikan

  • Situasi ini menciptakan dilema bagi investor—antara mempertahankan eksposur atau mengambil langkah perlindungan. Oleh karena itu, penting bagi para pelaku pasar untuk memahami dinamika yang sedang berlangsung dan menyiapkan strategi menghadapi momentum pasar yang tidak menentu ini.
Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin. Sumber: Pixabay.com (Pixabay.com)

JAKARTA - Memasuki bulan Juni 2025, pasar kripto kembali diwarnai ketidakpastian. Bitcoin (BTC), sebagai aset kripto terbesar di dunia, tengah memasuki fase krusial setelah menorehkan rekor harga tertinggi sepanjang masa di kisaran US$112.000 atau sekitar Rp1,82 miliar. Meskipun berhasil mencetak reli mengesankan, harga BTC dalam beberapa hari terakhir mulai mengalami koreksi, diperdagangkan di kisaran US$107.000 hingga US$108.000 (sekitar Rp1,74 miliar–Rp1,75 miliar), turun sekitar 2% dalam 24 jam terakhir. 

Situasi ini menciptakan dilema bagi investor—antara mempertahankan eksposur atau mengambil langkah perlindungan. Oleh karena itu, penting bagi para pelaku pasar untuk memahami dinamika yang sedang berlangsung dan menyiapkan strategi menghadapi momentum pasar yang tidak menentu ini. 

Kombinasi Faktor Tekanan: Dari Ambil Untung hingga Sentimen Makro 

Menurut analis kripto dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, penurunan harga Bitcoin saat ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan hasil dari kombinasi beberapa faktor. Di antaranya adalah aksi ambil untung oleh para trader setelah lonjakan harga, distribusi yang meningkat dari para penambang, tekanan teknikal, serta sentimen kehati-hatian yang muncul akibat kondisi ekonomi global yang belum stabil. 

“Setelah menyentuh level tertinggi di US$112.000, Bitcoin mengalami penurunan dan menguji ulang level resistensi teknikal di kisaran US$109.000 pada 28 Mei. Ini memicu gelombang aksi ambil untung yang memicu tekanan jual dalam jangka pendek,” jelas Fyqieh. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa indikator RSI (Relative Strength Index) 14-hari kini berada di angka 65,44—yang menunjukkan momentum netral. Artinya, ruang untuk konsolidasi harga masih terbuka dan investor perlu mewaspadai potensi pergerakan yang tidak menentu dalam waktu dekat. 

Tekanan Jual vs Permintaan Institusional: Siapa yang Lebih Kuat? 

Menariknya, meskipun tekanan jual terlihat meningkat, permintaan dari kalangan institusi justru tetap kuat. Fyqieh mencatat bahwa terdapat aliran dana besar yang masuk ke berbagai institusi besar yang masih aktif mengoleksi Bitcoin. 

“Permintaan institusional menjadi bantalan penting dalam menjaga kepercayaan pasar. Misalnya, GameStop masih menjadi salah satu entitas yang konsisten membeli Bitcoin, dan ini menjadi indikator bahwa smart money belum keluar dari pasar,” tambahnya. 

Dari sisi data on-chain, jumlah dompet besar atau 'whale' (yang menyimpan antara 1.000 hingga 10.000 BTC) sempat mencapai puncak 2.021 wallet pada 25 Mei. Namun, hanya dua hari kemudian, angka ini turun menjadi 2.003. Penurunan tersebut mengindikasikan adanya aksi ambil untung dan memperbesar risiko fluktuasi harga dalam jangka pendek. 

Konsolidasi Harga: Peluang atau Ancaman? 

Fyqieh menyebut bahwa saat ini Bitcoin berada dalam zona konsolidasi yang sangat menentukan arah selanjutnya. Potensi munculnya pola teknikal negatif seperti death cross tetap membayangi pergerakan BTC. Namun, selama level support kunci tidak ditembus, peluang untuk terjadi kenaikan harga masih terbuka. 

“Saat ini Bitcoin masih bertahan di atas level US$107.000. Jika mampu mempertahankan posisi ini, maka peluang untuk kembali menguji level US$109.000 tetap ada. Sebaliknya, jika tekanan jual terus berlanjut dan harga jatuh di bawah US$104.670, maka koreksi lebih dalam bisa terjadi,” ujarnya. 

Walau demikian, tren jangka menengah Bitcoin secara struktur masih dinilai positif. Potensi untuk kembali menyentuh area harga US$110.700 hingga US$112.000 dinilai masih sangat terbuka, terutama jika ada dukungan dari sentimen ekonomi atau data pasar yang positif. 

Sentimen Politik Perkuat Posisi Bitcoin Sebagai Aset Alternatif 

Di luar faktor teknikal dan fundamental, dukungan politik juga turut memainkan peran penting dalam membentuk persepsi pasar terhadap Bitcoin. Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, dalam pidatonya di ajang Bitcoin Conference 2025 di Las Vegas pada 28 Mei, secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap BTC. 

Ia menyebut Bitcoin sebagai “lindung nilai terhadap inflasi, kontrol pusat, dan diskriminasi politik oleh sektor swasta.” Bahkan, Vance mengakui secara pribadi memegang aset BTC, yang memperkuat citra Bitcoin sebagai simbol kebebasan finansial di tengah ketidakpastian kebijakan global. 

Dukungan dari tokoh sekelas Wakil Presiden AS menjadi katalis positif yang tak bisa diabaikan. Terlebih lagi, pernyataan ini muncul bersamaan dengan rilis risalah rapat The Fed yang menunjukkan kekhawatiran terhadap peningkatan inflasi serta proyeksi pengangguran yang diperkirakan berada di atas 4,6%. 

“Dalam konteks ini, Bitcoin semakin diposisikan sebagai alternatif lindung nilai terhadap kebijakan ekonomi konvensional yang dinilai rentan,” kata Fyqieh. 

Juni 2025: Bulan Krusial yang Perlu Dicermati Investor 

Menyambut bulan Juni, pelaku pasar kripto kini tengah berada dalam fase penyesuaian. Banyak investor cenderung menurunkan eksposur risiko, terlihat dari menurunnya total kapitalisasi pasar dan fluktuasi tingkat pendanaan. Pasar memperkirakan perlambatan ekonomi global dengan inflasi yang masih tinggi—kombinasi yang menciptakan risiko stagflasi. 

Pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) yang dijadwalkan pada 17–18 Juni menjadi titik perhatian utama. Hingga agenda tersebut terlaksana, volatilitas pasar diperkirakan masih tinggi karena pelaku pasar terus menimbang kemungkinan perubahan suku bunga dan arah kebijakan moneter ke depan. 

“Bulan Juni biasanya merupakan periode yang rentan terhadap tekanan, terutama karena ketidakpastian makro dan strategi arbitrase institusi yang memanfaatkan volatilitas,” ungkap Fyqieh. 

Strategi Investasi: Saatnya Investor Perkuat Manajemen Risiko 

Dalam kondisi seperti ini, investor diimbau untuk lebih disiplin dalam pengambilan posisi. Manajemen risiko menjadi kunci utama agar bisa bertahan dan memanfaatkan peluang yang ada. Volatilitas memang menjadi bagian yang tak terhindarkan dari pasar kripto, namun dengan pendekatan yang tepat, investor masih bisa meraih hasil optimal. 

Fyqieh menekankan bahwa penting bagi investor untuk tidak terlalu terpaku pada pergerakan jangka pendek. Sebaliknya, mereka perlu fokus pada struktur jangka menengah dan sinyal fundamental yang lebih dalam, seperti dukungan institusional, pergeseran kebijakan moneter, serta perkembangan makroekonomi. 

Kesimpulan: Momentum Kritis Adalah Kesempatan Tersembunyi 

Bitcoin tengah berada di persimpangan jalan menjelang pertengahan tahun 2025. Harga yang terkoreksi setelah mencapai rekor tertinggi bukanlah akhir dari tren, melainkan sebuah momen penyesuaian yang memberikan peluang baru bagi investor yang jeli membaca arah pasar. 

Dukungan politik, pertumbuhan permintaan institusional, serta kekhawatiran ekonomi global semuanya menjadi variabel penting yang bisa memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset alternatif. Namun, di sisi lain, ketidakpastian makro dan tekanan teknikal tetap menjadi tantangan yang perlu dikelola dengan baik. 

Oleh karena itu, investor disarankan untuk memperkuat strategi investasi mereka dengan fokus pada analisis jangka menengah dan pengelolaan risiko yang disiplin. Momentum krusial seperti ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang menemukan peluang baru dalam ketidakpastian.