Tingkatkan Investasi Industri Hulu Migas, Bahlil Siap Pangkas Sejumlah Aturan
- Pemerintah juga akan menawarkan sejumlah insentif atau "sweetener" bagi para investor asing sebagai daya tarik tambahan.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA –Pemerintah berencana untuk melakukan evaluasi besar-besaran terhadap regulasi dan perizinan di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Langkah ini dilakukan guna meningkatkan daya tarik investasi di sektor tersebut, khususnya untuk investasi asing.
Saat ini terdapat lebih dari 300 izin migas yang dinilai rumit dan menghambat alur investasi di sektor hulu migas. Untuk memperbaiki kondisi ini, pemerintah berencana memangkas izin-izin yang tidak relevan dan menyederhanakan proses perizinan agar lebih efisien.
"Karena perizinan kita terlalu banyak, ada kurang lebih sekitar 300 lebih izin. Nah, ini kita pangkas, kita akan potong," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, di Jakarta, Rabu, 11 September 2024.
- UOB Indonesia: Kartu Kredit dan Paylater Bukan Kompetisi, Tapi Kolaborasi
- Kejar BBM Standar Euro 4, Pertamina Butuh Suntikan Rp77 Triliun
- Peluang Pemain Asuransi dalam Proyek Lumbung Pangan Era Prabowo
Insentif Investasi
Pemerintah juga akan menawarkan sejumlah insentif atau "sweetener" bagi para investor asing sebagai daya tarik tambahan. Langkah ini diambil seiring dengan meningkatnya kompetisi global dalam menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di sektor migas.
Bahlil menekankan pentingnya peran negara untuk mengoptimalkan upaya agar daya tarik investasi lebih kompetitif guna bersaing dengan negara-negara lain yang juga berlomba-lomba menarik minat investor di sektor energi.
"Kita akan memperhatikan sweetener-sweetener yang mumpuni untuk kemudian bisa kita menawarkan kepada investor. Karena hampir semua negara dunia sekarang berlomba-lomba untuk mencari FDI (foreign direct investment) di sektor hulu migas,"ujar Bahlil.
Salah satu upaya yang disiapkan adalah pengenalan kontrak bagi hasil dengan skema gross split baru (New GS). Dalam skema ini, jumlah komponen bagi hasil yang semula mencapai 13 akan disederhanakan menjadi hanya lima, sehingga membuat kontrak lebih sederhana dan menarik bagi kontraktor.
- UOB Indonesia: Kartu Kredit dan Paylater Bukan Kompetisi, Tapi Kolaborasi
- Kejar BBM Standar Euro 4, Pertamina Butuh Suntikan Rp77 Triliun
- Peluang Pemain Asuransi dalam Proyek Lumbung Pangan Era Prabowo
Langkah Capai Kemandirian Energi
Bahlil juga sempat memaparkan sejumlah langkah yang diambil Indonesia dalam mencapai kemandirian energi. Bagi Bahlil optimalisasi produksi minyak dalam negeri dianggap mennjadi instrumen penting.
"Bagaimana caranya kita meningkatkan lifting minyak kita dengan memakai tiga pendekatan. Yang pertama adalah kita harus segera melakukan eksplorasi, eksplorasi terhadap potensi-potensi sumur-sumur minyak baru," papar Bahlil pada saat pembukaan Leaders Forum: Masa Depan Energi, di Jakarta, Rabu 11 September 2024.
Langkah pertama yang perlu dilakukan negara adalah eksplorasi sumur minyak baru. Eksplorasi potensi sumur-sumur baru sangat penting untuk meningkatkan lifting minyak di Indonesia.
Selain eksplorasi, langkah kedua lewat optimalisasi sumur eksisting melalui teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Teknologi ini memungkinkan peningkatan produksi minyak dari sumur-sumur yang sudah ada.
Saat ini, Pertamina, yang memegang 65% lifting nasional, terus berupaya mengaplikasikan teknologi tersebut untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Selain itu mengidentifikasi sumur produktif juga menjadi langkah krusial, mengingat eberapa sumur minyak yang masih produktif di Indonesia mampu memberikan kontribusi signifikan untuk menambah pasokan minyak nasional.
Indonesia diketahui masih dihadapkan pada tantangan produksi minyak yang serius. Saat ini, lifting minyak hanya mencapai 600 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi nasional mencapai 1,6 juta barel per hari.
Situasi ini berbanding terbalik dengan kondisi surplus yang pernah dialami Indonesia di masa lalu, sehingga membutuhkan upaya ekstra dalam mewujudkan kemandirian energi.

Muhammad Imam Hatami
Editor
