Energi

Menteri ESDM Harap Konflik Palestina-Israel Tak Pengaruhi Harga Minyak

  • Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap meski adanya konflik hamas dan Israel tidak berimbas pada harga minyak mentah di dunia.
IMG-20231013-WA0066.jpg
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (TrenAsia/Debrinata)

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif  berharap konflik antara Palestina dan Israel tidak berimbas pada harga minyak mentah dunia.

Pasalnya beberapa hari terakhir harga minyak sempat melonjak di atas US$90 per barel meski kini sudah terus mengalami menurunan. Arifin menegaskan bahwa Indonesia masih terus menjaga agar ketersediaan dalam negeri tetap dan tidak berimbas ke masyarakat.

"Jadi sekarang (harga) minyaknya kemarin US$86 per barel, lalu kemarin sempat tembus US$90 per barel. Kami berharap jangan naik-naik dari US$90 per barel lah, level situ dulu," katanya saat ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat, 13 Oktober 2023.

Terkait melandainya  harga minyak mentah dunia menurut Arifin disebabkan oleh sudah adanya kepastian pasokan minyak mentah. Selain itu, permintaan minyak di beberapa negara juga terjaga karena ada alternatif energi lain.

Arifin berharap melandainya harga minyak mentah dunia akan berlangsung lama, hal ini untuk memastikan ketahanan energi nasional yang masih mengandalkan impor minyak mentah.

Alasan lainnya kata Arifin di Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi pada 2024 atau akan masuk tahun politik. Di mana gonjang ganjing harga minyak diharapkan Menteri ESDM ini tak mengganggu.

Harga Minyak Usai Serangan Hamas

Konflik antara Hamas dan Israel yang memanas sejak Sabtu (7/10) lalu telah berdampak pada pasar minyak dunia. Harga minyak mentah melonjak tajam karena khawatir pasokan terganggu akibat perang di Timur Tengah. Analis Goldman Sachs, Jeff Currie, bahkan memprediksi harga minyak akan mencapai US$100 per barel pada tahun 2024.

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak adalah serangan mendadak yang dilancarkan oleh Hamas, kelompok militan Palestina, dari Jalur Gaza ke Israel pada Sabtu pagi. Serangan ini mengejutkan Israel dan dunia, karena merupakan serangan terbesar dan terkoordinasi yang pernah dilakukan oleh Hamas.

Perang antara Hamas dan Israel ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya eskalasi konflik di Timur Tengah, yang merupakan kawasan penghasil minyak terbesar di dunia. Pasar minyak khawatir bahwa perang ini akan mengganggu pasokan dan infrastruktur minyak di kawasan tersebut, atau bahkan melibatkan negara-negara tetangga seperti Iran, Arab Saudi, atau Mesir.

Selain faktor geopolitik, harga minyak juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan fundamental. Di satu sisi, permintaan minyak dunia meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global dari dampak pandemi Covid-19. Di sisi lain, pasokan minyak dunia masih terbatas karena kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC+.

Analis Goldman Sachs, Jeff Currie, mengatakan bahwa harga minyak akan mencapai US$100 per barel pada tahun 2024, karena adanya fenomena supercycle di pasar komoditas. Supercycle adalah periode bullish di mana harga komoditas naik karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan yang kronis.