Bahlil Ungkap Sejumlah Tempat untuk Pembangunan Kilang Kapasitas 1 Juta Barel
- PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyatakan belum mendapatkan informasi apapun mengenai rencana pemerintah membangun proyek kilang minyak raksasa baru di Indonesia

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA - Indonesia terus mengejar target lifting minyak dan gas (migas) dengan merancang proyek pembangunan pengolahan minyak (refinery) lebih besar dari rencana awal, dari 500.000 barel per hari menjadi 1 juta barel per hari.
Hal ini diungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sekaligus Ketua Tim Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi. Menurutnya, peningkatan kapasitas kilang minyak tersebut merupakan bagian dari percepatan hilirisasi yang akan dibangun di berbagai wilayah Indonesia.
"Kita akan bangun (kilang minyak) kurang lebih sebesar 1 juta barel, dan itu akan kita lakukan di beberapa tempat, baik di Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku-Papua sehingga terjadi pemerataan," ujarnya di Istana Negara dikutip pada Selasa, 11 Maret 2025.
- Duduk Perkara Dana MBG Disunat Dari Rp10 Ribu Jadi Rp8 Ribu
- 7 Kontroversi Rodrigo Duterte yang Ditangkap Atas Perintah ICC
- Hartadinata Abadi (HRTA) Teken Kontrak Jual Beli 5.711 Kilo Emas per Tahun
- Apa Itu Supersemar yang Diperingati Setiap 11 Maret?
Salah satu pertimbangan peningkatan kapasitas kilang minyak ini yaitu adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi minyak dalam negeri. Oleh karena itu, Pemerintah akan membangun terminal penyimpanan BBM (storage) dengan kapasitas yang sama dengan kilang.
Menyikapi hal tersebut, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyatakan belum mendapatkan informasi apapun mengenai rencana pemerintah membangun proyek kilang minyak raksasa baru di Indonesia, yang kapasitasnya ditargetkan mencapai 1 juta barel per hari (bph) dari rencana semula 500.000 bph.
Corporate Secretary Kilang Pertamina Internasional, Hermansyah Y. Nasroen menyebut, hingga saat ini KPI juga belum mendapatkan arahan apapun terkait rencana pembangunan kilang raksasa yang sebagian proyeknya akan didanai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tersebut.
Akan tetapi, KPI mengaku siap jika sewaktu-waktu diberikan penugasan untuk menggarap proyek hilirisasi sektor minyak dan gas bumi (migas) tersebut.
Saat ini fokus perseroan masih mengejar target penyelesaian proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang menunjukkan hasil per Februari 2025 ini telah mencapai 92,42%.
Berdasarkan catatan TrenAsia.com, proyek RDMP Balikpapan memiliki nilai investasi mencapai US$7,4 miliar atau setara dengan Rp118 triliun (kurs Rp15.966 per dolar AS). Dari total tersebut, US$4,3 miliar berasal dari ekuitas, sedangkan US$3,1 miliar diperoleh melalui pinjaman yang didukung oleh Export Credit Agency (ECA).
Serta proyek Grass Root Refinery Tuban (GRR Tuban) masih bekerja sama dengan perusahaan Rusia, Rosneft, dengan skema joint venture (JV).
Sedangkan, Proyek Grass Root Refinery (GRR) merupakan investasi untuk pembangunan Kilang Tuban ini diperkirakan mencapai US$21 miliar atau sekitar Rp315 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per US$).
Berdasarkan data Pertamina, proyek kilang minyak ini ditargetkan bisa memproduksi BBM dengan standar Euro V dan menghasilkan 12,8 juta kilo liter (kl) per tahun, meliputi avtur 1,49 juta kl, diesel 5,2 juta kl, RON 92 5,95 juta, dan RON 95 0,16 juta kl.
Selain BBM, kilang Tuban ini juga ditargetkan bisa memproduksi 4,70 juta ton petrokimia per tahun, terdiri dari 1,3 juta ton paraxylene, 510 ribu ton styrene, 650 ribu ton LLDPE/HDPE, 1,16 juta ton polypropylene, 407 ribu ton sulfur, 500 ribu ton MEG, dan 173 ribu ton MTBE secara tahunan.
"Sampai saat ini, Pertamina masih bersama Rosneft. Terlepas dari urusan sanksi. Kita kan ada JV dengan Rosneft. Kita masih bersama dia, masih terikat dengan JV itu," kata Hermansyah saat ditemui di Jakarta Pusat dilansir pada Selasa, 11 Maret 2025.

Amirudin Zuhri
Editor
