Sebut Asuransi Syariah RI Bisa Ungguli Malaysia, Ma'ruf Amin: Kita Adalah Macan yang Tidur
- Malaysia disebut lebih dulu menyadari pentingnya pengembangan industri syariah, sehingga lebih cepat dalam melakukan spin-off dan menghadirkan produk-produk yang sesuai kebutuhan masyarakatnya.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA – Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri asuransi syariah dunia. Meskipun saat ini Malaysia lebih dikenal sebagai pusat (hub) industri keuangan syariah internasional, Indonesia dinilai mampu mengejar ketertinggalan dan bahkan berpotensi melampaui negara jiran tersebut.
Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan, menjelaskan bahwa perbedaan utama antara Indonesia dan Malaysia dalam hal perkembangan asuransi syariah terletak pada waktu dan kesiapan dalam melakukan pemisahan unit usaha syariah atau spin-off. Malaysia disebut lebih dulu menyadari pentingnya pengembangan industri syariah, sehingga lebih cepat dalam melakukan spin-off dan menghadirkan produk-produk yang sesuai kebutuhan masyarakatnya.
"Malaysia itu lebih dulu dalam konteks spin-off. Mereka lebih awal memisahkan unit usaha syariahnya, sehingga punya produk yang lebih dikenal dan mudah diterima oleh masyarakat," ujar Fauzi dalam media briefing di Jakarta, Selasa, 27 Mei 2025.
- MSIG Life Catat RBC 15x Lipat Lebih Tinggi dari Ketentuan, Apa Artinya untuk Nasabah?
- Kapan Puasa Tarwiyah 2025? Ini Jadwal Lengkapnya
- Mengulas Tren Penjualan Boneka Labubu di Dunia
Potensi Besar Pasar Indonesia Belum Dioptimalkan
Namun demikian, Fauzi menegaskan bahwa potensi Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Malaysia, terutama karena populasi Muslim yang sangat besar. Ia optimistis bahwa ke depan, Indonesia akan mampu mengungguli Malaysia dalam pengembangan asuransi syariah asalkan para pelaku industri mampu melakukan inovasi dan memperkenalkan produk-produk yang relevan serta mudah diakses oleh masyarakat.
“Kalau melihat potensinya, Indonesia itu jauh lebih besar. Tapi sayangnya belum dioptimalkan. Yang perlu dilakukan adalah menghadirkan produk yang fleksibel, mudah diakses, dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas,” tambahnya.
Fauzi juga menegaskan bahwa dukungan dari pemerintah Indonesia dalam pengembangan industri syariah sudah cukup kuat. Pemerintah dinilai terus mendorong pertumbuhan industri ini melalui berbagai kebijakan dan regulasi. Tantangannya saat ini adalah kesiapan dari pelaku industri untuk merespons potensi tersebut dengan strategi yang tepat.
Inovasi Jadi Kunci Pertumbuhan Asuransi Syariah di Indonesia
Menurut Fauzi, keberhasilan Indonesia dalam mengejar ketertinggalan dari Malaysia akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan asuransi syariah untuk terus berinovasi. Manulife Syariah Indonesia, katanya, hadir dengan membawa pengalaman dan inovasi produk guna menarik minat masyarakat yang lebih luas.
“Kami hadir dengan inovasi, dengan pengalaman yang cukup banyak, dan dengan produk-produk yang kami harap bisa menjangkau masyarakat lebih luas. Semakin banyak yang dilayani, semakin besar pula pertumbuhan industri ini,” kata dia.
Baca Juga: MSIG Life Catat RBC 15x Lipat Lebih Tinggi dari Ketentuan, Apa Artinya untuk Nasabah?
Ma’ruf Amin Sebut Indonesia ‘Macan Tidur’ yang Sedang Terbangun
Ketua Dewan Pengawas Syariah Manulife Syariah Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin, juga memberikan pandangan serupa. Ia menyebut Indonesia sebagai "macan tidur" dalam industri halal dan keuangan syariah. Artinya, Indonesia memiliki kekuatan besar, namun selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan.
“Indonesia itu macan, tapi masih tidur. Kita dulu hanya fokus pada sertifikasi halal, belum pada produksi dan pengembangan industri halal itu sendiri,” ujar Ma’ruf dalam kesempatan yang sama.
Baru pada tahun 2020, Indonesia mulai menyadari pentingnya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah secara menyeluruh. Pemerintah pun mendirikan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), yang kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) di 31 provinsi di seluruh Indonesia.
“Sekarang sudah ada komite daerah ekonomi dan keuangan syariah di berbagai provinsi, dipimpin langsung oleh gubernur masing-masing. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan ekonomi syariah di daerah,” tutur Ma’ruf.
Regulasi Khusus Dibutuhkan untuk Dukung Karakter Asuransi Syariah
Lebih lanjut, Ma’ruf Amin juga menyoroti pentingnya perbedaan regulasi antara asuransi konvensional dan asuransi syariah. Ia menilai bahwa beberapa regulasi yang berlaku untuk industri konvensional justru menjadi hambatan bagi perkembangan asuransi syariah.
“Regulasi yang diberlakukan kepada konvensional seringkali jadi penghambat bagi syariah. Karena karakteristiknya berbeda, maka aturannya juga tidak bisa disamakan secara keseluruhan,” jelasnya.
Menurut Ma’ruf, saat ini pelaku industri syariah tengah mengidentifikasi berbagai “sumbatan” atau hambatan yang menghalangi laju pertumbuhan asuransi syariah. Tujuannya adalah agar regulasi yang lebih mendukung dan sesuai dengan karakteristik syariah bisa segera diterapkan.
“Industri asuransi syariah terus mengidentifikasi hambatan-hambatan, agar nanti regulasi bisa lebih berpihak dan sesuai dengan natur dari syariah itu sendiri,” lanjutnya.
Optimisme Indonesia Jadi Pemimpin Industri Asuransi Syariah Global
Meski saat ini Malaysia masih lebih unggul dalam hal struktur industri asuransi syariah, baik Fauzi Arfan maupun K.H. Ma’ruf Amin menegaskan bahwa Indonesia memiliki semua modal yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan. Selain dukungan populasi yang besar, kesadaran masyarakat dan pelaku industri terhadap pentingnya keuangan syariah juga terus meningkat.
Apalagi, dengan mulai diberlakukannya kewajiban sertifikasi halal di berbagai sektor dan pertumbuhan sektor keuangan syariah yang kian signifikan, keduanya yakin bahwa ke depan Indonesia akan mampu menjadi pemain utama bahkan pemimpin dalam industri asuransi syariah global.
“Sekarang tinggal soal waktu saja. Regulasi terus disempurnakan, industri berkembang, dan masyarakat semakin sadar. Maka menurut saya, hanya tinggal tunggu waktu Indonesia akan menjadi pusat asuransi syariah yang besar,” pungkas Ma’ruf.
- IHSG Hari Ini Dibuka Naik 27,45 Poin ke 7.122,05
- Profil Bimo Wijayanto, Akademisi dan Birokrat yang Dipercaya Pimpin Ditjen Pajak
- Sepak Terjang Bos Sritex Iwan Setiawan Lukminto yang Ditangkap Kejagung
Belajar dari Negara Lain, Fokus pada Inovasi dan Edukasi
Dalam konteks adopsi praktik internasional, baik Fauzi maupun Ma’ruf menegaskan pentingnya belajar dari negara-negara yang telah sukses dalam mengembangkan industri keuangan syariah seperti Malaysia, Turki, dan Uni Emirat Arab. Namun, mereka juga menekankan bahwa strategi yang diambil Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi pasar domestik.
“Inovasi dan edukasi masyarakat menjadi kunci. Kita bisa belajar dari negara lain, tapi tetap harus adaptif terhadap kondisi lokal,” tutup Fauzi.
Dengan semangat baru, inovasi produk, dan dukungan regulasi yang semakin progresif, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memaksimalkan potensi besarnya di sektor asuransi syariah. Dan seperti yang disebut Ma’ruf Amin, macan tidur itu kini mulai bangun.

Amirudin Zuhri
Editor
