PTPP Borong Proyek Pelabuhan dan Gedung, Kontrak Baru Capai 151 Persen Target Kuartal
- Jika dilihat berdasarkan sektor, kontribusi terbesar berasal dari proyek pelabuhan yang menyumbang 37,2% dari total nilai kontrak.

Alvin Bagaskara
Author


PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. / Dok. PTPP
(Istimewa)JAKARTA - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mencatatkan perolehan kontrak baru senilai Rp6,275 triliun pada kuartal I-2025. Nilai ini meningkat 32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Capaian tersebut melampaui target kuartalan perusahaan, bahkan mencapai 151% dari target awal kuartal I, serta merepresentasikan 21% dari total target kontrak baru sepanjang 2025.
Dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 17 April 2025, manajemen menjelaskan bahwa mayoritas kontrak baru berasal dari proyek-proyek yang didanai oleh badan usaha milik negara (BUMN) sebesar 52,1%, disusul sektor swasta 28,6%, dan proyek pemerintah 19,3%.
Jika dilihat berdasarkan sektor, kontribusi terbesar berasal dari proyek pelabuhan yang menyumbang 37,2% dari total nilai kontrak. Selanjutnya, proyek gedung menyumbang 32,9%, jalan dan jembatan 22,6%, serta sisanya berasal dari bendungan, irigasi, migas, dan sektor lainnya.
- Saham Bank Bisa Lebih Anjlok dari Biasanya setelah Pembagian Dividen, Pasar Menanti Katalis Positif
- Ini 5 Pemenang WK Migas Tahap II-2024, Siapa Saja?
- Hingga Rp32 Triliun Dana Asing di Saham Ngacir, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Turun ke 4,5 Persen
Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo, menyebutkan bahwa lonjakan kontrak baru salah satunya didorong oleh proyek strategis New Priok East Access (NPEA) Seksi II senilai Rp2,33 triliun yang dibukukan pada Maret 2025. “Dengan proyek tersebut, terdapat kenaikan 116% dibandingkan nilai kontrak pada Februari 2025,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pencapaian tersebut semakin memperkuat optimisme perusahaan untuk mengejar target pemasaran hingga akhir tahun. “PTPP akan terus fokus mencapai target pemasaran sampai akhir 2025,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PTPP, Novel Arsyad, menyampaikan bahwa perseroan kini memperkuat fokus pada bisnis inti, yakni konstruksi gedung, jalan, jembatan, serta proyek Engineering, Procurement & Construction (EPC). Ia juga menekankan pentingnya transformasi teknologi sebagai strategi untuk mempercepat pekerjaan dan meningkatkan daya saing perusahaan.
“Dengan langkah perbaikan, program divestasi, dan konsolidasi menuju fokus pada bisnis inti, ditambah dengan inovasi teknologi, PTPP diharapkan dapat mencapai profitabilitas yang berkelanjutan dan kondisi keuangan yang lebih sehat dalam lima tahun ke depan,” ujar Novel.
Kinerja Keuangan PTPP
Di tengah pertumbuhan kontrak baru yang solid, kinerja keuangan PTPP pada 2024 menunjukkan dinamika yang cukup kompleks. Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp19,81 triliun, naik 7,3% dibandingkan 2023 yang sebesar Rp18,46 triliun.
Kontributor terbesar berasal dari segmen jasa konstruksi dengan nilai Rp16,17 triliun, diikuti EPC sebesar Rp2,05 triliun, properti dan realty Rp795,18 miliar, serta unit usaha lainnya seperti keuangan konsesi, persewaan alat, pracetak, dan jasa pertambangan.
Dari sisi profitabilitas, laba kotor tercatat meningkat 10,5% menjadi Rp2,63 triliun. Namun, sejumlah beban yang membengkak menekan capaian laba bersih. Beban keuangan meningkat tajam menjadi Rp1,89 triliun dari sebelumnya Rp1,20 triliun. Sementara itu, beban lainnya melonjak menjadi Rp1,13 triliun dari Rp401,60 miliar pada tahun sebelumnya. Beban pajak penghasilan pun ikut naik signifikan menjadi Rp118,27 miliar.
Tak hanya itu, PTPP juga mencatat rugi dari pengukuran kembali imbalan pasti sebesar Rp64,37 miliar, serta rugi komprehensif lain senilai Rp17,91 miliar. Akibatnya, laba bersih perusahaan pada 2024 tercatat turun 13,65% menjadi Rp415,65 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp481,37 miliar. Laba per saham dasar pun terkoreksi dari Rp78 menjadi Rp67.
Hingga akhir 2024, total aset PTPP tercatat sebesar Rp56,58 triliun, dengan liabilitas Rp41,33 triliun dan ekuitas Rp15,25 triliun. Posisi kas dan setara kas berada di angka Rp4,18 triliun, sedikit meningkat dibandingkan Rp4,17 triliun pada akhir 2023.

Amirudin Zuhri
Editor
