Bursa Saham

Perkasa di Papan Pemantauan Khusus, Market Cap DCII Tempel BMRI dan AMMN

  • Otto Toto Sugiri, sebagai pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 29,9%, kini memiliki nilai kekayaan sebesar Rp 121,13 triliun.
202106211547-main.jpg
PT DCI Indonesia Tbk (DCII) (Dok/Ist)

JAKARTA – Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) kembali mencuri perhatian pasar dengan lonjakan harga yang signifikan. Meskipun masih diperdagangkan di papan pemantauan khusus (PPK) dengan mekanisme full call auction (FCA), saham emiten pusat data ini tetap menunjukkan tren penguatan yang mengesankan.

Pada sesi perdagangan intraday pertama Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 10 Maret 2025, kapitalisasi pasar DCII melonjak menjadi Rp 404,99 triliun setelah harga sahamnya meningkat 10% ke level Rp 169.950 per lembar. K

Kenaikan ini semakin mendekatkan DCII dengan kapitalisasi pasar dua raksasa lainnya, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencapai Rp 434,27 triliun dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan Rp 471,36 triliun.

Peningkatan Nilai Kekayaan Para Pemegang Saham

Lonjakan harga saham DCII berdampak langsung pada peningkatan kekayaan para pemegang saham utama. Otto Toto Sugiri, sebagai pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 29,9%, kini memiliki nilai kekayaan sebesar Rp 121,13 triliun.

Sementara itu, Marina Budiman yang menggenggam 22,51% saham DCII mencatatkan kekayaan sebesar Rp 91,7 triliun. Han Arming Hanafia, pemegang 14,11% saham, kini memiliki nilai kekayaan Rp 57,16 triliun.

Di sisi lain, Anthoni Salim yang memiliki 11,12% saham DCII juga menikmati pertumbuhan kekayaan, yang kini mencapai Rp 45,04 triliun. Kenaikan kapitalisasi pasar ini semakin memperkuat posisi DCII sebagai salah satu emiten dengan valuasi terbesar di Bursa Efek Indonesia.

Rencana Stock Split untuk Meningkatkan Likuiditas

Seiring dengan kenaikan harga sahamnya, manajemen DCII telah mengajukan permohonan persetujuan prinsip kepada BEI pada 19 Februari 2024 untuk melaksanakan pemecahan saham (stock split). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham serta membuat harga saham lebih terjangkau bagi investor ritel.

Manajemen menilai bahwa dengan harga saham yang lebih rendah pasca-stock split, daya tarik saham DCII di pasar akan semakin meningkat. Hal ini diharapkan dapat mendorong partisipasi investor yang lebih luas dan memperkuat posisi DCII di industri pusat data nasional dan regional.

Dengan berbagai faktor pendukung, mulai dari pertumbuhan kapitalisasi pasar yang pesat hingga rencana strategis untuk meningkatkan likuiditas saham, DCII terus menunjukkan prospek yang cerah di pasar modal Indonesia.

Masa Depan Digital Indonesia

Hingga DCII urung juga merilis laporan keuangan tahun 2024, namun hingga kuartal III-2024, perseroan sukses mencatat laba bersih sebesar Rp449,48 miliar, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Keberhasilan DCI Indonesia di bawah kepemimpinan Sugiri tidak hanya tercermin dalam angka-angka keuangan, tetapi juga dalam kontribusinya terhadap pembangunan infrastruktur digital Indonesia yang lebih kuat.

DCII baru-baru ini fokus pada penyelesaian pembangunan data center di Surabaya dengan investasi sekitar US$72 juta (Rp1,16 triliun). Data center ini memiliki kapasitas 9 MW dan ditargetkan selesai pada awal tahun depan. Pembangunan ini bertujuan untuk melayani konsumen di Surabaya dan memiliki potensi untuk meningkatkan kapasitas di masa depan.

Selain itu, DCII juga sedang membangun data center berkapasitas 36 MW di Cibitung. Hal ini sejalan dengan tingginya permintaan data center di Indonesia, yang diperkirakan mencapai sekitar 2.700 MW.