Pasar Modal

Wall Street Menguat Terkerek Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

  • Wall Street bergerak menguat pada perdagangan Selasa, 22 Maret 2022 waktu setempat. Hal ini dikarenakan imbal hasil treasury AS bergerak naik
<p>Ilustrasi perdagangan saham di bursa Wall Street Amerika Serikat / Reuters</p>

Ilustrasi perdagangan saham di bursa Wall Street Amerika Serikat / Reuters

(Istimewa)

NEW YORK - Wall Street bergerak menguat pada perdagangan Selasa, 22 Maret 2022 waktu setempat. Hal ini dikarenakan imbal hasil treasury AS bergerak naik dan investor mencerna kemungkinan peningkatan kenaikan suku bunga yang cepat menyusul komentar hawkish dari Federal Reserve AS.

Melansir Reuters, Rabu, 23 Maret 2022, Nasdaq (.IXIC) memimpin indeks utama Wall Street dengan kenaikan hampir 2%. Hal ini karena investor membeli penurunan saham teknologi, termasuk Apple Inc (AAPL.O), Microsoft Corp (MSFT.O), Amazon.com Inc (AMZN .O), Meta Platform Inc (FB.O) dan Alphabet Inc (GOOGL.O).

Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 254,87 poin, atau 0,74%, menjadi 34.807,86 dan S&P 500 (SPX) naik 50,63 poin, atau 1,13%, menjadi 4.511,81.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral dapat bergerak "lebih agresif" untuk menaikkan suku bunga guna memerangi inflasi. Adapun memberi kemungkinan naik lebih dari 25 basis poin pada satu atau lebih pertemuan tahun ini.

Pasar memperkirakan probabilitas 72,2% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga fed fund 50 basis poin ketika pembuat kebijakan bertemu di bulan Mei, naik dari kemungkinan lebih dari 50% pada hari Senin.

Selain itu, imbal hasil Treasury 10-tahun AS berada di 2,38%, setelah mencapai level tertinggi sejak 2019. Catatan 2-tahun juga naik, menghasilkan 2,16%, dari 2,13%.

"Tingkat kesulitan Fed Jerome Powell untuk melakukan soft landing bagi perekonomian hampir sama dengan pendaratan darurat heroik Kapten Sullenberger di Sungai Hudson," kata Aaron Clark, manajer portofolio di GW&K Investment Management di Boston.

"Pasar tetap dalam tarik ulur antara kesalahan kebijakan yang menyebabkan resesi dan ekonomi yang tangguh dengan sektor konsumen dan korporasi yang kuat," tambah Clark.

JPMorgan mengambil pandangan yang berbeda dan mengatakan bahwa 80% dari kliennya berencana untuk meningkatkan eksposur ekuitas, yang merupakan rekor tertinggi.

"Dengan posisi yang ringan, sentimen yang lemah, dan risiko geopolitik yang cenderung mereda seiring waktu, kami percaya risiko condong ke atas," tulis ahli strategi JPMorgan dalam sebuah catatan kepada klien.