Wajah Keselamatan Mobil Listrik China (Bagian 1): Prestasi Gemilang di Arena Uji Tabrak
- Harga mobil listrik China murah, tapi amankah? Bedah tuntas bukti uji tabrak dari Euro NCAP & ASEAN NCAP. Ungkap data keselamatan BYD, Zeekr, dan anomali Neta V.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar otomotif Indonesia kini berhadapan dengan dilema besar seiring derasnya arus mobil listrik (EV) asal China. Tawaran harga yang sangat kompetitif berhasil mematahkan stigma kendaraan listrik sebagai barang mewah, namun sekaligus memunculkan pertanyaan krusial di benak konsumen.
Di tengah iming-iming harga terjangkau, muncul skeptisisme mengenai adanya kompromi pada aspek fundamental, khususnya keselamatan penumpang. Anggapan lama terhadap produk “Made in China” kini diuji di arena paling vital, yaitu kemampuannya melindungi nyawa saat terjadi insiden di jalan raya.
Faktanya, anggapan bahwa mobil China tidak aman mulai terpatahkan oleh data uji tabrak dari lembaga-lembaga paling kredibel. Euro NCAP dan ANCAP, yang dikenal dengan protokol pengujian super ketat, justru memberikan peringkat tertinggi bagi banyak model EV dari China.
Merek raksasa sekelas BYD, misalnya, secara konsisten memboyong predikat bintang lima untuk model andalannya. Baik BYD Seal maupun Dolphin sukses membuktikan kualitas keselamatannya dalam serangkaian uji tabrak komprehensif yang digelar di kawasan benua Eropa beberapa waktu lalu.
Menurut laporan Euro NCAP, model-model tersebut tidak hanya sekadar lulus, namun juga mencatatkan skor persentase yang sangat tinggi. Performa dalam melindungi penumpang dewasa dan anak-anak menjadi salah satu keunggulan utama yang berhasil mereka tunjukkan dalam pengujian tersebut.
Bahkan, beberapa pabrikan China mampu mengungguli para rivalnya di panggung uji keselamatan global. Salah satunya Zeekr X, SUV besutan anak perusahaan Geely, yang dinobatkan oleh Euro NCAP sebagai salah satu mobil paling aman di kelasnya pada tahun ini.
Pencapaian ini menjadi bukti sahih bahwa rekayasa teknik keselamatan mereka telah mencapai level elite dunia. Performa impresif tersebut menempatkan mereka dalam persaingan ketat dengan para pemain mapan dari Korea Selatan, Eropa, maupun dari Amerika Serikat yang lebih dulu eksis.
Para rival tersebut di antaranya adalah Hyundai Ioniq 5 dan Kia EV6, hingga Tesla Model Y dari Amerika. Semua model ini juga tercatat sebagai peraih penghargaan keselamatan bergengsi dari berbagai lembaga tes tabrak terkemuka, termasuk IIHS yang berbasis di Amerika.
Belajar dari Kegagalan
Meskipun demikian, gambaran positif ini tidak berlaku untuk semua merek mobil listrik asal China. Kasus Neta V yang meraih peringkat nol bintang dari ASEAN NCAP pada 2023 menjadi catatan penting bahwa generalisasi adalah sebuah tindakan yang keliru dan berbahaya.
Kegagalan Neta V ditengarai akibat absennya fitur keselamatan krusial seperti Electronic Stability Control (ESC) sebagai kelengkapan standar. Lebih jauh, hasil tes menunjukkan struktur sasisnya gagal memberikan perlindungan memadai bagi area dada pengemudi saat uji tabrak frontal.
Insiden ini menggarisbawahi adanya variasi kualitas keselamatan yang sangat signifikan antar produsen dan model. Artinya, tidak semua mobil dari negara yang sama memiliki standar keamanan serupa, sehingga konsumen dituntut untuk lebih jeli dalam menjatuhkan pilihan pada suatu produk.
Di sisi lain, penting untuk dicatat bahwa C-NCAP di China terus memperketat standarnya. Regulasi ini memaksa produsen domestik untuk meningkatkan kualitas keamanan produk mereka jika ingin bersaing, baik di pasar dalam negeri maupun untuk menembus pasar ekspor.

Alvin Bagaskara
Editor
