Topan Ragasa Guncang Asia, Puluhan Juta Orang Terancam
- Topan Ragasa, badai kategori 5 dengan angin 267 kpj, hancurkan Filipina dan kini bergerak ke China selatan. Puluhan juta orang di Guangzhou hingga Hong Kong terancam.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Topan Ragasa tercatat sebagai badai terkuat di dunia pada tahun ini setelah menghantam Filipina utara dengan kekuatan angin yang melampaui 267 kilometer per jam. Masuk kategori 5, level tertinggi dalam skala Saffir-Simpson, badai ini meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Luzon, sebelum kemudian bergerak melintasi Laut Cina Selatan menuju daratan China.
Kini, meski melemah menjadi kategori 4 dengan kecepatan angin sekitar 230 kpj, Topan Ragasa tetap membawa ancaman besar. Jalurnya diperkirakan melewati kawasan padat penduduk di selatan China, termasuk Hong Kong, Makau, Shenzhen, dan Guangzhou, sebelum kembali mendarat di Provinsi Guangdong. Dampaknya diperkirakan bisa dirasakan oleh puluhan juta orang.
Filipina menjadi negara pertama yang merasakan keganasan Topan Ragasa. Pulau Panuitan di Provinsi Cagayan terkena hantaman langsung. Sejumlah rumah hancur, jalanan putus, dan longsor terjadi di berbagai titik. Babuyan Islands pun tak luput dari bencana, dengan banjir dan tanah longsor merusak infrastruktur, terutama di Pulau Calayan.
Tragedi kemanusiaan turut menyertai badai ini. Enam nelayan dilaporkan hilang setelah kapal mereka diterjang ombak tinggi, meski enam lainnya berhasil diselamatkan. Di Provinsi Benguet, longsor akibat hujan deras menewaskan satu orang dan melukai beberapa lainnya.
Badan penanggulangan bencana Filipina mencatat lebih dari 24.000 orang dievakuasi dari wilayah Luzon utara dan tengah. Video amatir yang beredar di media sosial memperlihatkan banjir bandang yang melanda kota kecil, pohon-pohon tumbang, atap rumah beterbangan, serta angin kencang yang memporak-porandakan fasilitas umum di Ilocos, Camiguin, hingga Batanes.
Baca juga : Pertamina Vs Petronas: Perbandingan Aset, Pendapatan, dan Laba 2 Raksasa Minyak ASEAN
Kepanikan di China Selatan dan Hong Kong
Memasuki Laut Cina Selatan, Topan Ragasa tetap membawa angin kencang dan gelombang laut ekstrem. Pemerintah China segera mengaktifkan respons darurat tingkat tinggi. Sejumlah kota besar bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Di Guangzhou, kota dengan populasi 18,6 juta jiwa, peringatan merah telah dikeluarkan. Sementara itu, Shenzhen yang dihuni 17,5 juta orang mulai mengevakuasi lebih dari 400.000 penduduk ke lokasi yang lebih aman.
Hong Kong Observatory memperingatkan gelombang laut bisa mencapai empat meter dengan kondisi perairan digambarkan sebagai “fenomenal”.
Dampak nyata sudah terlihat. Sekolah dan bisnis ditutup, transportasi publik dihentikan, dan jembatan penghubung Hong Kong–Makau–Zhuhai resmi ditutup.
Rak-rak supermarket kosong setelah warga menimbun kebutuhan pokok. Ratusan penerbangan dibatalkan, dengan maskapai besar seperti Cathay Pacific dan Hong Kong Airlines menghentikan operasi.
Meski Ragasa telah turun kekuatan menjadi kategori 4, para ahli cuaca memperkirakan badai ini akan terus melemah perlahan menjadi kategori 3 dengan kecepatan angin sekitar 185 kpj. Namun, skala dan jangkauannya masih mampu memicu kerusakan parah.
Baca juga : Debut EMAS di BEI: Saham Diserbu 400 Ribu Investor, Analis Prediksi Tembus Rp6.000
Pusat badai diprediksi akan mendarat di wilayah barat Provinsi Guangdong pada Rabu malam waktu setempat. Jika prakiraan ini tepat, kawasan metropolitan China selatan yang menjadi pusat industri dan perdagangan akan menghadapi gangguan besar pada kehidupan sehari-hari maupun aktivitas ekonomi.
Topan Ragasa menjadi pengingat nyata bahwa Asia Pasifik adalah salah satu kawasan paling rawan badai tropis di dunia. Kombinasi pemanasan global, suhu laut yang semakin tinggi, dan pola cuaca ekstrem membuat badai-badai seperti Ragasa kian kuat dan lebih sulit diprediksi.
Filipina, yang setiap tahun diterpa rata-rata 20 topan, kembali menanggung kerugian besar. Sementara itu, China selatan dan Hong Kong kini berada dalam bayang-bayang badai yang masih menyimpan tenaga dahsyat.
Bagi puluhan juta orang di jalur lintasan Topan Ragasa, beberapa hari ke depan akan menjadi ujian berat, antara menanti badai mereda atau menghadapi kenyataan pahit akibat terjangan bencana alam paling kuat di dunia tahun ini.

Amirudin Zuhri
Editor
