Telkomsel Dongkrak Optimisme, Sekuritas Ini Naikkan Target Saham TLKM
- Pendapatan Telkom (TLKM) turun ke Rp109,6 triliun, tapi BRI Danareksa optimis dengan target harga baru Rp4.000 berkat pemulihan Telkomsel.

Alvin Bagaskara
Author


Pelanggan melintas di dekat logo Telkomsel di gerai GraPARI Telkomsel yang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin, 19 April 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Foto: Ismail Pohan/TrenAsia)JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membukukan pendapatan Rp109,6 triliun hingga akhir kuartal III-2025. Angka ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Rp112,2 triliun). Laba bersih juga tercatat turun menjadi Rp15,7 triliun dari sebelumnya Rp17,6 triliun.
Di tengah penurunan kinerja tahunan tersebut, BRI Danareksa Sekuritas justru menaikkan target harga saham TLKM. Rekomendasi "Buy" dipertahankan dengan target harga baru di Rp4.000, naik dari sebelumnya Rp3.500 per saham.
Optimisme ini didasari oleh pemulihan di segmen seluler (Telkomsel) yang dinilai lebih kuat daripada pelemahan sementara di segmen IndiHome. Analis melihat adanya perbaikan disiplin harga dan keberhasilan monetisasi yield di segmen seluler.
1. Pemulihan di Segmen Seluler (Telkomsel)
Katalis utama pemulihan TLKM datang dari anak usahanya, Telkomsel. Pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) Telkomsel meningkat 5,3% secara kuartalan (QoQ) menjadi Rp43.400 pada kuartal III-2025, menunjukkan perbaikan daya beli pelanggan.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan, menyoroti pendorong kenaikan ARPU tersebut. “Peningkatan itu didorong oleh kenaikan data yield sebesar 11,2% qoq, yang mencerminkan proses perbaikan harga yang terus berjalan,” tulis analis, Rabu, 12 November 2025.
Berkat pemulihan ini, BRI Danareksa Sekuritas juga menaikkan estimasi ARPU TLKM untuk tahun 2026 dan 2027. Proyeksi ARPU dinaikkan menjadi Rp45.000 (2026) dan Rp46.100 (2027), mencerminkan keyakinan pada pemulihan harga data.
2. Tekanan Jangka Pendek di IndiHome
Berbeda dengan Telkomsel, segmen IndiHome masih menghadapi tekanan ARPU. Pelemahan ini disebabkan oleh pergeseran pelanggan dari paket 3P/2P (Triples Play/Dual Play) ke paket 1P (Single Play), serta ekspansi pelanggan baru di luar Pulau Jawa.
Akibatnya, pendapatan IndiHome tercatat turun 1,7% secara kuartalan (QoQ) atau terkikis 2,2% secara tahunan (YoY). ARPU IndiHome kembali melemah menjadi Rp210.000, meskipun jumlah pelanggan bertambah 200 ribu menjadi 10,3 juta.
3. Potensi Katalis 'Spin-off' InfraCo
Target harga Rp4.000 tersebut menyiratkan valuasi EV/EBITDA 2026 sebesar 5,6 kali. Analis menegaskan bahwa skenario dasar ini bahkan belum memasukkan potensi re-rating dari rencana spin-off InfraCo (PT Telkom Infrastruktur Indonesia/TIF).
Analis menghitung, jika TLKM menjual 20-30% saham TIF dengan valuasi EV/EBITDA 9-12 kali, transaksi tersebut berpotensi sangat besar. Transaksi ini diprediksi dapat menghasilkan dividend yield tambahan sekitar 5,4% hingga 7,8% bagi pemegang saham.

Alvin Bagaskara
Editor
