Telkom Spin-Off Rp35,8 T, Baca Dampak bagi Investor dan Arah Bisnis Digital
- Telkom resmi spin-off aset fiber Rp35,8 triliun ke Telkom Infrastructure. Langkah ini jadi strategi besar transformasi digital dan peluang baru bagi investor TLKM.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Raksasa telekomunikasi pelat merah, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), resmi menandatangani Conditional Spin-Off Agreement (CSPA) tahap pertama untuk memisahkan sebagian aset serat optik miliknya senilai Rp35,8 triliun ke anak usaha PT Telkom Infrastructure Indonesia (TIF).
Langkah ini menjadi tonggak baru strategi restrukturisasi besar Telkom untuk mengoptimalkan jaringan, membuka akses pihak ketiga, sekaligus mempercepat monetisasi aset digital.
Indo Premier Sekuritas menyebut transaksi ini sebagai momentum penting untuk membuka nilai tersembunyi (value unlocking) dari bisnis infrastruktur yang selama ini masih undervalued.
“Kami melihat transaksi ini sebagai langkah strategis yang akan meningkatkan utilisasi aset dan memperluas peluang monetisasi jangka panjang,” tulis analis Aurelia Barus dan Belva Monica dalam riset Indo Premier bertanggal 22 Oktober 2025.
1. Spin-Off Rp35,8 Triliun: Telkom Mulai Pisahkan Jantung Infrastruktur
Dalam CSPA tersebut, Telkom akan mentransfer aset fiber senilai Rp49 triliun ke TIF, terdiri dari Rp35,8 triliun ekuitasdan Rp14 triliun utang. Nilai transaksi ini sedikit lebih tinggi dari nilai ekuitas Telkom di akhir 2024, namun Indo Premier menilai tak akan ada laba yang langsung diakui karena aset masih berada di bawah kendali induk.
Meski begitu, transaksi ini berpotensi menghasilkan keuntungan pajak sekitar Rp66 miliar, tergantung pada cara penilaian final otoritas fiskal terhadap valuasi aset penuh. Secara garis besar, aksi ini menandai langkah awal dari rencana besar Telkom untuk memindahkan sekitar 50% aset fiber hingga akhir 2025, dan sisanya pada awal 2026.
2. Potensi Unlock Value: Utilisasi Baru, Uang Segar Besar
Aset fiber Telkom saat ini baru terpakai sekitar 40%, namun sudah mampu menghasilkan Rp25 triliun pendapatan dan Rp10 triliun EBITDA, dengan margin 40%. Berdasarkan perhitungan Indo Premier, valuasi transaksi setara 8,75 kali EV/EBITDA, jauh di bawah rerata valuasi sektor menara telekomunikasi domestik (11x) dan pemain global fiber (15x).
Telkom menargetkan untuk menjual 30%–40% kepemilikan TIF kepada mitra strategis setelah seluruh aset fiber berpindah. Jika divestasi dilakukan pada valuasi 8,75x–11x EV/EBITDA, potensi dana segar yang dapat masuk ke kas perseroan mencapai Rp18,75 triliun hingga Rp34 triliun—setara 8%–11% dari kapitalisasi pasar Telkom saat ini.
“Selain membuka ruang monetisasi, peningkatan utilisasi pihak ketiga dapat membantu menetralkan potensi dilusi laba akibat pelepasan saham,” tulis riset Indo Premier.
3. Jadwal Spin-Off: Menuju Desember 2025
Proses spin-off ini berlangsung cepat. Telkom telah memberitahukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 14 Oktober 2025, diikuti pengumuman publik dan pemberitahuan ke karyawan pada 21 Oktober 2025. Batas waktu keberatan dari kreditur ditetapkan pada 4 November 2025, sedangkan RUPS dijadwalkan berlangsung pada 12 Desember 2025.
Jika tidak ada hambatan, penandatanganan akta spin-off akan dilakukan pada 18 Desember 2025, menandai tahap akhir dari fase pertama pemisahan aset fiber Telkom.
4. Valuasi dan Prospek Saham: BUY dengan Target Rp3.800
Indo Premier mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham TLKM, dengan target harga Rp3.800 per saham, setara dengan potensi kenaikan 16% dari harga penutupan Rp3.280 per 21 Oktober 2025.
Analis memperkirakan margin EBITDA akan stabil di kisaran 51% hingga 2027, sementara dividend yield meningkat ke 6% seiring efisiensi operasional dan potensi monetisasi aset non-inti. Indo Premier menilai aksi spin-off ini dapat menjadi katalis jangka panjang bagi valuasi Telkom, terutama karena langkah tersebut menegaskan arah baru perusahaan menuju bisnis digital infrastructure enabler.
“Transaksi ini merupakan langkah positif jangka panjang yang akan memperkuat kinerja dan menjaga potensi dividen di masa mendatang,” tulis Indo Premier.
5. Apa Artinya untuk Investor?
Bagi investor, langkah spin-off ini mencerminkan transformasi struktural Telkom dari operator telekomunikasi tradisional menjadi perusahaan infrastruktur digital terpadu. Aksi ini bukan sekadar efisiensi finansial, tetapi juga cara Telkom memperluas jaringan fiber ke mitra eksternal dan mempercepat sinergi antar-entitas bisnisnya.
Di sisi lain, peluang monetisasi aset hingga Rp34 triliun menjadi faktor kunci yang berpotensi memperkuat neraca dan membuka ruang peningkatan dividend payout. Meski valuasi TLKM saat ini masih tergolong murah—dengan rasio PER 13,9x dan EV/EBITDA 5,2x, lebih rendah dibanding rerata regional—potensi pertumbuhan dari strategi “unlock value” ini membuat saham TLKM tetap menarik bagi investor jangka menengah.
Langkah spin-off ini menegaskan satu hal: Telkom sedang menata ulang fondasi bisnisnya untuk menjadi pemain utama infrastruktur digital di Asia Tenggara. Dengan momentum ini, TLKM bukan hanya menjual layanan, tetapi membangun tulang punggung konektivitas masa depan Indonesia.

Alvin Bagaskara
Editor
