Tren Global

Tarif Impor AS Ancam Industri RI, Vietnam Makin Unggul di ASEAN

  • Indonesia bersama beberapa negara ASEAN lain dikenai tarif impor 19% oleh AS. Namun, Vietnam dinilai lebih siap dan menjadi tujuan baru investasi asing.
asean.jpg

JAKARTA, TRENASIA.ID - Penerapan tarif impor sebesar 19% oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk dari negara-negara ASEAN tentu menjadi kabar yang menimbulkan kekhawatiran bagi Indonesia.

Dalam dokumen resmi Gedung Putih bertajuk “Further Modifying The Reciprocal Tariff Rates”, tarif 19% diberlakukan merata terhadap lima negara ASEAN meliputi Indonesia, Malaysia, Kamboja, Filipina, dan Thailand. Selain itu, Brunei Darussalam dikenai tarif 25%, sedangkan Laos dan Myanmar masing-masing dikenai tarif 40%. Vietnam, yang kerap disebut sebagai pesaing utama Indonesia, dikenai tarif 20%.

"Tindakan tegas ini mencerminkan upaya berkelanjutan Presiden untuk melindungi Amerika Serikat dari ancaman asing terhadap keamanan nasional dan perekonomian," ujar pernyataan resmi Gedung Putih, dikutip Selasa, 4 Agustus 2025.

Memang benar bahwa sektor-sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik di Indonesia kemungkinan besar akan terdampak. Industri yang banyak menyerap tenaga kerja muda ini menghadapi risiko penurunan pesanan ekspor, yang dapat memicu gelombang efisiensi dan potensi PHK dan adanya resiko kalah saing dengan produk negara ASEAN lain yang dikenai tarif yang sama. 

Padahal IMF telah memproyeksikan bahwa tingkat pengangguran Indonesia diperkirakan naik dari 4,9% pada 2024 menjadi 5,1% pada 2026. Generasi muda, khususnya lulusan baru, menghadapi pasar kerja yang makin kompetitif dengan gejala oversupply, satu posisi kerja bisa diincar ratusan pelamar.

Pengalihan fokus ekspor ke kawasan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dan Uni Eropa, di mana banyak negara ASEAN sudah memiliki perjanjian dagang dapat menjadi langkah mitigasi.

Indonesia sendiri tengah mendorong diversifikasi pasar ekspor ke Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan. Hal ini menjadi semakin relevan dengan tekanan tarif dari AS. Dalam jangka menengah, penguatan daya saing domestik melalui otomatisasi, efisiensi energi, dan peningkatan kualitas SDM menjadi kunci menjaga ketahanan industri nasional.

Vietnam Lebih Siap

Vietnam saat ini tampil sebagai salah satu negara ASEAN yang paling siap dalam menghadapi tekanan global, termasuk dampak dari kebijakan tarif ekspor tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. 

Pada bulan Juni 2025, sektor manufaktur Vietnam mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 10,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lompatan ini sebagian besar didorong oleh sektor teknologi tinggi yang tumbuh sebesar 12,1%, mencerminkan transformasi struktural yang tengah terjadi dalam ekonomi negara tersebut. 

Tidak hanya bergantung pada keunggulan biaya, Vietnam secara aktif melakukan reposisi strategis menuju industri bernilai tambah tinggi, seperti elektronik canggih, perangkat lunak industri, dan teknologi informasi.

Sementara itu, sebagian besar negara ASEAN masih tertinggal dalam hal kesiapan sumber daya manusia. Berdasarkan laporan laman platform pembayaran digital lintas negara, Wallex, hanya 40% perusahaan di ASEAN yang memiliki kompetensi digital memadai. Di sisi lain, Vietnam terus mendorong pelatihan dan pengembangan talenta digital, termasuk dalam bidang keamanan siber dan analisis data, untuk mempersiapkan generasi mudanya menghadapi era industri digital.

Vietnam juga menarik lebih banyak investasi asing karena tarif ekspornya ke Amerika Serikat tetap berada di angka 19%, seperti Indonesia dan negara ASEAN lainya.

Kondisi ini membuat perusahaan-perusahaan global lebih memilih Vietnam sebagai basis produksi, mengorbankan peluang kerja baru di negara-negara ASEAN lainnya. 

Daftar Tarif Trump ke Negara ASEAN

1. Indonesia: 19 persen
2. Malaysia: 19 persen
3. Kamboja: 19 persen
4. Filipina: 19 persen
5. Thailand: 19 persen
6. Brunei Darussalam: 25 persen
7. Laos: 40 persen
8. Myanmar: 40 persen
9. Vietnam: 20 persen.