Target Harga Dipangkas, BMRI Tetap Direkomendasi Buy oleh Analis
- Analis Ciptadana Sekuritas memangkas target harga saham BMRI menjadi Rp5.900, namun tetap merekomendasikan buy berkat prospek kredit dan risiko kredit yang terjaga.

Ananda Astri Dianka
Author


JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tetap menjadi saham rekomendasi beli (buy) meskipun target harga direvisi turun menjadi Rp5.900 per saham dari sebelumnya Rp6.200. Revisi ini mencerminkan valuasi price to book value (PBV) proyeksi 2026 sebesar 1,8 kali.
Dalam riset Ciptadana Sekuritas Asia, dikutip Senin 22 September 2025, proyeksi laba bersih BMRI untuk periode 2025–2027 dipangkas 5–11%. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengantisipasi tambahan beban operasional (opex) hingga akhir 2025, serta proyeksi opex yang lebih tinggi di 2026.
Bank Mandiri membukukan laba bersih kuartal II 2025 sebesar Rp11,3 triliun. Angka ini turun 19% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan 15% secara kuartalan (quarter-on-quarter/ QoQ). Penurunan tersebut terutama disebabkan lonjakan opex pasca penyesuaian audit, yang membuat rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) naik menjadi 49% dari 41% pada kuartal I 2025.
Meski demikian, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tercatat rebound 15 basis poin (bps) QoQ ke 4,9% berkat penyesuaian effective interest rate (EIR). Namun secara tahunan, NIM masih turun 20 bps. Biaya dana (cost of fund/CoF) naik 10 bps QoQ, sehingga pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) hanya tumbuh terbatas 6,7% YoY di semester I 2025.
Pendapatan non-bunga juga melemah akibat penurunan premi bersih. Secara kumulatif, laba bersih semester I 2025 turun 8% YoY menjadi Rp24,5 triliun. Realisasi ini setara 44% dari target internal 2025 dan 46% dari konsensus analis.
Beban Operasional Masih Berat
Manajemen Mandiri mengungkapkan beban opex tambahan (one-off) akan terus muncul setiap bulan dari Juni hingga Desember 2025. Nilainya diperkirakan mencapai 10–12% dari total proyeksi opex 2025 atau setara Rp7,3–8,9 triliun.
Dengan asumsi ini, opex diproyeksikan tumbuh 25–27% YoY pada 2025, sebelum stabil kembali pada 2026. CIR juga diperkirakan bertahan tinggi di kisaran 45% sepanjang tahun ini, lalu kembali normal ke level 40% pada 2026.
Pertumbuhan kredit BMRI melambat menjadi 11,3% YoY di kuartal II 2025, namun tetap naik 1,9% secara kuartalan. Segmen komersial menjadi penopang utama dengan pertumbuhan 17,5% YoY, disusul anak usaha 11,5% YoY, dan kredit korporasi 9,8% YoY.
Dana pihak ketiga (DPK) meningkat 11% YoY, dengan dominasi pertumbuhan giro 14% QoQ. Loan to deposit ratio (LDR) turun menjadi 90,6% dari 92,9% pada kuartal sebelumnya.
Manajemen pun menyesuaikan target pertumbuhan kredit 2025 menjadi 8–10% dari sebelumnya 10–12%. Sementara target NIM juga direvisi ke 4,8–5% dari 5–5,2%, dengan mempertimbangkan injeksi likuiditas pemerintah serta tren penurunan suku bunga BI.
Dari sisi risiko, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga di 1,2%, sementara loan at risk (LAR) turun menjadi 7,0% dari 7,3% di kuartal I 2025. Biaya pencadangan (cost of credit/CoC) juga membaik ke 0,6% di kuartal II, sehingga secara kumulatif semester I 2025 tercatat 0,77%.
Dengan perkembangan ini, Bank Mandiri menurunkan target biaya kredit 2025 ke 0,8–1% dari sebelumnya 1–1,2%.

Ananda Astri Dianka
Editor
