Perbankan

Tantangan Likuiditas dan NIM Bayangi Pertumbuhan Laba Bank Mandiri

  • Stockbit Sekuritas menekankan bahwa tantangan utama Bank Mandiri saat ini adalah kondisi likuiditas yang ketat, sebuah permasalahan yang juga dialami oleh beberapa bank besar lain seperti Bank Negara Indonesia (BBNI).
IMG_6914.jpg
Bank Mandiri (Bank Mandiri)

JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) membukukan laba bersih sebesar Rp13,2 triliun pada kuartal pertama 2025. Capaian ini meningkat 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), meski mengalami penurunan 4% secara kuartalan (qoq). 

Menurut hasil riset dari Stockbit Sekuritas, laba bersih tersebut telah mencerminkan sekitar 23% dari estimasi konsensus laba BMRI sepanjang 2025.

“Pertumbuhan laba bersih Bank Mandiri pada kuartal pertama ini sejalan dengan kenaikan Pre-Provision Operating Profit (PPOP), yang lebih ditopang oleh pendapatan non-bunga atau non-interest income yang tumbuh 15% yoy, dibandingkan pendapatan bunga bersih (net interest income) yang hanya naik 6% yoy,” ungkap tim riset Stockbit Sekuritas dalam laporan terbarunya, dikutip Kamis, 1 Mei 2025.

Kualitas Aset Bank Mandiri Tetap Terjaga di Tengah Tantangan Ekonomi

Stockbit Sekuritas menilai kualitas aset Bank Mandiri masih berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari Cost of Credit (CoC) yang tercatat di level 0,9% pada 1Q25, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu (1,1%) dan masih di bawah proyeksi manajemen untuk sepanjang 2025 yang berada di kisaran 1–1,2%.

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) juga tetap stabil di angka 1,2%, sama seperti kuartal pertama tahun lalu dan sedikit naik dari kuartal sebelumnya (1,1%). Sementara itu, rasio loan at risk (LAR) mengalami sedikit kenaikan menjadi 7,2%, naik dari 6,8% pada akhir 2024.

“Manajemen Bank Mandiri menjelaskan bahwa kenaikan LAR disebabkan oleh restrukturisasi sementara dari salah satu nasabah korporasi di sektor nikel. Meski CoC masih rendah pada awal tahun ini, pihak manajemen tetap berhati-hati dan mempertahankan guidance karena masih tingginya ketidakpastian global,” jelas tim riset Stockbit.

Net Interest Margin (NIM) Tertekan, Diperkirakan Pulih pada Semester II-2025

Meskipun kualitas aset tetap solid, tekanan pada Net Interest Margin (NIM) menjadi sorotan dalam laporan kinerja keuangan Bank Mandiri. Pada kuartal pertama 2025, NIM hanya mencapai 4,8%, turun dari 5,1% pada periode yang sama tahun lalu dan 5,3% di kuartal sebelumnya.

Stockbit Sekuritas mencatat bahwa penurunan NIM ini disebabkan oleh lonjakan beban bunga sebesar 24% yoy, seiring dengan upaya Bank Mandiri menjaga likuiditas. Kenaikan cost of fund (CoF) bank-only menjadi 2,38%, dari 2,07% pada kuartal pertama 2024, turut memberikan tekanan pada margin bunga bersih. Sementara itu, loan yield juga menurun menjadi 7,64% akibat pelemahan yield pada segmen korporasi yang terdampak penurunan SOFR.

“Dalam analyst meeting kuartal pertama, manajemen Bank Mandiri tetap optimis bahwa NIM akan pulih pada paruh kedua 2025, seiring potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan peningkatan belanja pemerintah yang akan memperbaiki kondisi likuiditas,” ujar Stockbit.

Baca Juga: Kredit BNI Masih Tumbuh Double Digit di Tengah Ketidakpastian, Korporasi Jadi Pendorong

Beban Operasional Naik 16%, Dorong Pertumbuhan Dana Murah (CASA)

Di sisi lain, beban operasional (operating expenses/opex) Bank Mandiri melonjak menjadi Rp15,2 triliun pada kuartal I-2025, meningkat 16% secara tahunan. Menurut Stockbit, kenaikan ini merupakan kelanjutan dari tren pada kuartal sebelumnya, dengan kontributor utama berupa peningkatan biaya tenaga kerja sebesar 19% yoy.

“Manajemen Bank Mandiri mengaitkan kenaikan beban pegawai dengan pemberian insentif dan bonus di kantor regional dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dana murah atau CASA,” terang Stockbit Sekuritas.

Rasio efisiensi perusahaan atau cost-to-income ratio (CIR) tercatat sebesar 40,8% pada 1Q25, lebih tinggi dari 38,2% di 1Q24, namun membaik dari 47,9% di 4Q24. Manajemen Bank Mandiri menargetkan agar CIR tidak melebihi 40% hingga akhir tahun.

Likuiditas Ketat Masih Jadi Tantangan, Strategi CASA Jadi Kunci

Stockbit Sekuritas menekankan bahwa tantangan utama Bank Mandiri saat ini adalah kondisi likuiditas yang ketat, sebuah permasalahan yang juga dialami oleh beberapa bank besar lain seperti Bank Negara Indonesia (BBNI). 

Oleh karena itu, inisiatif untuk meningkatkan porsi dana murah (CASA) akan menjadi krusial untuk menekan ketergantungan terhadap dana berjangka (Time Deposits).

Dalam waktu dekat, Bank Mandiri juga menunjukkan niat untuk memperlambat pertumbuhan kredit guna mengurangi tekanan terhadap likuiditas. 

“Manajemen Bank Mandiri menyampaikan bahwa berdasarkan hasil stress test dengan asumsi harga minyak di level US$30 per barel, rasio NPL mereka masih akan tetap berada di bawah 3%. Ini menunjukkan tingkat kepercayaan mereka terhadap kualitas aset yang dimiliki,” tutup laporan Stockbit Sekuritas.

Kesimpulan: Fundamental Bank Mandiri Tetap Kokoh di Tengah Tantangan Margin

Secara keseluruhan, Bank Mandiri masih mencatatkan kinerja yang solid di awal tahun, dengan pertumbuhan laba yang sesuai ekspektasi dan kualitas aset yang tetap terjaga. 

Meski tekanan pada margin bunga dan lonjakan beban operasional menjadi perhatian, manajemen telah menyiapkan langkah-langkah strategis yang bertujuan memperkuat struktur pendanaan dan mempertahankan efisiensi operasional.

Bagi para investor, perkembangan likuiditas dan keberhasilan dalam meningkatkan CASA akan menjadi dua indikator penting untuk memantau kinerja BMRI ke depan.