Tren Leisure

Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Global: Diversifikasi, Kualitas, dan Emas

  • Ketidakpastian ini menimbulkan berbagai kemungkinan skenario ekonomi — dari resesi global hingga skenario paling ekstrem, yaitu depresi ekonomi seperti era The Great Depression.
Ilustrasi investasi reksa dana saham saat pandemi.

Ilustrasi investasi reksa dana saham saat pandemi./ Pixabay

(pixabay)

JAKARTA - Ketegangan global kembali meningkat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara tiba-tiba mengumumkan tarif baru terhadap barang-barang asal China. 

Langkah ini langsung memicu reaksi dari Pemerintah China yang membalas dengan kebijakan serupa. Ketegangan tersebut memunculkan kekhawatiran di pasar keuangan global dan menciptakan volatilitas yang cukup tajam.

Menanggapi kondisi ini, Chief Investment Officer (CIO) Bank DBS, Hou Wey Fook, membagikan pandangan serta strategi investasi yang dianggap mampu menghadapi situasi penuh ketidakpastian.

Dampak Tarif Baru AS-China: Volatilitas Pasar Meningkat

Fook menyebut bahwa keputusan Trump mengumumkan tarif secara mendadak telah menjadi pemicu utama gejolak pasar.

"Berita tarif yang mengejutkan dari pemerintahan Trump akhir pekan lalu, dan lebih dari itu, pendekatan untuk membangun ketahanan dalam portofolio klien kami menjadi sangat penting dan berdampak. Sehari setelah pengumuman tarif Trump, China merespons dengan tarif balasan, dan reaksi pasar sejak saat itu berubah menjadi kehancuran," jelasnya dalam diskusi yang diselenggarakan secara virtual, Rabu, 9 April 2025.

Fook memperingatkan bahwa gejolak ini tidak hanya berdampak dalam jangka pendek, namun juga bisa memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi global ke depan.

Ancaman Resesi Hingga Depresi: Bagaimana Investor Harus Bersikap?

Lebih lanjut, Fook menyampaikan bahwa ketidakpastian ini menimbulkan berbagai kemungkinan skenario ekonomi — dari resesi global hingga skenario paling ekstrem, yaitu depresi ekonomi seperti era The Great Depression.

"Sejujurnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah perang dagang ini akan mereda, atau justru meningkat menjadi perang dagang global yang utuh dan berpotensi membawa dunia ke dalam resesi global, atau, dalam skenario terburuk, depresi," ujarnya.

Pendekatan Investasi Defensif: Membangun Portofolio yang Tahan Banting

Menghadapi situasi global yang tidak menentu, DBS menyarankan pendekatan investasi defensif dengan tetap mempertahankan orientasi jangka panjang. Fook menekankan pentingnya memiliki portofolio yang tangguh atau resilient.

Portofolio yang tahan banting memungkinkan investor tidak hanya melindungi nilai investasi saat pasar melemah, tetapi juga mengambil peluang ketika pasar mulai membaik.

Baca Juga: Produk Derivatif Kripto: Instrumen Fleksibel untuk Raih Keuntungan di Pasar yang Volatil

Diversifikasi Global dan Lintas Kelas Aset

Salah satu strategi utama yang direkomendasikan DBS adalah diversifikasi yang luas—baik secara geografis maupun jenis aset.

"Kami telah menganjurkan agar klien mengikuti prinsip tertentu saat menyusun portofolio, pertama, dengan diversifikasi global yang tinggi dan lintas berbagai kelas aset seperti saham, obligasi, alternatif, dan emas," jelas Fook.

Diversifikasi semacam ini bertujuan untuk menyeimbangkan risiko dan imbal hasil secara optimal, terutama di tengah dinamika pasar yang penuh kejutan.

Prinsip “Stay with Quality”: Pilih Aset Berkualitas Tinggi

Dalam pemilihan aset, DBS mengedepankan prinsip stay with quality, yaitu tetap fokus pada aset dengan fundamental dan kualitas tinggi.

"Kami juga menyarankan prinsip 'stay with quality' dalam pemilihan sekuritas. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, portofolio dapat menghadapi volatilitas tinggi dan memainkan apa yang kami sebut sebagai long game, tetap berada di pasar untuk memanfaatkan premi risiko yang kini semakin menarik akibat kekacauan ini," tegasnya.

Strategi Barbel: Seimbangkan Antara Pertumbuhan dan Pendapatan

DBS juga menerapkan pendekatan barbell strategy atau strategi barbel—yakni menggabungkan aset pertumbuhan dan aset penghasil pendapatan dalam satu portofolio.

"Strategi barbel kami, yang sudah saya bicarakan selama bertahun-tahun, mencerminkan semua prinsip ini. Jika melihat kinerja dari awal tahun, sisi pertumbuhan dari portofolio kami yang mengalami penurunan sekitar 12% telah sangat dikompensasi oleh bagian yang menghasilkan pendapatan, yaitu dari kepemilikan obligasi investment grade, yang naik lebih dari 2% tahun ini," jelas Fook.

Strategi ini terbukti efektif dalam menyeimbangkan performa portofolio di tengah tekanan pasar.

Emas Sebagai Aset Pelindung: Imbal Hasil Positif

Selain saham dan obligasi, DBS juga menekankan pentingnya alokasi aset ke emas sebagai lindung nilai terhadap gejolak pasar.

Selama tiga tahun terakhir, DBS secara konsisten merekomendasikan emas, dan strategi ini terbukti sukses di tahun 2025. 

“Tahun ini, emas telah mencatatkan pengembalian sebesar 15,5% secara year-to-date,” kata Fook, menyebut kinerja ini sebagai bukti efektivitas strategi defensif yang mereka terapkan.