Soal Mobil Nasional, Indonesia Harus Belajar dari Proton Malaysia
- Proton, produsen mobil nasional Malaysia, berkembang dari proyek industrialisasi tahun 1980-an menjadi pemain penting di era kendaraan listrik. Simak perjalanan lengkapnya dari Proton Saga hingga kemitraan strategis dengan Geely.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA,TRENASIA.ID - Soal mobil nasional, Indonesia seharusnya dapat mencontoh langkah strategis yang diambil oleh Malaysia melalui keberhasilan Proton dalam membangun dan mempertahankan industri otomotif nasionalnya.
Malaysia menjadi salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berhasil membangun industri otomotif nasional melalui Proton. Perusahaan ini menjadi contoh transformasi industri otomotif nasional yang dimulai dari kebijakan industrialisasi hingga pengembangan kendaraan listrik.
Dilansir dari laman resmi Proton, Senin, 27 Oktober 2025, Proton, singkatan dari Perusahaan Otomobil Nasional lahir dari ambisi Malaysia untuk memiliki industri otomotif nasional yang mandiri dan berdaya saing.
Perusahaan ini resmi didirikan pada 7 Mei 1983 melalui kerja sama antara Heavy Industries Corporation of Malaysia (HICOM) dan pihak swasta. Model pertamanya, Proton Saga, diluncurkan pada 9 Juli 1985 dan menjadi ikon otomotif nasional.
Saga generasi pertama dibangun menggunakan platform Mitsubishi Lancer Fiore dengan mesin Orion Mitsubishi. Kerja sama tersebut menjadi fondasi awal proses produksi massal sekaligus tahap awal transfer teknologi otomotif ke dalam negeri.
Ekspansi Produk dan Transfer Teknologi
Sejak peluncuran Saga, Proton memperluas lini produknya sepanjang dekade 1990–2000-an dengan menghadirkan sejumlah model populer, seperti Proton Saga Iswara dan Proton Wira, yang berkontribusi besar terhadap peningkatan penjualan di pasar domestik.
Pada 1996, Proton mengakuisisi sekitar 80% saham Lotus Cars, produsen mobil sport asal Inggris. Langkah ini memperkuat kemampuan teknis perusahaan, terutama dalam hal penyetelan suspensi dan peningkatan performa kendaraan.
Empat tahun kemudian, Proton meluncurkan Proton Waja, model pertama yang dikembangkan sepenuhnya oleh tim teknis internal. Peluncuran ini menjadi tonggak penting dalam peralihan peran Proton dari produsen mobil berlisensi menjadi pengembang kendaraan nasional yang lebih mandiri.
Restrukturisasi dan Kemitraan Global
Memasuki era globalisasi, meningkatnya kompetisi dari produsen otomotif asing mendorong Proton melakukan restrukturisasi besar-besaran. Pada 2012, perusahaan resmi berada di bawah kendali DRB-HICOM untuk memperkuat tata kelola dan efisiensi operasional.
Langkah strategis berikutnya terjadi pada 2017 ketika Proton menjalin kemitraan dengan Zhejiang Geely Holding Group dari Tiongkok. Dalam kerja sama tersebut, Geely mengambil 49,9% saham Proton.
Kemitraan ini memberikan akses Proton terhadap teknologi global, pengembangan kendaraan listrik, dan digitalisasi otomotif. Kolaborasi tersebut menghasilkan sejumlah model baru, seperti Proton X70, X50, dan X90, yang dikembangkan berdasarkan platform global Geely. Model SUV tersebut berperan besar dalam meningkatkan daya saing Proton di pasar domestik dan internasional.
Kinerja Terkini dan Arah Menuju Era Kendaraan Listrik
Proton kini memasuki fase baru elektrifikasi. Pada akhir 2024, perusahaan meluncurkan kendaraan listrik pertamanya, Proton e.MAS 7, sebagai bagian dari komitmen terhadap pengembangan mobil ramah lingkungan.
Perusahaan juga berinvestasi dalam pembangunan fasilitas produksi kendaraan listrik di Tanjong Malim, yang akan menjadi pusat riset dan pengembangan teknologi elektrifikasi untuk kawasan Asia Tenggara. Proton dan Geely turut menjajaki peluang pendirian pabrik kendaraan listrik di Thailand sebagai bagian dari strategi ekspansi regional.
Selama sembilan bulan pertama 2025, Proton mencatatkan penjualan domestik dan ekspor sebanyak 114.297 unit, dengan pangsa pasar nasional mencapai 19,9%. Angka ini melampaui total penjualan sepanjang 2024.
Proton X50 tercatat sebagai model terlaris di segmen SUV, sementara Proton Saga tetap menjadi model dengan penjualan tertinggi di pasar domestik. Di segmen kendaraan listrik, Proton e.MAS 7 termasuk dalam jajaran EV terlaris di Malaysia.
Untuk pasar ekspor, hingga September 2025 Proton mengirimkan 3.959 unit kendaraan, meningkat 56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pasar utama ekspor meliputi Pakistan, Kenya, Nepal, dan Sri Lanka, dengan fokus pada model X50 dan e.MAS 7. Strategi ekspor juga diperkuat melalui operasi completely knocked down (CKD) di beberapa negara tersebut.
Proton menjadi salah satu contoh implementasi kebijakan industri nasional yang berhasil membangun kapasitas produksi, kemampuan desain, serta ekspor kendaraan bermerek lokal.
Perusahaan terus berupaya memperkuat kerja sama teknologi, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperluas kapasitas manufaktur kendaraan listrik agar mampu bersaing di pasar regional dengan harga yang kompetitif.

Ananda Astri Dianka
Editor
