Sindrom Broken Heart: Patah Hati Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan Fatal
- Fenomena ini pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990, dan sejak itu, kasus-kasus yang terkait dengan sindrom ini semakin meningkat, memberikan peringatan tentang dampak stres emosional yang berat terhadap kesehatan jantung.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA - Sindrom Broken Heart atau Kardiomiopati Takotsubo tidak hanya sekadar metafora puitis, melainkan fenomena medis serius yang mengharuskan kita untuk memahami hubungan erat antara kesehatan emosional dan fisik.
Fenomena ini pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990, dan sejak itu, kasus-kasus yang terkait dengan sindrom ini semakin meningkat, memberikan peringatan tentang dampak stres emosional yang berat terhadap kesehatan jantung.
Dilansir dari kemkes.go.id, Jumat, 1 Maret 2024, Sindrom yang dikenal sebagai cardiomiopati takotsubo, merupakan kondisi kesehatan yang menginduksi gejala mirip serangan jantung sebagai akibat dari stres emosional berat.
Dalam kasus ini, tekanan psikologis yang signifikan dapat memicu pelemahan sebagian otot jantung, menyerupai gejala serangan jantung yang sebenarnya.
Meskipun sebagian besar pasien berhasil pulih, penting untuk menyadari potensi risiko komplikasi serius, seperti gangguan irama jantung dan bahkan gagal jantung.
Faktor risiko utama sindrom ini terkait erat dengan stres emosional yang berat. Sumber stres tersebut bisa berasal dari kehilangan orang yang dicintai, masalah dalam hubungan, atau tekanan hidup yang berat.
- Menteri ESDM Minta Pertamina Tahan Harga BBM hingga Juni 2024
- Polemik Pendanaan Program Makan Siang Gratis: Dana BOS sebagai Solusi?
- El Nino Sebabkan Produksi Beras di Jateng Turun Drastis
Ketika seseorang mengalami beban emosional yang signifikan, respons tubuh terhadap stres dapat mengganggu fungsi otot jantung, menyebabkan sindrom Broken Heart.
Oleh karena itu, pemahaman akan faktor risiko ini sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang tepat.
Upaya untuk mengelola stres emosional dan mendukung kesehatan mental dapat memainkan peran kunci dalam mencegah munculnya sindrom ini.
Selain itu, mendeteksi tanda-tanda awal dan mendapatkan bantuan medis segera jika gejala muncul dapat membantu mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.
Kesadaran masyarakat tentang keterkaitan antara kesehatan mental dan fisik juga menjadi hal yang esensial dalam memitigasi risiko sindrom Broken Heart.
Identifikasi segera terhadap gejala sindrom ini, seperti nyeri dada, sesak napas, atau kelelahan yang tidak wajar, dapat menjadi kunci untuk penanganan yang lebih baik.
- Menteri ESDM Minta Pertamina Tahan Harga BBM hingga Juni 2024
- Polemik Pendanaan Program Makan Siang Gratis: Dana BOS sebagai Solusi?
- El Nino Sebabkan Produksi Beras di Jateng Turun Drastis
Meskipun sindrom Broken Heart tidak selalu fatal, konsekuensinya bisa serius, terutama jika tidak diobati. Pengobatan melibatkan kombinasi antara penggunaan obat-obatan yang mendukung fungsi jantung dan manajemen stres.
Pemulihan pasien seringkali memerlukan pendekatan holistik yang mencakup dukungan emosional dan perubahan gaya hidup.
Sindrom Broken Heart adalah peringatan yang kuat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan emosional dan fisik.
Kita perlu lebih memahami dan menghargai dampak stres emosional terhadap tubuh kita, serta melibatkan diri dalam praktik kesehatan mental untuk meminimalkan risiko terjadinya kondisi seperti ini.
Kesadaran akan hubungan ini dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara menyeluruh.

Amirudin Zuhri
Editor
