Setahun Memimpin, Prabowo Ubah Arah Politik Luar Negeri RI
- Diplomasi global Prabowo Subianto makin diperhitungkan. Indonesia aktif di PBB, Timur Tengah, hingga kemitraan strategis dengan Rusia, China dan AS.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Dalam waktu kurang dari setahun setelah pelantikannya pada 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo Subianto berusaha menempatkan Indonesia sebagai kekuatan diplomatik yang semakin diperhitungkan di kancah global.
Dengan gaya kepemimpinan tegas dan diplomasi berprofil tinggi, Prabowo telah menjalankan 33 kunjungan kenegaraan ke 25 negara, menunjukkan visi Prabowo untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai “middle power” dunia.
Langkah-langkah strategis ini tidak hanya menegaskan arah baru kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih aktif dan mandiri, tetapi juga memperlihatkan bagaimana diplomasi ekonomi, perdagangan, dan pertahanan menjadi fondasi utama dalam membangun pengaruh global Indonesia.
Dari Expo Osaka 2025 di Jepang hingga Sidang Umum PBB di New York, Prabowo tampil sebagai pemimpin yang vokal memperjuangkan kepentingan nasional dan kerja sama global yang adil.
Dalam forum Expo Osaka, Indonesia berhasil mengantongi komitmen investasi senilai US$ 23,8 miliar (sekitar Rp 380 triliun) yang mencakup sektor energi hijau, pertanian modern, dan infrastruktur digital.
Di Kanada, Prabowo menandatangani perjanjian penting Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA CEPA) yang membuka akses pasar lebih luas bagi produk ekspor Indonesia, terutama kelapa sawit, karet, dan produk manufaktur.
Sementara di Belanda, ia menorehkan sejarah dengan kesepakatan pengembalian 30.000 benda bersejarah termasuk fosil, artefak, dan dokumen kolonial ke Indonesia, sebuah langkah yang diapresiasi dunia sebagai diplomasi budaya yang bermartabat.
Baca juga : Survei Celios Ungkap 10 Pejabat yang Jadi Beban Presiden Prabowo
Guncang Sidang Umum PBB
Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen kuat Indonesia terhadap perdamaian dunia dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York.
Dalam pidato yang mendapat perhatian luas dari dunia internasional itu, Prabowo menyatakan Indonesia siap mengirim hingga 20.000 pasukan perdamaian PBB untuk berpartisipasi dalam berbagai misi internasional, termasuk di wilayah konflik seperti Palestina.
Ia menegaskan bahwa langkah ini bukan sekadar janji politik, melainkan bukti kesiapan Indonesia untuk memainkan peran lebih besar dalam menjaga stabilitas global.
“Indonesia siap mengirim 20.000 atau lebih pasukan penjaga perdamaian di bawah komando PBB jika dibutuhkan untuk membantu menjaga dan menegakkan perdamaian,” ujar Prabowo dalam sidang umum tersebut, dikutip Selasa, 21 Oktober 2025.
Dalam pidatonya, Prabowo juga menegaskan posisi Indonesia terhadap konflik Israel–Palestina dengan menyerukan solusi dua negara. Ia menyatakan bahwa Indonesia tetap konsisten mendukung kemerdekaan Palestina, namun juga mengakui pentingnya jaminan keamanan bagi Israel.
“Indonesia akan terus mendukung kemerdekaan Palestina dan juga hak Israel untuk hidup damai dan aman. Keduanya harus hidup berdampingan dalam perdamaian yang adil dan abadi,” kata Prabowo.
Ia menegaskan bahwa keadilan bagi Palestina dan keamanan bagi Israel adalah dua hal yang sama pentingnya untuk mencapai perdamaian sejati di kawasan Timur Tengah.
Lebih lanjut, Prabowo menekankan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai negara pencinta damai dan telah aktif dalam misi penjaga perdamaian PBB sejak era Presiden Soekarno. Saat ini, Indonesia menempati posisi kedelapan di dunia dalam jumlah pasukan perdamaian yang dikirim ke berbagai negara.
Baca juga : Kejagung Serahkan Uang Sitaan Rp13 T Kasus Korupsi CPO ke Negara
Strategi di Timur Tengah
Salah satu arena diplomasi paling menonjol bagi Prabowo adalah Timur Tengah. Ia memanfaatkan latar belakang militernya untuk memperkuat kerja sama pertahanan dan memperluas peran Indonesia dalam diplomasi perdamaian di kawasan konflik.
Pada KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir, Prabowo tampil aktif dalam pertemuan multilateral untuk membahas krisis Gaza, menyerukan gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Ia juga menegaskan posisi Indonesia yang tegas mendukung kemerdekaan Palestina, seraya mengingatkan dunia agar “tidak memilih-milih dalam menegakkan nilai kemanusiaan.”
Kunjungan kenegaraannya ke Yordania menjadi salah satu momen paling simbolis. Presiden Prabowo bahkan dikawal jet tempur Angkatan Udara Yordania saat pesawat kepresidenan akan meninggalkan wilayah udara negara tersebut, suatu bentuk penghormatan diplomatik yang jarang diberikan kepada kepala negara asing.
Di Amman, Prabowo bertemu langsung dengan Raja Abdullah II untuk memperkuat kerja sama dalam bidang pertahanan, logistik militer, serta pendidikan pasukan perdamaian PBB (UN Peacekeeping Training Center).
Selain itu, Indonesia dan Yordania juga menjajaki kolaborasi di bidang ketahanan pangan dan pengelolaan air, dua isu vital bagi stabilitas regional. Kunjungan ini menegaskan peran Prabowo sebagai jembatan strategis antara dunia Islam dan komunitas internasional.
Baca juga : BBCA Hadapi Perlambatan Jangka Pendek, Bagaimana Prospek ke Depan?
Kemitraan dengan Kekuatan Dunia
Dalam konteks geopolitik global, Prabowo menjaga keseimbangan antara blok Barat dan Timur melalui kebijakan luar negeri yang “bebas aktif, tapi proaktif.”
Dengan Rusia, Prabowo menandatangani Deklarasi Kemitraan Strategis bersama Presiden Vladimir Putin, yang mencakup pendirian dana investasi bilateral senilai €2 miliar dan rencana kerja sama energi nuklir sipil. Ia juga menjadi tamu kehormatan dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg.
Di sisi lain, Prabowo tetap mempererat hubungan dengan Amerika Serikat, menjalin kerangka kerja perdagangan timbal balik AS–Indonesia yang fokus pada keamanan rantai pasok, energi bersih, dan transfer teknologi.
Sementara dengan China, Prabowo menegosiasikan revisi proyek strategis nasional seperti Kereta Cepat Jakarta–Bandung serta mendorong investasi baru di bidang industri baterai dan kendaraan listrik.
Langkah-langkah tersebut memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra terpercaya bagi semua pihak tanpa terjebak dalam rivalitas geopolitik global.
Presiden Prabowo membawa gaya diplomasi baru yang ekspansif dan berani tampil, berbeda dari pendekatan pendahulunya yang lebih konservatif. Ia sering menegaskan bahwa Indonesia harus “hadir di setiap meja global”, baik dalam isu perdagangan, keamanan, maupun kemanusiaan.
Diplomasi Prabowo juga berlandaskan pada filosofi “seribu teman, nol musuh”, memperluas kerja sama lintas ideologi sambil mempertahankan independensi politik luar negeri. Pendekatan ini memantapkan posisi Indonesia sebagai negara yang tidak berpihak namun selalu relevan dalam percaturan global.
Kematangan Prabowo dalam diplomasi internasional tidak lepas dari latar belakang kehidupannya. Dibesarkan dalam keluarga diplomat dan ekonom, ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, merupakan tokoh ekonomi terkemuka, Prabowo telah tinggal dan menempuh pendidikan di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Inggris, dan Swiss.
Karier militernya di Kopassus dan Kostrad memberinya pengalaman tentang strategi global dan keamanan lintas negara. Sementara pengalaman politiknya yang panjang, termasuk tiga kali kalah dalam Pilpres sebelum akhirnya menang pada 2024, menjadikan Prabowo sosok yang matang, realistis, dan berorientasi hasil dalam diplomasi internasional.

Chrisna Chanis Cara
Editor
