Serangan AS Menghantam Pusat Penahanan Migran Yaman, 68 Meninggal
- Meskipun krisis kemanusiaan di Yaman disebabkan oleh konflik selama 11 tahun, para migran terus berdatangan ke negara itu dengan perahu dari Tanduk Afrika.

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA- Setidaknya 68 migran Afrika meninggal dunia dalam serangan udara AS di sebuah pusat penahanan di Yaman barat laut yang dikuasai Houthi.
Televisi Al Masirah milik Houthi pada Senin 28 April 2025 melaporkan bahwa 47 migran lainnya terluka. Sebagian besar dalam kondisi kritis. Al Masirah mengunggah rekaman mengerikan yang memperlihatkan banyak mayat tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur. Fasilitas itu berada di di provinsi Saada.
"Pemerintah Amerika telah melakukan "kejahatan brutal" dengan mengebom pusat penahanan Saada yang menahan lebih dari 100 migran Afrika tanpa dokumen, " kata juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam di X.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Komando Pusat AS mengumumkan bahwa pasukannya telah menyerang lebih dari 800 target. Ini sejak Presiden Donald Trump memerintahkan intensifikasi kampanye udara terhadap Houthi pada tanggal 15 Maret.
Dikatakan bahwa serangan itu telah membunuh ratusan pejuang Houthi dan sejumlah pemimpin Houthi. Termasuk pejabat senior yang mengawasi program rudal dan pesawat tak berawak.
Pihak berwenang yang dipimpin Houthi mengatakan serangan itu telah menewaskan puluhan warga sipil, tetapi mereka melaporkan sedikit korban di antara anggota kelompok itu.
- Solo Menuju Daerah Istimewa Surakarta? Ini Pertimbangan Sejarah dan Politiknya
- Tak Hanya QRIS, AS Juga Protes Sistem Pembayaran Lokal di Banyak Negara
- Strategi OJK Perdalam Peran Jasa Keuangan di Daerah lewat Closed Loop Ecosystem
Pusat penahanan migran di Saada dilaporkan menahan 115 warga Afrika ketika diserang pada Minggu malam. Meskipun krisis kemanusiaan di Yaman disebabkan oleh konflik selama 11 tahun, para migran terus berdatangan ke negara itu dengan perahu dari Tanduk Afrika. Sebagian besar dari mereka bermaksud menyeberang ke negara tetangga Arab Saudi untuk mencari pekerjaan.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyebutkan pada tahun 2024 saja hampir 60.900 migran tiba di negara tersebut. Sering kali mereka tanpa sarana untuk bertahan hidup.
Awal bulan ini, pemerintah yang dipimpin Houthi mengatakan serangkaian serangan udara AS di terminal minyak Ras Isa di pantai Laut Merah. Serangan mengakibatkan sedikitnya 74 orang meninggal dan melukai 171 lainnya . Dikatakan bahwa terminal tersebut merupakan fasilitas sipil dan bahwa serangan tersebut merupakan "kejahatan perang".
Komando Sentral atau Centcom Amerika mengatakan serangan itu menghancurkan kemampuan Ras Isa untuk menerima bahan bakar. “Hal itu mulai memengaruhi kemampuan Houthi untuk tidak hanya melakukan operasi, tetapi juga menghasilkan pendapatan jutaan dolar untuk kegiatan teror mereka," kata Centcom.
Bulan lalu, Trump memerintahkan serangan besar-besaran terhadap wilayah yang dikuasai Houthi. Dia mengancam bahwa mereka akan dimusnahkan sepenuhnya. Ia juga memperingatkan Iran agar tidak mempersenjatai kelompok itu - sesuatu yang berulang kali dibantah Iran.
Pada hari Minggu, Centcom mengatakan akan terus meningkatkan tekanan hingga tujuannya tercapai, yakni pemulihan kebebasan navigasi dan pencegahan Amerika di kawasan tersebut.
Sejak November 2023, Houthi telah menargetkan puluhan kapal dagang dengan rudal, pesawat nirawak, dan serangan perahu kecil di Laut Merah dan Teluk Aden. Mereka telah menenggelamkan dua kapal, menyita kapal ketiga, dan menewaskan empat awak kapal.
Kelompok Houthi mengatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung Palestina dalam perang antara Israel dan Hamas di Gaza. Kelompok ini telah mengklaim menargetkan kapal-kapal yang hanya terkait dengan Israel, AS, atau Inggris.
Kelompok Houthi tidak gentar menghadapi pengerahan kapal perang Barat di Laut Merah dan Teluk Aden untuk melindungi kapal dagang tahun lalu. Atau serangkaian serangan AS terhadap target militer yang diperintahkan oleh mantan Presiden Joe Biden.
Setelah menjabat pada bulan Januari, Trump menetapkan kembali Houthi sebagai "Organisasi Teroris Asing. Status yang telah dicabut oleh pemerintahan Biden karena apa yang dikatakannya sebagai kebutuhan untuk meringankan krisis kemanusiaan di negara tersebut.
Selama dekade terakhir, Yaman telah dihancurkan oleh perang saudara. Situasi yang meningkat ketika Houthi merebut kendali wilayah barat laut negara itu dari pemerintah yang diakui internasional. Koalisi pimpinan Saudi yang didukung oleh AS campur tangan dalam upaya memulihkan kekuasaannya.
Pertempuran tersebut dilaporkan telah mengakibatkan lebih dari 150.000 orang meninggal dan memicu bencana kemanusiaan. Sebanyak 4,8 juta orang mengungsi dan 19,5 juta atau setengah dari populasi membutuhkan beberapa bentuk bantuan.

Amirudin Zuhri
Editor
