Industri

Sepi Karena Pandemi, Angka Kunjungan Mal Hanya 40 Persen

  • Survei yang dilakukan oleh konsultan real estate Colliers International Indonesia menunjukkan tingkat kunjungan ke mall (trafik) Jabodetabek baru mencapai 30-40% di kuartal I/2021 dibandingkan waktu normal.

<p>Nampak sesekali pengunjung melintas di koridor Mal Metropolis Tangerang, Senin 22 Maret 2021. Kondisi yang memeng mulai sepi diperparah pandemi. Foto:Panji Asmoro/TrenAsia</p>

Nampak sesekali pengunjung melintas di koridor Mal Metropolis Tangerang, Senin 22 Maret 2021. Kondisi yang memeng mulai sepi diperparah pandemi. Foto:Panji Asmoro/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA – Berlangsungnya pandemi hingga hari ini berdampak pada arus kunjungan masyarakat ke tempat umum seperti Mal.

Memasuki tahun kedua pandemi, data survey konsultan real estate Colliers International Indonesia menunjukkan tingkat kunjungan ke mal Jabodetabek masih minim dibanding saat normal.

Pada kuartal pertama 2021, kunjungan masyarakat ke Mall baru mencapai 30-40% jika dibandingkan waktu normal. Berkurangnya jumlah pengunjung ke pisat perbelanjaan disinyalir sebagai imbas dari peraturan PSBB yang ditrapkan pemerintah guna mengatasi kerumunan.

“Itu sangat berdampak berat baik untuk penyewa maupun pemilik mal,” ujar Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam paparannya, Rabu, 7 April 2021.

Selain jumlah pengunjung mall, jumlah penyewa hunian di pusat perbelanjaan Jakarta juga tercatat turun sekitar 6% dari tahun ke tahun (year-on-year/yoy) menjadi 73,1%. Untuk di Bodetabek, tingkat hunian turun 8% (yoy) menjadi 72,1% di kuartal I/2021.

“Ini karena ada beberapa penyewa baik itu penyewa grosir atau toko serba ada itu banyak yang tutup juga,” jelasnya.

Upaya Hidupkan Kembali Pusat Belanja

Ferry menjelaskan ada tiga tahapan yang membuat pusat perbelanjaan atau mal dapat dibilang berhasil. Pertama, tingkat huniannya harus tinggi. Kemudian, mal juga harus bisa menarik trafik agar terlihat ramai dan sibuk. Terakhir, keramaian dan kesibukan dalam mal tersebut pun harus dibuktikan dalam bentuk transaksi.

“Nah, kalau jumlah pengunjungnya dibatasi maka transaksi kita lihat secara otomatis juga berkurang. Itulah kondisi pasar ritel saat ini,” tambahnya.

Dengan kondisi saat ini, Colliers melihat beberapa pengelola mal mulai mengubah skema pembayaran sewa yang tetap menjadi skema profit sharing. Ini berarti penyewa dan pemilik mal akan berbagi keuntungan dari transaksi ritel.

Selain itu, ada insentif berupa diskon biaya pemeliharaan di beberapa pusat perbelanjaan. Meski begitu, besaran persentase diskonnya disesuaikan dengan seberapa besar kemampuan penyewa masing-masing.

Di kuartal pertama 2021, rata-rata tarif sewa ritel di Jakarta dan Bodetabek masih cenderung stabil. Rata-rata di Jakarta sebesar Rp545.079 per meter persegi (m2) per bulan dan di Bodetabek sebesar Rp396.586 per m2 per bulan.

“Hingga penghujung 2021, sebagian besar pengelola mal akan menjaga tarif sewa dan biaya pemeliharaan agar tidak naik karena ini adalah satu hal yang sensitif untuk dilakukan di pandemi seperti saat ini,” tutup Ferry.   (RCS)