Saham DEWA Glow Up Parah, Auto To The Moon?
- Saham DEWA melesat 21,4% ke Rp680. CGS International borong Rp179 miliar, Henan Putihrai pasang target Rp750. Simak analisis lengkapnya.

Alvin Bagaskara
Author


Ilustrasi kontraktor pertambangan nikel, batu bara, dan jasa tambang lain dari PT Darma Henwa Tbk (DEWA) / Dok Perseroan
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mencatatkan lonjakan harga yang signifikan pada perdagangan awal pekan ini. Emiten kontraktor pertambangan tersebut ditutup melesat tajam ke level Rp680 per lembar saham pada Senin sore. Kenaikan 21,4 persen ini sukses menarik perhatian pelaku pasar di tengah volatilitas bursa.
Pergerakan agresif saham ini dipicu oleh masuknya investor institusi besar dalam jumlah yang tergolong cukup jumbo. Aksi akumulasi saham oleh pemodal kakap memberikan sentimen positif yang kuat terhadap psikologis investor ritel. Volume transaksi perdagangan tercatat meningkat drastis seiring dengan apresiasi harga saham tersebut.
Sentimen penguat lainnya datang dari struktur kepemilikan saham yang melibatkan dua konglomerasi besar nasional di Indonesia. Spekulasi pasar mengenai sinergi bisnis Grup Bakrie dan Grup Salim terus menjadi katalis pendorong harga saham. Posisi strategis manajemen kunci perusahaan semakin memperkuat keyakinan investor terhadap prospek emiten.
1. Transaksi Jumbo CGS International
Pelaku pasar mendeteksi aktivitas transaksi besar yang melibatkan CGS International Sekuritas Indonesia baru-baru ini di pasar. Data perdagangan mencatat sekuritas tersebut memborong sebanyak 680,3 juta lembar saham DEWA di harga diskon. Transaksi pembelian dilakukan pada level harga Rp264 per saham di pasar negosiasi bursa.
Total nilai transaksi jumbo yang dilakukan oleh broker asing tersebut mencapai angka fantastis sebesar Rp179,6 miliar. Transaksi strategis ini diketahui terjadi pada tanggal 11 Desember 2025 sebagai bagian dari aksi korporasi. Mekanisme transaksi tersebut dilakukan dalam rangka perjanjian pembelian kembali saham atau repo.
Stockbit Sekuritas mencatat dampak langsung aksi korporasi ini pada struktur kepemilikan saham perseroan secara signifikan. Penambahan porsi ini memberikan sinyal kepercayaan investor institusi terhadap fundamental. "Setelah transaksi ini, porsi kepemilikan saham CGS International Sekuritas Indonesia di DEWA naik dari 3,86% menjadi 5,53%," catat Stockbit Sekuritas pada Senin, 29 Desember 2025.
2. Koneksi Bakrie dan Salim
Struktur kepemilikan saham DEWA menyimpan fakta menarik mengenai keterlibatan tokoh bisnis berpengaruh besar di negara Indonesia. Secara resmi pemegang saham pengendali tercatat atas nama Zurich Asset International dalam laporan keuangan publik. Namun penelusuran lebih lanjut menunjukkan adanya afiliasi kuat dengan Keluarga Bakrie sebagai pemilik manfaat.
Pelaku pasar menyoroti eratnya hubungan bisnis antara Grup Bakrie dengan konglomerasi Grup Salim di emiten ini. Isu kolaborasi kedua grup raksasa tersebut semakin kencang berhembus di kalangan investor pasar modal domestik. Hal ini terlihat dari penempatan figur strategis yang memiliki kedekatan dengan kedua belah pihak.
Posisi Presiden Direktur DEWA saat ini dipegang oleh Teguh Boentoro yang dikenal sangat dekat dengan Grup Salim. Keberadaan sosok kunci ini dinilai sebagai jembatan sinergi operasional antara dua kekuatan bisnis pertambangan nasional. Faktor kepemimpinan ini menjadi alasan utama optimisme investor terhadap masa depan perseroan.
3. Target Harga Rp750
Henan Putihrai Sekuritas merespons positif momentum kenaikan harga saham dengan mempertahankan rekomendasi beli saham untuk investor. Sekuritas ini merevisi naik target harga saham DEWA menjadi Rp750 per lembar dari sebelumnya Rp500. Kenaikan target ini mencerminkan optimisme analis terhadap potensi pertumbuhan nilai perusahaan ke depan nanti.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Irsyady Hanief menilai emiten kontraktor ini sedang dalam fase pembalikan kinerja keuangan. Neraca keuangan perusahaan dianggap semakin sehat dan siap mendukung percepatan pertumbuhan bisnis yang lebih agresif. Perbaikan fundamental ini menjadi landasan kuat bagi kenaikan harga saham di pasar sekunder.
Momentum pemulihan kinerja keuangan ini sering disebut sebagai fase turnaround dalam istilah pasar modal domestik kita. Perusahaan berhasil melakukan restrukturisasi dan efisiensi yang berdampak positif pada profitabilitas operasional jangka menengah dan panjang. Investor institusi mulai melirik kembali saham ini sebagai portofolio investasi yang menjanjikan.
4. Katalis Proyek Bengalon
Salah satu katalis positif utama bagi kinerja DEWA adalah operasional penuh di area tambang batubara Bengalon. Proyek milik PT Kaltim Prima Coal ini dikelola penuh setelah kontrak sub-kontraktor selesai akhir 2025 nanti. Pengambilalihan operasional ini diproyeksikan akan meningkatkan volume produksi dan pendapatan perseroan secara signifikan.
Manajemen perseroan tengah aktif menjajaki peluang kontrak baru untuk memperluas portofolio bisnis jasa pertambangan mereka. Salah satu target potensial adalah kontrak kerja sama dengan PT Arutmin Indonesia yang memiliki cadangan batubara besar. Selain itu terdapat dua kontrak lain di luar Grup Bakrie yang sedang dinegosiasikan.
Diversifikasi kontrak kerja ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pendapatan perusahaan pada satu klien utama saja. Strategi ekspansi ke klien eksternal akan memperkuat posisi tawar perusahaan dalam industri jasa kontraktor pertambangan batubara. Keberhasilan mendapatkan kontrak baru akan menjadi sentimen positif tambahan bagi pergerakan harga saham.
5. Tantangan Belanja Modal
Analis memperkirakan volume pekerjaan pemindahan tanah atau overburden akan mengalami peningkatan pada periode tahun 2026 mendatang. Namun peningkatan volume kerja ini menuntut ketersediaan alat berat yang memadai untuk mendukung operasional pertambangan. Perseroan membutuhkan alokasi belanja modal yang cukup besar untuk peremajaan armada alat berat.
Manajemen DEWA sedang menjajaki opsi pendanaan eksternal melalui skema pinjaman sindikasi perbankan atau lembaga keuangan. Dana segar tersebut rencananya akan digunakan untuk memperkuat struktur likuiditas modal kerja perusahaan tambang batubara. Langkah ini diperlukan agar perusahaan dapat mengeksekusi seluruh kontrak pekerjaan dengan optimal dan efisien.
Analis Henan Putihrai Irsyady Hanief mengingatkan investor untuk tetap realistis meski pendapatan diproyeksikan tumbuh sejalan produksi. "Estimasi kami untuk laba DEWA pada 2026 masih lebih rendah secara signifikan, walaupun proyeksi pendapatan relatif sejalan," ujar Irsyady. Investor disarankan tetap konservatif dalam menyikapi proyeksi keuangan jangka panjang.

Alvin Bagaskara
Editor
