Saham BBNI dan BBTN Terkoreksi Usai Cum Dividen, Buyback dan Valuasi Murah Jadi Sinyal Koleksi?
- Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melemah pada perdagangan Selasa, 15 April 2025, tepat setelah masa cum dividen berakhir.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA – Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melemah pada perdagangan Selasa, 15 April 2025, tepat setelah masa cum dividen berakhir. Meskipun terkoreksi, sejumlah sentimen positif justru membuka ruang bagi investor untuk melirik dua saham bank Himbara ini.
Cum dividen BBNI di pasar reguler dan tunai berakhir pada 14 April 2025. Perseroan akan membagikan dividen tunai tahun buku 2024 senilai Rp13,95 triliun atau Rp374,05 per saham yang akan didistribusikan pada 25 April mendatang. Sementara itu, BBTN juga menyelesaikan masa cum dividennya di hari yang sama dan akan membagikan dividen sebesar Rp751,83 miliar atau Rp53,57 per saham.
Meski demikian, harga saham keduanya sempat terkoreksi. Berdasarkan data BEI hingga pukul 09.50 WIB, saham BBNI turun Rp200 atau 4,40% menjadi Rp4.340 per saham. Sementara saham BBTN melemah Rp25 atau 2,75% ke level Rp885.
Namun, menariknya, nilai koreksi tersebut masih berada di bawah besaran dividen yang akan diterima investor, memperlihatkan efek dividend adjustment yang umum terjadi setelah cum date.
Lebih lanjut, aksi korporasi yang tengah dirancang masing-masing bank menjadi katalis penting ke depan. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 26 Maret 2025, BBNI menyetujui rencana buyback saham dengan alokasi maksimal Rp1,5 triliun selama 12 bulan pasca-RUPST.
Aksi ini bertujuan untuk mengirim sinyal bahwa manajemen menilai valuasi BBNI belum mencerminkan fundamental sebenarnya. Saham hasil buyback rencananya juga akan dialokasikan untuk program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan komisaris guna memperkuat sinergi internal dan kinerja jangka panjang.
Sementara itu, BBTN juga tengah mengkaji opsi buyback sebagai respons terhadap tekanan harga saham. Direktur Keuangan BBTN, Nofry Rony Poetra, menyebut langkah ini diharapkan dapat mengoptimalkan imbal hasil pemegang saham sekaligus meningkatkan nilai perusahaan.\
Dari sisi valuasi, saham BBTN tergolong undervalued dengan rasio Price-to-Earnings (P/E) sebesar 3,87 kali dan Price-to-Book Value (PBV) hanya 0,36 kali jauh di bawah rata-rata sektor perbankan.
Sementara itu, Sucor Sekuritas dalam riset terakhirnya masih melihat prospek positif untuk dua saham bank pelat merah ini. Saham BBNI direkomendasikan buy dengan target harga Rp5.700, sedangkan BBTN diberikan rating hold dengan target Rp870.
Dengan kombinasi dividen yang menarik, aksi buyback, dan valuasi yang relatif murah, saat ini bisa menjadi momentum menarik untuk mulai akumulasi, terutama bagi investor jangka menengah hingga panjang.

Ananda Astridianka
Editor
