Energi

Rusia Disanksi, Investasi Kilang Tuban Bengkak Jadi Rp376,3 Triliun

  • Proyek terus tertunda karena Rusia yang masih menjalani sanksi dari negara barat akibat serangan ke Ukraina
1000534252.jpg
Direktur Utama PT KPI Taufik Adityawarman di sela-sela acara IPA Convex 2025 di Tangerang, Rabu, 21 Mei 2025. (Debrinata/TrenAsia)

JAKARTA - PT Kilang Pertamina Internasional memastikan nilai investasi untuk proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban atau Kilang Tuban dipastikan akan meningkat jadi US$23 miliar atau setara dengan Rp376,3 triliun (kurs Rp16,351).

Direktur Utama KPI, Taufik Adityawarman mengatakan, proyek yang jalan di tempat menjadi salah satu faktor penyebab nilai investasi proyek raksasa ini membengkak.

"Proyeksinya (investasi) akan lebih. Pasti kan terdampak dampak karena penundaan proyek," ujarnya kepada awak media di sela agenda IPA Convex 2025 yang dikutip Rabu, 21 Mei 2025.

Taufik menyebut, proyek  semula diperkirakan akan menelan biaya sebesar US$13,5 miliar atau setara dengan Rp220,7 triliun. Kini dana yang diperlukan membengkak menjadi US$23 miliar atau setara dengan Rp376,3 triliun.

Lebih lanjut Taufik memastikan pembangunan proyek ini masih akan menggandeng perusahaan migas asal Rusia, Rosneft.  Proyek terus tertunda karena Rusia yang masih menjalani sanksi dari negara barat akibat serangan ke Ukraina. "Tuban kan masih sama Rosneft," imbuh dia.

Adapun keputusan final investment decision (FID) dan pengadaan engineering, procurement & construction (EPC) diperkirakan akan rampung pada kuartal IV tahun 2025.

Sekadar informasi, Pertamina dan Rosneft membangun perusahaan patungan itu pada November 2017 dengan nama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk proyek GRR Tuban. Sebanyak 55% saham dipegang Pertamina dan 45% sisanya milik Rosneft.

Sayangnya proyek tersebut sempat terkendala konflik geopolitik yang pecah antara Rusia-Ukraina dan kaitannya dengan sanksi dari Amerika Serikat (AS). Bahkan, sempat ada isu pergantian mitra di GRR Tuban menggantikan Rosneft, namun ditampik oleh KPI.

Berdasarkan data Pertamina, proyek kilang minyak ini ditargetkan bisa memproduksi BBM dengan standar Euro V dan menghasilkan 12,8 juta kilo liter (kl) per tahun, meliputi avtur 1,49 juta kl, diesel 5,2 juta kl, RON 92 5,95 juta, dan RON 95 0,16 juta kl.

Selain BBM, kilang Tuban ini juga ditargetkan bisa memproduksi 4,70 juta ton petrokimia per tahun, terdiri dari 1,3 juta ton paraxylene, 510.000 ton styrene, 650.000 ton LLDPE/HDPE, 1,16 juta ton polypropylene, 407.000 ton sulfur, 500.000 ton MEG, dan 173.000 ton MTBE secara tahunan.

Pada tahap konstruksi, proyek ini diperkirakan akan menyerap hingga 20.000 tenaga kerja, dan sekitar 2.500 tenaga kerja saat mulai beroperasi. Selain itu, untuk mendukung distribusi produk kilang, direncanakan pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan tol yang menghubungkan Tuban dengan Gresik serta reaktivasi jalur kereta api Tuban–Babat–Jombang.