Rupiah Masih Tertekan, Emas Antam Jadi Perisai Nilai Investor
- Harga Emas Antam (Logam Mulia) diprediksi Analis Ibrahim Assuaibi bisa mencapai Rp2,45 juta per gram pekan ini. Kenaikan ini didorong oleh pelemahan Rupiah yang diperkirakan menyentuh Rp16.800 per Dolar AS.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Harga emas dunia dan logam mulia domestik ditutup bervariasi pada akhir pekan lalu. Pengamat Pasar Uang dan Komoditas memproyeksikan volatilitas tinggi masih akan mewarnai perdagangan pekan depan, dipengaruhi oleh spekulasi kebijakan The Fed dan dinamika nilai tukar Rupiah.
Ibrahim Assuaibi menyoroti potensi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sebagai katalis utama bagi harga emas domestik. Selain faktor mata uang, sentimen geopolitik global dan data ekonomi AS yang terdistorsi juga menjadi variabel penentu pergerakan harga logam mulia ke depan.
Analisis ini mencakup pemetaan teknikal harga emas dunia dan logam mulia domestik, serta faktor fundamental eksternal yang mempengaruhinya. Selain itu, Ibrahim juga menyoroti pentingnya mencermati data ekonomi AS dan tensi geopolitik. Berikut adalah lima poin analisis dan proyeksi pasar untuk perdagangan pekan depan.
1. Skenario Harga: Potensi Resisten di Rp2,45 Juta
Ibrahim memetakan skenario pergerakan harga yang cukup lebar untuk pekan depan. Jika tren penguatan berlanjut, resisten emas dunia berada di Rp4.180.000. Kondisi ini berpotensi mengerek harga logam mulia domestik ke level Rp2.450.000 per gram pada perdagangan di pasar spot pekan depan.
Target kenaikan ini didasari oleh proyeksi pelemahan mata uang Garuda. Ibrahim memperkirakan Rupiah akan bergerak melemah di kisaran Rp16.700 hingga Rp16.790 per Dolar AS. "Jadi ada kemungkinan menyentuh level Rp16.800.000," kata Ibrahim dalam analisisnya, pada Senin, 24 November 2025.
2. Distorsi Data Tenaga Kerja AS
Sentimen dari Amerika Serikat masih menjadi penggerak utama indeks Dolar saat ini. Rilis data tenaga kerja bulan September yang menunjukkan kenaikan sempat memperkuat Dolar. Namun, Ibrahim menyoroti adanya distorsi data akibat masa libur pemerintahan federal AS selama 43 hari.
Perhitungan data yang dilakukan pada September, bukan Oktober, menyebabkan bias informasi pasar. Hal ini membuat indeks Dolar kembali mengalami penguatan semu. "Oktober itu memasuki masa liburnya pemerintahan federal. Ini yang membuat apa indeks dolar kembali lagi mengalami penguatan," jelas Ibrahim.
3. Perpecahan Pandangan Pejabat The Fed
Ketidakpastian kebijakan moneter semakin tinggi akibat perbedaan pandangan pejabat Bank Sentral AS. Pejabat seperti Lori Logan dan Susan Collins cenderung skeptis terhadap pemangkasan bunga, sementara John Williams melihat peluang pemangkasan bunga dalam waktu dekat tanpa membahayakan target inflasi nasional.
Pasar kini menanti data valid di bulan November dan Desember saat operasional pemerintah kembali normal untuk kepastian arah kebijakan. "Gubernur Bank Sentral Amerika masih sangat sensitif dalam pembahasan penurunan suku bunga," kata Ibrahim menanggapi situasi ketidakpastian pasar tersebut.
4. Panasnya Geopolitik Eropa Timur
Dari sisi geopolitik, ketegangan Rusia-Ukraina kembali menjadi sorotan utama pasar global. Proposal damai yang diajukan pihak AS dinilai menempatkan Ukraina dalam posisi dilematis terkait wilayahnya, sementara suplai senjata jarak jauh dari NATO terus berlanjut ke wilayah konflik tersebut.
Eskalasi konflik ini menjaga status emas sebagai aset lindung nilai atau safe haven di tengah ketidakpastian global. "Ini membuat apa? Membuat situasi geopolitik itu kembali memanas. Nah ini yang membuat harga emas sedikit tertahan," ungkap Ibrahim dalam keterangannya.
5. Proyeksi Realistis Akhir Tahun
Melihat fundamental saat ini, Ibrahim menilai target harga emas dunia untuk menembus Rp4.500.000 di akhir tahun terbilang sangat berat. Berdasarkan data terkini, proyeksi realistis harga emas dunia di akhir tahun kemungkinan besar hanya berada di kisaran level harga Rp4.380.000.
Dengan asumsi tersebut, harga logam mulia domestik diproyeksikan tidak akan melambung terlalu jauh dari posisi harga saat ini. "Sehingga untuk logam mulia pun juga kemungkinan besar hanya di Rp2.600.000," pungkas Ibrahim memberikan estimasi target harga tertinggi tahun ini.

Alvin Bagaskara
Editor
