Rapor Solid dan Sederet Katalis Baru Topang Penguatan Saham BBCA
- Saham BBCA melanjutkan reli ke Rp8.475 didorong laba tumbuh 5,7%, rencana buyback Rp5 triliun, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga BI yang positif bagi sektor perbankan.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali melanjutkan penguatannya pada perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025. Saham BBCA dibuka naik 2,36% ke level Rp8.475, memperpanjang reli yang telah terjadi sejak rilis kinerja keuangan kuartal III-2025 pada awal pekan ini.
Kenaikan harga saham BBCA terjadi di tengah penantian pelaku pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan hari ini. Pasar memperkirakan BI akan kembali memangkas suku bunga acuan, yang menjadi sentimen positif bagi sektor perbankan karena dapat menekan biaya dana dan mendorong permintaan kredit.
Selain ekspektasi suku bunga, penguatan saham BBCA juga ditopang oleh sejumlah katalis lain. Rilis kinerja keuangan yang solid, rencana pembelian kembali (buyback) saham, serta meredanya tensi dagang antara Amerika Serikat dan China turut memperkuat kepercayaan investor terhadap prospek emiten perbankan terbesar di Tanah Air ini.
1. Rilis Kinerja Keuangan Sembilan Bulan 2025
Analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi, menilai momentum akumulasi dana asing pada saham BBCA tidak terlepas dari rilis laporan keuangan sembilan bulan pertama 2025. Laba bersih konsolidasi perseroan tercatat tumbuh 5,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp43,4 triliun.
Kenaikan laba tersebut ditopang oleh pendapatan usaha yang naik 6,9% yoy menjadi Rp85,2 triliun. Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) meningkat 5,2% yoy menjadi Rp63,9 triliun, sementara pendapatan non-bunga melonjak 12,4% yoy menjadi Rp21,4 triliun.
Tak ayal, saham milik Grup Djarum ini menjadi incaran investor asing. Pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025, BBCA mencatat pembelian bersih (net buy) asing sebesar Rp1,3 triliun, menjadikannya saham paling banyak diborong investor luar negeri di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Aksi beli ini melanjutkan tren positif dari hari sebelumnya. Pada Senin, 20 Oktober 2025, investor asing juga mencatat pembelian bersih sebesar Rp894 miliar. Nilai transaksi saham BBCA pada Selasa mencapai Rp4,4 triliun, menandakan tingginya minat investor terhadap saham perbankan berkapitalisasi besar tersebut.
2. Kekuatan Utama pada Dana Murah (CASA)
Selain iitu, faktor pendukung profitabilitas utama BBCA adalah posisi dana murahnya. "Posisi dana murah atau CASA yang tinggi mampu membantu mendongkrak profitabilitas BBCA," tulis Prasetya Gunadi dalam laporan risetnya.
Dana murah (CASA) mencatatkan pertumbuhan 9,1% yoy, sehingga mendorong rasio CASA mencapai 83,8% dari total DPK. Fondasi pendanaan yang kuat ini memungkinkan BBCA menjaga margin di tengah kondisi suku bunga yang fluktuatif.
Presiden Direktur BCA Hendra Lembong juga menyatakan pertumbuhan DPK sebesar 7% secara tahunan. Pertumbuhan ini ditopang oleh CASA yang tumbuh 9,1% YoY mencapai Rp999 triliun, selaras dengan kenaikan frekuensi transaksi digital.
3. Pertumbuhan Kredit dan Kualitas Aset
Dari sisi intermediasi, perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,6% YoY menjadi Rp944 triliun. "Kinerja ini ditopang oleh ekspansi kredit yang berkualitas dan terjaganya likuiditas perseroan," ujar Hendra Lembong.
Pertumbuhan kredit korporasi menjadi yang tertinggi, tumbuh 10,4% YoY mencapai Rp436,9 triliun. Pertumbuhan juga terjadi di segmen kredit komersial (5,7%), UKM (7,7%), dan konsumer (3,3%), yang didorong oleh kenaikan KPR.
Meskipun demikian, biaya kredit (CoC) pada kuartal ini meningkat menjadi 0,6%. Hal ini seiring langkah bank yang terus memperkuat pencadangan di tengah penurunan kualitas aset pada segmen kredit konsumsi dan otomotif.
4. Katalis Positif Tambahan: Suku Bunga dan Rencana Buyback
Penguatan harga saham BBCA hari ini juga didukung oleh sentimen makro dan aksi korporasi. Investor kini menantikan hasil RDG Bank Indonesia, yang menurut konsensus akan kembali memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 4,5%.
Pelonggaran moneter ini secara historis menjadi sentimen positif utama bagi saham-saham di sektor perbankan. Selain itu, meredanya kekhawatiran perang dagang AS-China juga turut memperbaiki sentimen di pasar aset berisiko.
Secara spesifik, Tim Riset Phintraco Sekuritas mencatat adanya katalis positif tambahan bagi BBCA, yaitu adanya rencana buyback saham senilai Rp5 triliun yang akan dilakukan oleh manajemen. Aksi korporasi ini turut menjadi faktor yang menopang penguatan harga.
5. Rekomendasi dan Proyeksi Analis
Melihat kinerja keuangan tersebut, analis dari tiga sekuritas memprediksi BBCA dapat mengantongi laba bersih setidaknya Rp57 triliun pada akhir 2025. Ketiganya kompak memberikan rekomendasi "Buy" untuk saham BBCA.
Analis KB Valbury Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menyebut kinerja BBCA masih sesuai pedoman. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano, juga menyoroti fokus manajemen pada ekspansi kredit dan optimalisasi dana murah.
Samuel Sekuritas mematok target harga di Rp9.600. Sementara itu, KB Valbury Sekuritas menetapkan target harga di Rp11.080, dan BRI Danareksa Sekuritas memberikan target harga di Rp11.200 per saham.

Alvin Bagaskara
Editor
