PUPR Bangun Teknologi untuk Olah Air Hujan
Jakarta-Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun teknologi Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) melalui program padat karya tunai. Teknologi ini digunakan untuk menampung air hujan sebagai sumber air baku masyarakat. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan program infrastruktur kerakyatan atau program padat karya tunai sangat penting bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Pembangunan infrastruktur […]

wahyudatun nisa
Author


Teknologi akuifer buatan simpanan air hujan (ABSAH), / Dok. Kementerian PUPR
(Istimewa)Jakarta-Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun teknologi Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) melalui program padat karya tunai. Teknologi ini digunakan untuk menampung air hujan sebagai sumber air baku masyarakat.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan program infrastruktur kerakyatan atau program padat karya tunai sangat penting bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Pembangunan infrastruktur padat karya, selain untuk meningkatkan daya beli masyarakat, juga bertujuan mengurangi angka pengangguran,” kata Basuki dilansir dari situs Kementerian PUPR, Selasa, 21 April 2020.
Basuki mengungkapkan sasaran pembuatan teknologi tersebut pada 2020 sebanyak 94 lokasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp38 miliar. Pengerjaan pembangunan teknolgi ini melibatkan masyarakat setempat.
Lebih rinci setiap lokasi melibatkan 10 tenaga kerja, sehingga program ini secara keseluruhan menyerap tenaga kerja sebanyak 940 orang. Pengerjaannya dilakukan selama 60 hari dengan tetap mematuhi protokol pencegahan penyebaran COVID-19.
Bangunan ABSAH merupakan infrastruktur penyediaan air baku mandiri dengan prinsip kerja menampung air hujan. Tampungan air hujan itu disaring dengan media akuifer buatan yang terdiri dari kerikil, pasir, bata merah, batu gamping, ijuk, dan arang.
Teknologi ini sudah banyak diterapkan oleh Kementerian PUPR di daerah kering serta di kawasan sulit air karena faktor geologi dan iklim. Kemudian di pulau-pulau kecil dan daerah berair asin. Sejumlah wilayah itu di antaranya Pulau Miangas, Pulau Hiri, Pulau Pasi, dan Pulau Lombok.
Basuki menyebutkan pihaknya juga telah mengembangkan teknologi ABSAH Modular sehingga volume dan lay out tampungan dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan serta dapat dipindahkan sesuai dengan lokasi yang dibutuhkan.
Teknologi ini telah melewati proses uji laboratorium dan verifikasi lapangan. ABSAH Modular merupakan bangunan konservasi yang dapat menirukan aliran air yang terjadi di alam seperti di sungai, mata air, dan air tanah.
Kemudian diproses melalui ilmu fisika, biologi, dan hidrologi, dimana atap bangunan merupakan daerah aliran tangkapan hujan. Kementerian PUPR telah membangun teknologi ini di Kabupaten Serang, Banten dan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Penerapan teknologi ini juga sangat membantu penyediaan air bersih dan air minum masyarakat dari air hujan yang memenuhi baku mutu untuk melayani standar kebutuhan air baku minimal di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi akibat Pandemi COVID-19.
Sehingga masyarakat, terutama yang tinggal di daerah kering atau susah air akan terbantu secara sosial maupun ekonomi karena dengan adanya teknologi ini, mereka tidak harus membeli air.
