Tren Pasar

Proyeksi Pasar 2025: Sektor Emas dan Obligasi Masih Menarik

  • Potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 0,25% masih terbuka. Jika hal ini terjadi, dampaknya bisa langsung terasa ke sektor-sektor tertentu.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 2.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Tahun 2025 sudah setengah berjalan, dan para pelaku pasar dan investor sudah mulai menghitung langkah. Di tengah dinamika global yang makin kompleks, proyeksi ekonomi jadi panduan penting dalam menentukan strategi investasi.

Salah satu prediksi terbaru datang dari Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Menurutnya, semester II/2025 akan menjadi periode yang menantang bagi pasar, tapi bukan berarti tidak ada peluang.

Rully menyoroti kebijakan tarif perdagangan baru dari Amerika Serikat, yang mulai berlaku di paruh kedua tahun depan. Kebijakan ini dinilai bisa menekan aktivitas ekspor-impor global, termasuk Indonesia.

“Data dan peristiwa saat ini memang mixed. Di satu sisi, tarif dagang AS jadi sentimen negatif. Tapi di sisi lain, ada juga sinyal positif yang menyeimbangkan,” ujar Rully melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, Senin, 4 Agustus 2025.

Sentimen positif yang dimaksud antara lain:

  • Revisi naik pertumbuhan ekonomi global
  • Pelemahan dolar AS yang mendorong penguatan rupiah
  • Potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia

Sektor Emas dan Perbankan Masih Berpeluang Untung

Menurut Rully, potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 0,25% masih terbuka. Jika hal ini terjadi, dampaknya bisa langsung terasa ke sektor-sektor tertentu.

“Sektor emas dan perbankan bisa jadi diuntungkan karena penurunan suku bunga akan menekan suku bunga kredit, memperkuat daya beli dan investasi,” jelasnya.

Hal ini sejalan dengan tren global di mana beberapa bank sentral mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk menjaga momentum pertumbuhan.

IHSG Diprediksi Tembus 6.900 di Akhir Tahun

Dengan sentimen yang seimbang—antara risiko dan peluang—Rully memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ditutup di level 6.900 pada akhir 2025.

Level ini mencerminkan optimisme moderat di tengah ketidakpastian global.

“Pasar masih bisa naik, meski tidak agresif. Investor hanya perlu lebih selektif dalam memilih sektor,” ujar Rully.

Baca Juga: Apakah Analisa Teknikal Efektif Digunakan pada Saham Lapis Ketiga?

Obligasi Jadi Pilihan Aman Saat Volatilitas Meningkat

Bagi investor yang lebih konservatif, pasar obligasi bisa jadi pilihan menarik. Rully menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga akan menekan imbal hasil (yield) obligasi, dan ini mendorong kenaikan harga surat utang.

Kondisi ini cocok untuk investor yang ingin menjaga nilai portofolionya sambil tetap mendapatkan potensi return yang stabil.

Ekonomi Global Direvisi Naik, Tapi Waspadai Efek Tarif Trump

Menurut laporan terbaru dari IMF, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia direvisi naik jadi 3,1% untuk tahun 2025 dan 2026. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu 2,8% dan 3%.

Kenaikan ini salah satunya didorong oleh strategi front loading—di mana negara-negara dunia meningkatkan ekspor-impor sebelum tarif dagang AS diberlakukan secara penuh.

Indonesia termasuk yang diuntungkan, dengan surplus perdagangan sebesar US$4,3 miliar pada Mei dan US$4,1 miliar pada Juni 2025.

Namun, Rully mengingatkan bahwa efek dari kebijakan Presiden AS Donald Trump tidak bisa diabaikan. Setelah tarif berlaku, volume perdagangan global bisa menurun drastis, dan Indonesia berpotensi ikut terdampak.

Strategi Investasi 2025: Adaptif dan Taktis

Lalu, apa yang bisa dilakukan investor?

Di tengah pasar yang bergerak dinamis, strategi investasi perlu disesuaikan dengan kondisi. Beberapa hal yang bisa dipertimbangkan:

  • Fokus pada sektor emas dan perbankan yang resilient terhadap penurunan suku bunga.
  • Diversifikasi portofolio dengan instrumen obligasi sebagai penyeimbang risiko.
  • Perhatikan rilis data makroekonomi dan kebijakan moneter secara berkala.
  • Tetap update dengan perkembangan geopolitik, khususnya yang terkait AS dan perdagangan global.

Penutup: Peluang Selalu Ada, Asal Tahu Arah Angin

Meski banyak tantangan yang menanti di semester II/2025, bukan berarti pasar gelap gulita. Justru, bagi investor yang cermat membaca tren dan fleksibel dalam mengatur strategi, peluang tetap terbuka lebar.

Kalau kamu sedang menyusun rencana investasi atau mempertimbangkan rebalancing portofolio, sekarang waktu yang tepat untuk mulai bergerak. Jangan cuma tunggu dan lihat, karena pasar keuangan selalu memberi peluang bagi yang siap.