Proyeksi BBCA 2026: Kredit Tumbuh 7,9 Persen, Target Harga Saham Dipangkas
- Target harga saham BBCA dipangkas ke Rp10.800 dengan rekomendasi beli. Kenaikan rasio LDR menjadi 85% diharapkan mampu mengimbangi tekanan penurunan margin bunga bersih di tahun 2026.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diperkirakan mencetak pertumbuhan kredit yang lebih tinggi pada 2026. Analis memproyeksikan kinerja laba perseroan akan terus bertumbuh positif, didorong oleh penurunan biaya kredit yang signifikan seiring membaiknya kualitas aset di berbagai segmen bisnis utama.
Meskipun fundamental operasional diproyeksikan menguat, BRI Danareksa Sekuritas melakukan penyesuaian target harga saham. Target harga baru ditetapkan sedikit lebih rendah, namun rekomendasi beli tetap dipertahankan. Analis menilai BBCA masih menjadi pilihan teratas di sektor perbankan dengan profitabilitas yang solid.
Berikut adalah lima poin analisis utama mengenai prospek kinerja BBCA pada 2026, mulai dari proyeksi ekspansi kredit, tekanan margin bunga, hingga alasan di balik revisi target harga saham oleh sekuritas.
1. Akselerasi Kredit dan Kenaikan LDR
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis, memperkirakan pertumbuhan kredit BBCA pada 2026 mencapai 7,9%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2025 yang hanya sebesar 6,4%, menandakan optimisme ekspansi yang lebih agresif.
Rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) diprediksi meningkat menjadi 85%. Peningkatan volume kredit ini diharapkan mampu mengimbangi dampak penurunan margin, sehingga pendapatan bunga bersih (NII) perseroan diperkirakan akan tetap terjaga stabil atau tumbuh datar di tengah tantangan bunga.
2. Tekanan Margin Bunga Bersih (NIM)
Tantangan utama datang dari proyeksi penurunan NIM sebesar 27 basis poin (bps) pada 2026. Penurunan ini terutama disebabkan oleh koreksi yield aset produktif sebesar 34 bps, yang mencerminkan dampak penurunan suku bunga acuan serta persaingan ketat di segmen wholesale.
Namun, tekanan tersebut sebagian dikompensasi oleh penurunan biaya dana (Cost of Funds/CoF) sebesar 9 bps. Victor menilai dinamika ini merupakan respons wajar terhadap lingkungan suku bunga yang lebih rendah, di mana bank harus menyesuaikan pricing kredit dan dana pihak ketiga.
3. Efisiensi Biaya Kredit (CoC)
Kabar baik datang dari sisi biaya kredit. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan Cost of Credit (CoC) BBCA pada 2026 akan turun menjadi 0,4%, lebih rendah dari proyeksi tahun 2025 sebesar 0,45%, berkat perbaikan kualitas aset di segmen konsumer.
Penurunan biaya kredit ini juga ditopang oleh lebih sedikitnya penghapusbukuan (write-off) di segmen korporasi dan komersial. Dengan asumsi ini, laba bersih BBCA pada 2026 diproyeksikan mencapai Rp57,6 triliun, atau tumbuh moderat sekitar 2% secara tahunan (YoY).
4. Revisi Target Harga Saham
Meskipun prospek operasional positif, target harga saham BBCA direvisi turun menjadi Rp10.800 dari sebelumnya Rp11.200. Target baru ini didasarkan pada metode Gordon Growth Model (GGM) dengan asumsi rata-rata Cost of Equity(CoE) sebesar 6,8% selama lima tahun ke depan.
Target harga tersebut mengimplikasikan valuasi Price to Book Value (PBV) yang wajar sebesar 4,4 kali, dengan estimasi Return on Equity (ROE) 2026 sebesar 19,8%. BRI Danareksa Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham bank swasta terbesar ini.
5. Risiko Utama dan Posisi Top Pick
Saham BBCA tetap dijadikan pilihan teratas (top pick) di sektor perbankan oleh analis. Fundamental yang kuat dan kemampuan menjaga kualitas aset menjadi alasan utama, meskipun target harga mengalami penyesuaian teknis akibat perubahan asumsi makroekonomi dan model valuasi.
Namun, investor tetap perlu mewaspadai risiko penurunan kualitas aset yang tidak terduga. Selain itu, risiko yield kredit yang lebih rendah dari ekspektasi juga menjadi faktor yang dapat menekan profitabilitas bank di masa mendatang jika persaingan industri semakin ketat.

Alvin Bagaskara
Editor
