Prospek Cemerlang Saham CPO 2026: LSIP, AALI, hingga TBLA Jadi Andalan
- Emiten sawit seperti LSIP, AALI, TBLA, DSNG, dan TAPG diproyeksi diuntungkan pada 2026 berkat stabilitas harga CPO dan permintaan biodiesel yang meningkat.

Ananda Astri Dianka
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Memasuki 2026, sektor perkebunan sawit Indonesia dipandang masih menjanjikan dengan rekomendasi overweight. Saham-saham emiten yang memiliki produktivitas tinggi dan eksposur besar terhadap bisnis biodiesel disebut sebagai pilihan utama.
Dalam riset terbarunya per 29 September 2025, Ciptadana Sekuritas Asia menilai sejumlah saham perkebunan layak dicermati. Prospek London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) didukung oleh program replanting yang diperkirakan akan meningkatkan hasil panen. Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dianggap tangguh karena mampu menjaga stabilitas produksi. Sementara itu, Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) diuntungkan oleh eksposur signifikan pada biodiesel. Selain itu, target harga saham Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) juga dinaikkan menjadi masing-masing Rp1.800 dan Rp1.840 per saham.
Kinerja emiten sawit pada tahun depan kemungkinan besar akan ditopang oleh peningkatan volume, meski tekanan pada margin bisa muncul akibat kenaikan biaya tenaga kerja dan panen. Meski demikian, sektor ini tetap menawarkan imbal hasil menarik bagi pemegang saham. Emiten sawit secara historis mempertahankan rasio pembayaran dividen sekitar 36% dan diperkirakan mampu mencatat pertumbuhan laba rata-rata sekitar 24% sepanjang 2025. Selain itu, melebarnya diskon harga minyak sawit terhadap minyak kedelai turut meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Tabel: Rekomendasi Saham CPO dan Target Harga Saham
| Saham | Rekomendasi | Kapitalisasi Pasar (Rp T) | Harga Saat Ini (Rp) | Target Harga (Rp) | Potensi Upside (%) | PER 2026F (x) | EV/EBITDA 2026F (x) | ROE 2026F (%) | Dividen Yield 2026F (%) |
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| AALI | Buy | 15,9 | 8.250 | 10.700 | 29,7 | 10,7 | 4,8 | 6,0 | 1,5 |
| DSNG | Hold | 17,6 | 1.665 | 1.800 | 8,1 | 8,1 | 3,3 | 16,0 | 4,9 |
| LSIP | Buy | 9,2 | 1.355 | 1.980 | 46,1 | 5,5 | 0,9 | 11,2 | 4,7 |
| SIMP | Buy | 9,9 | 640 | 810 | 26,6 | 5,4 | 1,9 | 8,5 | 3,4 |
| TAPG | Hold | 33,2 | 1.675 | 1.840 | 9,9 | 8,2 | 5,4 | 29,7 | 10,1 |
| TBLA | Buy | 4,0 | 740 | 960 | 29,7 | 4,5 | 6,7 | 12,8 | 7,9 |
Sumber: riset Ciptadana Sekuritas, harga saat ini per 26/9/2025
Meski potensi keuntungan cukup besar, ruang kenaikan harga saham DSNG dan TAPG dipandang terbatas. Pasalnya, minat beli terhadap kedua saham ini sudah cukup tinggi sejak awal tahun. Secara rata-rata, sektor perkebunan sawit saat ini memiliki kapitalisasi pasar Rp89,9 triliun, dengan proyeksi price-to-earnings ratio (PER) 2026 di level 7,9 kali, turun menjadi 7,5 kali pada 2027. Proyeksi EV/EBITDA diperkirakan berada di angka 3,8 kali pada 2026 dan meningkat ke 4,8 kali pada 2027, sementara return on equity (ROE) pada 2026 diprediksi mencapai 14% dengan dividend yield sekitar 5,4%.
Dari sisi fundamental, outlook sektor ini tetap solid. Harga crude palm oil (CPO) diperkirakan stabil di kisaran 4.500 ringgit Malaysia per ton pada 2026. Permintaan global yang kuat ditambah program biodiesel B50 diproyeksikan menyerap hingga 18,8 juta ton bahan baku. Normalisasi cuaca juga memberi angin segar pada produktivitas, sementara konsumsi biodiesel domestik yang sudah tumbuh 28,1% secara tahunan pada pertengahan 2025 memperkuat prospek jangka menengah.
Kendati demikian, sejumlah risiko tetap perlu dicermati. Ketidakpastian regulasi, keterlambatan implementasi B50, potensi melemahnya permintaan dari India dan Tiongkok, serta isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang semakin ketat bisa menjadi hambatan bagi sektor ini.
Secara keseluruhan, perkebunan sawit Indonesia diprediksi tetap menjadi sektor yang menarik pada 2026. Dukungan harga CPO yang stabil, prospek bisnis biodiesel yang terus berkembang, serta potensi pertumbuhan laba dan dividen, menjadikan saham-saham seperti LSIP, AALI, TBLA, DSNG, dan TAPG sebagai kandidat unggulan bagi investor yang mencari peluang di pasar komoditas.

Ananda Astri Dianka
Editor
