Tren Inspirasi

Profil Bambang Pacul: Politisi Senior PDIP Pencetus "Mentalitet Korea"

  • Profil lengkap Bambang Pacul, Wakil Ketua MPR RI 2024–2029. Dari anak petani hingga tokoh strategis PDI-P, ia dikenal vokal, loyal, dan penuh kontroversi. Simak kiprah, pendidikan, harta kekayaan, hingga filosofi "Mentalitet Korea" yang ia usung.
WhatsApp Image 2025-07-30 at 15.55.48.jpeg

JAKARTA, TRENASIA.ID - Ir. Bambang Wuryanto, MBA, atau yang lebih dikenal sebagai Bambang Pacul, merupakan salah satu tokoh sentral di tubuh PDI Perjuangan. Lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 17 Juli 1956, ia kini berusia 69 tahun dan masih aktif dalam dunia politik nasional. Dengan latar belakang sebagai anak petani, Bambang menjelma menjadi politisi senior yang dikenal vokal dan penuh strategi.

Bambang menempuh jenjang S1 di Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada dan melanjutkan studi S2 di bidang manajemen (MBA) di STIE Prasetiya Mulya. Ia aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) semasa kuliah dan pernah mendirikan Indonesia Marketing Association (IMA) bersama tokoh pemasaran Hermawan Kertajaya.

Saat ini Bambang Pacul menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI periode 2024-2029. Karier politiknya dimulai pada tahun 2000 saat bergabung dengan PDI Perjuangan. Ia menjabat sebagai Staf Ahli Fraksi PDI-P di MPR pada 2002 sebelum terpilih sebagai Anggota DPR RI pada 2004 dari Dapil Jawa Tengah IV. 

Hingga 2024, ia telah memenangkan empat kali pemilu legislatif, dengan raihan suara terakhir sebanyak 118.384 suara. Ia juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah, Ketua DPP PDIP Bidang Energi dan Pertambangan, dan kini menjabat Wakil Ketua MPR RI periode 2024–2029.

Baca Juga : Inggris Segera Akui Palestina, Begini Perannya Dirikan Israel

Mentalitet Korea

Salah satu konsep yang ia populerkan adalah “Mentalitet Korea”, yang mengangkat semangat perjuangan masyarakat kelas bawah. Filosofi ini terinspirasi dari perjalanan hidupnya sendiri, yang dimulai dari desa hingga ke puncak kekuasaan. Ia bahkan menulis buku berjudul “Mentalitet Korea: Jalan Ksatria” pada tahun 2024.

Meski dikenal sebagai sosok yang tegas dan loyal terhadap partai, Bambang tidak luput dari kontroversi. Ia sempat berseteru secara internal di PDI-P karena pernyataannya terhadap kader-kader yang mendeklarasikan capres di luar garis partai. 

Ia juga sempat memicu polemik lewat analogi-analogi kontroversial seperti menyebut "kader celeng" atau menyamakan hakim Mahkamah Konstitusi dengan "direksi perusahaan" yang harus tunduk pada pemilik.

Di luar politik, Bambang pernah menjadi dosen di STIE YKPN Yogyakarta dan mendirikan perusahaan konstruksi PT Sarana Yasa Manunggal. Ia juga aktif di organisasi karate sebagai Wakil Ketua Lembaga Karate-Do Indonesia DKI Jakarta.

Baca juga : Inggris Segera Akui Palestina, Begini Perannya Dirikan Israel

Terkait isu terbaru, Bambang sempat dirumorkan akan hengkang dari PDI-P pasca-Pemilu 2024, namun isu tersebut dibantah langsung olehnya. Ia juga disebut-sebut sebagai kandidat potensial dalam Pilgub Jateng 2024, meski menegaskan hanya akan maju jika diperintahkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Harta Bmbang Pacul

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 31 Desember 2024 yang dilaporkan pada Maret 2024, total kekayaan Bambang Pacul mencapai Rp6,8 miliar. Harta tersebut terdiri dari:

Aset Tanah dan Bangunan: Rp2,6 Miliar

  • Tanah dan bangunan di Kabupaten Bantul dan Sukoharjo, berasal dari hasil sendiri, hibah, dan warisan.
  • Luasan bervariasi dari 69 m² hingga 2.000 m², tersebar di beberapa lokasi.

Kendaraan dan Mesin: Rp1,69 Miliar

  • Toyota Harrier tahun 2007 senilai Rp190 juta.
  • Jeep Wrangler tahun 2022 senilai Rp1,5 miliar.

Aset Lainnya

  • Harta bergerak lainnya: Rp112,9 juta.
  • Kas dan setara kas: Rp2,48 miliar.

Dengan memiliki pengaruh politik yang tetap kuat dan filosofi perjuangan kelas bawah yang terus ia gaungkan, Bambang Pacul menjadi simbol konektivitas antara elite partai dan rakyat kecil. Perannya dalam rekonsiliasi internal PDIP pasca-Pemilu 2024, serta manuvernya dalam lanskap politik nasional ke depan, masih akan menjadi sorotan publik.