Pria Bunuh Diri Loncat dari Apartemen Akibat Main Saham, Termakan Bualan Pompom?
Kisah ini menimpa seorang pria berumur 27 tahun dengan inisial A. Ia tewas setelah lompat dari lantai 23 di unit apartemen miliknya pada kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Diduga kuat, pria ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya akibat bermain saham.

Drean Muhyil Ihsan
Author


Awak media memantau pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA – Kegagalan investasi pada instrumen pasar saham kembali membawa kisah pilu. Bahkan, kali ini sampai merenggut nyawa seorang investor atau trader saham dengan cara bunuh diri akibat kerugian yang diderita.
Kisah ini menimpa seorang pria berumur 27 tahun dengan inisial A. Ia tewas setelah lompat dari lantai 23 di unit apartemen miliknya pada kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Diduga kuat, pria ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya akibat bermain saham.
Kapolsek Setiabudi AKBP Yogen Heroes Baruno mengungkapkan bahwa korban melakukan bunuh diri disebabkan faktor keuangan. Berdasarkan dari pengakuan keluarga korban, A menunjukkan sikap diam beberapa waktu belakangkan dan diduga kuat akibat kerugian pada portofolio sahamnya.
“Masih kita dalami motif bunuh dirinya. Tapi kemungkinan masalah keuangan karena korban main saham,” ungkapnya kepada awak media di Jakarta, Senin 22 Maret 2021.
- Tidak Mampu Bayar Kupon Global, BEI Gembok Saham Garuda Indonesia
- Basis Investor Ritel Menguat, Kemenkeu Optimis SBN Ritel Diburu Investor
- 23 Perusahaan Antre IPO: Pak Erick, Masih Belum Ada BUMN di Daftar BEI
Melalui rekaman CCTV milik manajemen apartemen, diketahui bahwa korban sengaja lompat dari unit apartemen milik bibinya. Yogen memastikan bahwa tidak terdapat hal yang mencurigakan pada lokasi tersebut.
Sebelumnya, pengamat pasar modal sekaligus pendiri Sahamology, Satrio Utomo mengatakan akhir-akhir ini banyak kasus rugi investasi yang mayoritas diterima oleh trader pemula hingga berujung stress.
Pasalnya, tak sedikit trader yang nekat menggunakan dana panas untuk melakukan aksi jual-beli saham. Menurutnya, hal ini sangat tidak dianjurkan dalam melakukan investasi maupun trading di pasar modal.
Dampaknya, tak jarang trader dengan pengetahuan minim ini harus menerima kondisi yang jauh dari ekspektasi mereka. Padahal, kata dia, syarat seorang investor atau trader untuk masuk ke pasar modal adalah ilmu dan mental.
“Terkadang trader angkatan pandemi ini masuk ke pasar modal tanpa ilmu dan pakai dana yang tidak dingin pula. Belum lagi termakan oleh omongan pompom saham, akibatnya ya bisa begitu,” ucapnya kepada TrenAsia.com beberapa waktu lalu. (SKO)
