Prediksi Harga Bitcoin Pekan Ini, Akankah Naik atau Anjlok?
- Pasar kripto melemah, tetapi sentimen institusional dan potensi DeFi membuat prospek jangka panjang Bitcoin tetap positif.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Setelah reli kuat sepanjang musim panas, pasar kripto kini mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Pergerakan Bitcoin yang sebelumnya melonjak tajam kini berbalik arah, dengan pergerakan harga yang cepat namun cenderung negatif.
Dilansir laman 24/7 Wall Street, Senin, 10 November 2025, saat ini, Bitcoin berada di kisaran tengah antara US$75.000 dan US$125.000, setelah sempat menyentuh level tertinggi US$126.000 pada awal Oktober sebelum kembali terkoreksi ke sekitar US$100.000. Level tersebut menjadi titik psikologis penting yang menjadi ajang tarik-menarik antara pihak pembeli dan penjual di pasar kripto.
Meski terjadi tekanan harga dalam jangka pendek, pandangan jangka panjang terhadap Bitcoin masih positif. Analis Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, menilai, penurunan di bawah US$100.000 kemungkinan menjadi koreksi sementara.
Potensi penguatan diperkirakan tetap terbuka, terutama jika teknologi keuangan terdesentralisasi (DeFi) terus berkembang dan mulai menggantikan sebagian fungsi sistem keuangan tradisional. Dalam skenario tersebut, target jangka panjang Bitcoin diyakini dapat melampaui batas US$125.000.
Baca juga : Harga Pangan di Jakarta Hari Ini: Kedelai Melonjak 53 Persen
Faktor Pemicu Koreksi
Koreksi harga Bitcoin kali ini terjadi karena kombinasi berbagai faktor makroekonomi global. Tekanan muncul akibat ketidakpastian politik di Amerika Serikat, khususnya terkait penutupan sementara pemerintahan (government shutdown), serta penguatan nilai dolar AS yang mencerminkan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal.
Selain itu, kekhawatiran terhadap valuasi saham-saham teknologi yang dinilai terlalu tinggi turut menekan pasar kripto, mengingat aset digital seperti Bitcoin sering dipandang sebagai instrumen berisiko tinggi yang sejalan dengan sektor teknologi.
Kondisi likuiditas global yang mengetat juga berkontribusi terhadap pelemahan harga. Kebijakan Departemen Keuangan AS untuk memperkuat kas pemerintah telah mengurangi likuiditas di sistem keuangan, sehingga menekan aset berisiko.
Meski demikian, sejumlah lembaga keuangan memperkirakan kondisi likuiditas akan membaik dalam waktu dekat, yang berpotensi mendorong rebound harga Bitcoin di periode berikutnya.
Baca juga : Dorong Transformasi Mobilitas Cerdas di Indonesia

Sentimen Pasar Menurut Tom Lee
Analis pasar kripto, Thomas “Tom” Lee dari Fundstrat Global Advisors, menilai Bitcoin sangat sensitif terhadap likuiditas dan persepsi risiko pasar. Ia menyebut penutupan pemerintahan AS dan sikap hawkish bank sentral sebagai penyebab utama tekanan harga.
Namun Lee tetap optimistis bahwa pemulihan akan datang. “Ketika hambatan-hambatan ini terselesaikan, hal tersebut akan berubah menjadi angin pendorong.” ujar Tom Lee.
Tren adopsi institusional semakin kuat. Laporan Alternative Investment Management Association (AIMA) menunjukkan 55% hedge fund tradisional kini memiliki eksposur ke aset digital, meningkat dari 47% tahun sebelumnya.
Selain itu, 47% investor institusional menyatakan perkembangan regulasi di AS mendorong mereka untuk menambah portofolio aset digital.
AIMA juga mencatat 52% hedge fund mulai menunjukkan minat pada tokenisasi. Lembaga tersebut menyimpulkan bahwa, aset digital,termasuk Bitcoin mulai bergerak dari pinggiran menuju arus utama investasi institusional.
Berdasarkan arus dana dan sentimen institusional, peluang Bitcoin untuk naik ke US$125.000 dinilai lebih besar dibanding turun ke US$75.000.
Namun jika harga terkoreksi ke US$75.000, pasar diperkirakan akan bersikap kontras. Bukan tak mungkin hedge fund justru memanfaatkan momen tersebut untuk membeli di harga diskon, sementara investor ritel panik dan menjual.
Di tengah ketidakpastian, bagi investor kuncinya adalah membaca arah pergerakan dana besar dan menyiapkan strategi untuk dua skenario sekaligus.

Amirudin Zuhri
Editor
