Plustik Sulap Bungkus Mi Instan jadi Paving Block hingga Perahu
- Startup Indonesia, Plustik, berhasil mengubah limbah plastik bernilai rendah menjadi produk inovatif seperti paving block dan kapal nelayan.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah meningkatnya tumpukan sampah plastik di Indonesia, satu startup lokal memilih untuk tidak hanya mengeluh, tetapi bergerak menciptakan perubahan.
Namanya Plustik, sebuah perusahaan sosial yang berfokus pada misi ambisius, mengubah limbah plastik bernilai rendah menjadi produk bernilai tinggi yang tahan lama dan bermanfaat.
Bermarkas di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Plustik memanfaatkan limbah plastik yang biasanya tidak bisa didaur ulang menjadi bahan baku utama bagi produk-produknya.
Dilansir dari laman Plustik.id, Senin, 3 November 2025, bekerja sama dengan pemerintah kota, Plustik menempatkan fasilitas pengolahan langsung di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Strategi ini memungkinkan mereka untuk mengalihkan hingga 5 ton sampah plastik per hari dari aliran limbah. Jika dikalkulasikan, jumlah itu setara dengan sekitar 3 juta bungkus mi instan yang tidak berakhir mencemari lingkungan setiap harinya.
Dari Galuga ke Seluruh Indonesia
Perjalanan Plustik dimulai pada tahun 2022 lewat proyek percontohan di TPA Galuga, Bogor, Jawa Barat. Misi mereka sederhana namun berdampak besar: membuktikan bahwa proses daur ulang bisa dilakukan secara lokal, berkelanjutan, dan memiliki nilai ekonomi.
Yang menarik, Plustik tidak bergantung pada bantuan atau subsidi pemerintah. Mereka mengembangkan model bisnis mandiri dengan menjual hasil produksinya.
Seluruh keuntungan kemudian dialokasikan kembali untuk memperluas operasi ke daerah lain. Dengan cara ini, setiap produk yang dibeli konsumen ikut berkontribusi terhadap perluasan dampak sosial dan lingkungan yang lebih luas.
Seluruh produk yang dibuat Plustik berasal dari 100% limbah plastik bernilai rendah, namun hasil akhirnya justru menyaingi produk komersial berkualitas tinggi.
Baca juga : Profil Purbaya Calon Kuat Raja Baru Solo dan Potensi Perebutan Kekuasaan Kraton
Salah satu produk unggulan mereka adalah paving block ramah lingkungan yang digunakan dalam pembangunan kota berkelanjutan. Produk ini bahkan berhasil meraih penghargaan Good Design Indonesia 2023 dan Good Design Award (G Mark) di Jepang.
Selain itu, Plustik juga memproduksi perahu nelayan ramah lingkungan yang mendukung praktik perikanan berkelanjutan, phone stand elegan berbahan plastik daur ulang untuk gaya hidup modern, serta hanger baju berdesain minimalis namun kuat.
Setiap produk dirancang dengan pendekatan desain berkelanjutan dan filosofi bahwa “limbah bisa punya kehidupan kedua”.
Di Balik Inovasi
Keberhasilan Plustik tidak lepas dari tim yang solid dan beragam latar belakang. Di balik layar, terdapat para profesional di bidang komunikasi, pemasaran, produksi, keuangan, dan operasional yang bekerja sama untuk menggerakkan roda bisnis ini.
Di lapangan, tim Plustik terdiri dari manajer lokasi, kru fasilitas, hingga tim produksi yang setiap hari berinteraksi langsung dengan tumpukan limbah, mengubahnya menjadi produk bernilai tinggi yang siap digunakan kembali masyarakat.
Keterlibatan mereka bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari gerakan sosial yang lebih besar, menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan, adil, dan bisa ditiru oleh kota-kota lain di Indonesia.
Meski tumbuh pesat, industri daur ulang plastik tidak lepas dari berbagai tantangan. Banyak startup serupa di luar negeri gagal bertahan karena terkendala regulasi dan penolakan masyarakat.
Baca juga : Profil Gusti Purbaya, Gen Z Calon Raja Solo Pengganti PB XIII
Salah satu contohnya adalah Resynergi, perusahaan asal California yang menggunakan teknologi pirolisis namun akhirnya terpaksa berhenti beroperasi akibat hambatan izin dan kritik lingkungan.
Kisah tersebut menjadi pelajaran penting bagi Indonesia: bahwa definisi dan regulasi tentang “advanced recycling” harus jelas agar inovasi seperti yang dilakukan Plustik dapat berkembang tanpa hambatan.
Dengan pendekatan yang transparan, kolaboratif, dan berbasis dampak sosial, Plustik kini menjadi contoh nyata bahwa bisnis hijau bisa sejalan dengan keberlanjutan lingkungan.
Di saat banyak orang memandang plastik sebagai sumber masalah, Plustik justru melihatnya sebagai peluang. Melalui desain, inovasi teknologi, dan kemitraan lintas sektor, mereka berhasil membalik cara pandang masyarakat terhadap sampah. Startup ini tidak hanya mendaur ulang plastik, tetapi juga mendaur ulang cara berpikir kita tentang limbah dan masa depannya.
Seperti ungkapan tak resmi yang sering mereka pakai, “Kami tidak hanya mendaur ulang plastik, kami mendaur ulang cara berpikir masyarakat tentang sampah.”

Chrisna Chanis Cara
Editor
