Tren Global

Pilwalkot New York: Zohran Mamdani, Obama dan Kemenangan Gemilang

  • Zohran Mamdani unggul dalam Quick Count Pilwalkot New York 2025, berpotensi menjadi wali kota Muslim dan keturunan Asia Selatan pertama dalam sejarah.
Mamdani.jpg
Zohran Mamdani. (Reuters)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Zohran Kwame Mamdani, politisi demokrat sosialis berusia 34 tahun, diperkirakan akan terpilih sebagai Wali Kota New York lewat hasil Quick Count. Bila berhasil, kemenangan ini menjadikannya wali kota Muslim pertama, wali kota pertama keturunan Asia Selatan, sekaligus wali kota termuda dalam lebih dari satu abad memimpin kota metropolitan yang disebut pusat ekonomi dunia tersebut.

Pertarungan sengit melawan mantan Gubernur New York Andrew Cuomo, yang maju sebagai kandidat independen, serta calon Partai Republik Curtis Sliwa, berakhir dengan kejutan besar. 

Dilansir dari lama New York Times, Selasa, 5 November 2025, berdasarkan hasil Quick Count sementara dengan total 91% suara dihitung, Mamdani meraih 50,4% suara, unggul atas Cuomo (41,6%) dan Sliwa (7,1%). Hasil ini dipandang sebagai kemenangan monumental bagi sayap progresif Partai Demokrat.

Kisah hidup Mamdani merefleksikan wajah Amerika modern yang multikultural. Lahir di Kampala, Uganda, pada 18 Oktober 1991, ia adalah putra akademisi ternama Mahmood Mamdani dan sutradara film peraih penghargaan, Mira Nair. Pada usia tujuh tahun, ia pindah ke New York dan tumbuh besar di lingkungan Queens.

Sebelum terjun ke dunia politik, Mamdani bekerja sebagai konsultan perumahan yang membantu warga berpenghasilan rendah menghadapi ancaman penggusuran. Ia juga pernah menekuni dunia musik hip-hop dengan nama panggung “Young Cardamom”. Mamdani mendapat status kewarganegaraan Amerika Serikat melalui proses naturalisasi pada tahun 2018.

Popularitas Mamdani melesat dalam waktu singkat, berkat strategi media sosial yang brilian dan kampanye akar rumput yang kuat. Kontennya di TikTok dan Instagram yang ringan, dekat dengan keseharian, namun sarat kritik sosial membahas tema seperti “halalflation” hingga harga sewa perumahan. 

Gaya komunikasinya yang jujur dan relevan sukses menarik ribuan relawan muda serta pemilih pemula, membentuk koalisi multirasial yang luas, termasuk komunitas diaspora Asia Selatan.

Agenda Progresif

Visi Mamdani menjanjikan transformasi besar demi menjadikan New York lebih terjangkau untuk warganya. Program unggulan kampanyenya dirancang untuk langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat dari transportasi, pendidikan anak usia dini, hingga biaya hidup.

Program tersebut mencakup child care universal, bus gratis dan cepat, toko kelontong milik pemerintah, hingga pembekuan sewa bagi hampir satu juta unit apartemen bersubsidi. 

Untuk membiayai inisiatif senilai hampir US$7 miliar per tahun, ia berencana menaikkan pajak penghasilan bagi warga berpendapatan di atas US$1 juta serta meningkatkan tarif pajak korporasi, rencana yang dipastikan akan memicu dinamika politik dengan pemerintah negara bagian.

Pemilihan kali ini memperjelas jurang ideologis di tubuh Partai Demokrat. Mamdani, dengan platform sosialisme demokratiknya, diposisikan berhadapan dengan Andrew Cuomo, mantan gubernur dari keluarga politik berpengaruh yang mewakili wajah lama partai. 

Meskipun Cuomo sempat memperoleh dukungan dari Gubernur Kathy Hochul serta Pimpinan Minoritas DPR AS Hakeem Jeffries, hasil akhir justru menunjukkan penolakan pemilih terhadap gaya kepemimpinan lama dan politik dinasti.

Baca juga : Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,04 Persen pada Kuartal III 2025

Konflik Panas dengan Trump

Kemenangan Mamdani juga memicu ketegangan dengan Presiden Donald Trump. Trump secara terbuka mendukung Cuomo dan kerap menyerang Mamdani, menyebutnya “komunis” dan “radikal sayap kiri”. 

Ia bahkan mengancam akan memotong dana federal untuk New York, dan secara keliru menyinggung kemungkinan deportasi Mamdani. Pertarungan ini membuat pilwalkot New York menjadi ajang “proxy war” antara kubu progresif dan konservatif yang diprediksi berlanjut sepanjang masa jabatan Mamdani.

Isu keterlibatan Barack Obama dalam pilkada ini menimbulkan perbincangan tersendiri. Menurut sumber internal kampanye, Obama melakukan panggilan telepon pribadi selama sekitar 30 menit kepada Mamdani untuk memberi selamat dan menyampaikan dukungan moral. 

Namun, Obama tidak memberikan endorsemen publik resmi, sesuai kebijakan pribadinya untuk tidak terlibat langsung dalam pemilu lokal, meski kebijakan itu diketahui pernah dikecualikan dalam beberapa kasus.

Sebagai wali kota termuda dengan agenda progresif paling ambisius dalam sejarah modern New York, Mamdani menghadapi ujian kepemimpinan besar. Ia tidak hanya harus menjalin kerja sama dengan legislator kota dan negara bagian, tetapi juga bekerja di tengah tekanan politik nasional dan serangan dari Gedung Putih. 

Meski demikian, kemenangan ini menandai bangkitnya kekuatan politik baru yang didorong oleh generasi muda, minoritas, dan pemilih yang mendambakan perubahan.