Pesawat Siluman, tapi F-35 Harus Manuver Mengelak dari Rudal Houthi
- Bagiamanapun situasi ini memunculkan pertanyaan tentang sifat siluman dari F-35. Kemampuan Houthi untuk mengarahkan rudal ke pesawat tersebut meski tidak mengenainya menunjukkan radar mereka bisa mendeteksi keberadaan pesawat.

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA- Sebuah jet tempur siluman F-35 Amerika harus melakukan manuver mengelak untuk menghindari serangan rudal permukaan-ke-udara (SAM) Houthi. Situasi yang memunculkan pertanyaan dari karakter siluman jet tempur tersebut.
Seorang pejabat Amerika dikutip The War Zone Rabu 14 Mei 2025 mengatakan rudal Houthi sudah cukup dekat. Situasi yang memaksa F-35 harus bermanuver.
Komentar tersebut sebagian mengonfirmasi laporan sebelumnya oleh The New York Times tentang apa yang terjadi selama kampanye Amerika melawan Houthi. Misi yang dikenal sebagai Operasi Rough Rider dan diluncurkan pada 15 Maret.
Dikatakan dalam 30 hari pertama, Houthi menembak jatuh tujuh pesawat nirawak MQ-9 Amerika yang masing-masing sekitar US$30 juta atau sekitar Rp 497 miliar (kurs Rp16.700). Hal ini menghambat kemampuan Komando Pusat untuk melacak dan menyerang kelompok militan tersebut. Beberapa F-16 Amerika dan sebuah jet tempur F-35 juga hampir diserang oleh pertahanan udara Houthi. Sehingga kemungkinan jatuhnya korban di pihak Amerika menjadi nyata.
- Kemenperin Batalkan Wacana Plain Packaging, Petani Desak Regulasi Tembakau Lebih Berimbang
- Nasabah Indonesia Dukung AI, Tapi Masih Ragu Soal Privasi dan Keamanan Data
- Sejarah Berubah, Amerika Cabut Embargo Puluhan Tahun Suriah
Namun pejabat AS yang kami bicara kepada the War Zone tidak dapat memastikan bahwa F-16 diserang. Dia menyebut tidak ada indikasi bahwa F-16 menjadi sasaran atau ada sesuatu yang mendekati mereka selama Operasi Rough Rider. “Meski itu itu tidak berarti itu tidak terjadi,” katanya.
Tanggal pasti insiden tersebut tidak disebutkan. Yang juga tidak jelas adalah apakah F-35 yang dimaksud adalah varian Angkatan Udara atau yang diterbangkan oleh Angkatan Laut atau Marinir. Seperti diketahui F-35A dari Pangkalan Angkatan Udara Hill tiba di Timur Tengah pada bulan Maret. Sedangkan kapal induk Angkatan Laut AS USS Carl Vinson yang berada di wilayah tersebut mengoperasikan varian F-35C.
Bagiamanapun situasi ini memunculkan pertanyaan tentang sifat siluman dari F-35. Kemampuan Houthi untuk mengarahkan rudal ke pesawat tersebut meski tidak mengenainya menunjukkan radar mereka bisa mendeteksi keberadaan pesawat. Pejabat Amerika tidak menjelaskan bagiamana hal itu bisa terjadi.
Selain insiden itu kapal induk Angkatan Laut AS Harry S. Truman kehilangan tiga F/A-18 Super Hornet. Masing-masing pesawat diperkirakan seharga US$67 juta atau sekitar Rp1,1 triliun. Pada tanggal 6 Mei, sebuah Super Hornet jatuh ke laut saat mencoba mendarat. Baik pilot maupun Perwira Sistem Persenjataan berhasil melontarkan diri dan diselamatkan oleh helikopter dengan hanya luka ringan.
Itu adalah hilangnya Super Hornet kedua dari kapal induk hanya dalam waktu seminggu. Kerugian lainnya terjadi saat kapal menghindari serangan Houthi yang mengakibatkn Super Hornet terguling dari dek ke laut. Pada awal operasi sebuah F.A-18 Super Hornet juga jatuh ditembak oleh kapal Amerika sendiri.
Semua insiden ini terjadi di tengah kampanye Rough Rider yang dihentikan oleh Presiden AS Donald Trump pada tanggal 8 Mei. Operasi tersebut telah merugikan Amerika lebih dari US$1 miliar sejak bulan Maret. Termasuk ribuan bom dan rudal yang digunakan dalam serangan.
