Pesatnya Pertumbuhan Ekonomi Kamboja, Antara Judi Online dan Industri
- Kamboja memproyeksikan pertumbuhan 6% pada tahun 2025 dengan dukungan sektor garmen, pariwisata, FDI, dan judi online yang berkembang pesat.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Kamboja belakangan mendapat sorotan karena sebagian didorong oleh industri judi online dengan kontribusi signifikan dari pemain asal Indonesia. Namun, judi hanyalah satu dari sekian banyak faktor yang membentuk lanskap ekonomi negara tersebut. Kamboja terus mendorong diversifikasi sektor untuk menopang pertumbuhan berkelanjutan.
Berdasarkan laporan perusahaan riset pasar dan konsultan bisnis global yang berbasis di New Delhi, India, 6WResearch, Industri judi online di Kamboja mencatat perputaran uang mencapai Rp327 triliun pada 2023, Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar. Secara global, sekitar Rp600 triliun dana judi mengalir ke Kamboja, menjadikannya pusat judi online terbesar di Asia Tenggara.
Dengan regulasi longgar dan insentif pajak, sektor ini diproyeksikan tumbuh 8,6% per tahun (CAGR) hingga 2026. Pada tahun 2019, industri ini menyumbang pajak hingga US$1,2 triliun, mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kamboja dari 6% pada 2024 ke proyeksi 8% pada 2025.
6WResearch juga melaporkan, kota-kota seperti Phnom Penh dan Sihanoukville berkembang menjadi pusat judi dan hiburan berkat investasi asing, terutama dari China, Vietnam, dan Malaysia. Kompleks kasino NagaWorld misalnya, menyumbang 25% pendapatan pariwisata nasional dan membuka 7.000 lapangan kerja bagi warga lokal.
Selain itu, investasi pada infrastruktur juga masif. Proyek jalan tol senilai US$1,3 miliar oleh China Road and Bridge Corporation, pembangunan Kanal Funan Techo (US$1,7 miliar), serta Bandara Techo dengan target 50 juta penumpang pada 2050 memperkuat daya tarik ekonomi Kamboja.
Di balik kontribusi ekonominya, industri judi membawa konsekuensi sosial. Banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak kasus perdagangan orang dengan modus penipuan lowongan kerja di sektor judi ilegal.
Di Indonesia, judi online memicu kerugian finansial, utang, hingga perpecahan keluarga. Sementara di Kamboja, praktik ini dikaitkan dengan pencucian uang dan eksploitasi tenaga kerja. Ketergantungan pada sektor ini juga berisiko jika terjadi tekanan politik internasional, seperti saat Kamboja sempat melarang judi online pada 2020.
Diversifikasi Ekonomi Kamboja
Selain judi, Kamboja mengandalkan sektor manufaktur, khususnya garmen, yang menyumbang sepertiga PDB dengan ekspor mencapai US$12,8 miliar pada tahun 2023. Produk andalan meliputi pakaian, alas kaki, dan peralatan perjalanan.
Ekonomi Kamboja diproyeksikan terus tumbuh solid pada 2024-2025, didorong pemulihan sektor manufaktur, pariwisata, dan investasi asing. Menurut Asian Development Bank (ADB), Kamboja diprediksi mencatat pertumbuhan sebesar 5,8% pada 2024 dan meningkat menjadi 6,0% pada 2025, lebih tinggi dibanding rata-rata Asia Tenggara (4,7%) dan melampaui negara tetangga seperti Thailand (1,6–2,8%) serta Vietnam (6,5–6,6%).
Bahkan, pada 2025 Kamboja diperkirakan mencapai 6,2%, bersaing ketat dengan Vietnam yang tumbuh 6,5%. Lonjakan ekspor menjadi salah satu motor utama. Ekspor garmen, alas kaki, dan travel goods (GFT) naik 16,9% (YoY) pada paruh pertama 2024, sementara periode Januari-Mei 2025 mencatat kenaikan 17,2% (YoY) dengan nilai mencapai US$ 11,8 miliar.
Produk unggulan seperti panel surya, sepeda, serta hasil pertanian (pisang, mangga, dan lengkeng) turut mendorong kinerja ekspor. Di sisi pariwisata, kedatangan turis telah pulih hingga 94,8% dari level pra-pandemi, yang memacu pertumbuhan sektor jasa. Investasi asing langsung (FDI) juga mencapai US$ 2 miliar pada pertengahan 2024, mayoritas mengalir ke sektor non-keuangan.
Faktor pendukung lain adalah integrasi perdagangan global melalui perjanjian RCEP dan FTA Kamboja-China, yang memperluas akses pasar ekspor ke AS, Vietnam, dan Jepang. Selain itu, diversifikasi ekspor mulai bergeser ke produk bernilai tambah seperti elektronik dan agroindustri. Stabilitas harga juga terjaga, dengan inflasi turun drastis menjadi hanya 0,5% pada 2024, lebih rendah dari proyeksi awal 2,0%, berkat penurunan harga BBM dan pupuk.
Dalam jangka panjang, Pemerintah Kamboja menargetkan PDB nominal mencapai US$ 51,58 miliar pada 2027, dengan pertumbuhan stabil di kisaran 6,5-7,0%. Pemerintah mulai fokus pada transformasi ekonomi melalui pengembangan energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan teknologi pertanian untuk mengurangi kerentanan terhadap guncangan eksternal.

Muhammad Imam Hatami
Editor
